Tentang Target Yang Berupa Angka
Bismillahirrahmanirrahim
"Apa tujuan kita hidup di dunia?"
Aku yakin, setidaknya setiap orang pernah bertanya tentang hal ini.
Apakah kita hidup untuk mengumpulkan uang saja? Apakah kita hidup hanya untuk makan, minum dan bersuka cita riang gembira? Apakah hidup hanya tentang jalan-jalan dan foto-foto cantik keliling dunia? Hanya untuk itukah hidup?
Ketika penilaian hanya tentang hal yang kasat mata (Pict from unsplash.com) |
I don't know, tetapi kita harus mengakui bahwa kita hidup di zaman ketika pengelihatan begitu diagung-agungkan. Seperti kata slogan, seeing is believing. Tak heran jika manusia zaman ini lebih tertuju pada penilian lahiriyah yang tanpa sadar telah menggerus mata hati kita untuk lebih memaknai apa yang kita lakukan.
Tak muluk-muluk, di awal tahun baru seperti ini, tentang target tahunan misalnya. Bagaimana sih biasanya manusia menuliskan target tahunannya?
- Hafal 5 Juz setahun
- Konsisten membaca 1 Juz per hari
- Membaca 20 buku setahun
- Menulis minimal dua naskah setahun
- Mahir Bahasa Jerman dalam lima bulan
- dan semisalnya
See? Kita terbiasa mengukur keberhasilan dengan angka. Kita menganggap kuantitas adalah segalanya. Tak ayal jika manusia berlomba mengumpulkan sesuatu yang tampak mata. Harta, tahta, popularitas, jumlah like, jumlah suscribe adalah tolak ukur yang tak terpisahkan dari kehidupan kita. Sejak SD misalnya, kita terbiasa menilai keberhasilan pembelajaran melalui nilai rapot dan peringkat yang lagi-lagi mengesampingkan hal lain berupa pemaknaan.
Bukan. Aku bukan mengatakan bahwa kuantitas atau angka itu tidak penting. Aku hanya ingin mengajak hati kita bicara,
apakah selama ini kita terjebak dalam pandangan dunia yang hanya sukses jika dinilai dengan angka?
---
Coba renungkan. Coba dalami hati kita masing-masing. Mengapa tolak ukur keberhasilan pendidikan hanya memperhatikan angka? Mengapa peringkat hanya diukur dari nilai-nilai di selembar kertas semata? Mengapa tidak ada penilaian tentang akhlak? Apakah semua siswa yang nilainya bagus sudah pasti baik akhlaknya? Apakah setiap siswa yang gemilang prestasi akademiknya sudah pasti bagus perilakunya?
Betapa banyak kita lihat hari ini orang pintar tak beradab. Betapa banyak orang pintar akhirnya berbuat jahat untuk kepentingan pribadinya. Betapa banyak orang pandai bersilat lidah untuk menutupi kejahatannya.
---
Teman, coba lakukan pemaknaan.
Sejenak, coba tinggalkan target-target berupa angka itu. Coba buatlah target berupa pemaknaan, seperti:
- Membaca Al-Qur'an dengan artinya setiap hari
- Tidak main HP saat kajian
- Selalu rapi dan menutup aurat dengan baik ketika mejelis online
- Tidak selonjoran ketika menuntut ilmu
- Membaca buku dengan memahami isinya
- dsb.
Sudah saatnya kita menghidupkan hati kita, sebelum menghidupkan hati generasi setelah kita.
---
Lakukan pemaknaan. Keberhasilan bukan tentang banyak-banyakkan atau cepat-cepatan. Keberhasilan tidak dapat diukur hanya dengan sebatas angka yang teraba oleh panca indra manusia.
Keberhasilan Insyaa Allah dapat kita gapai ketika kita memaknai apa yang kita lakukan. Bukankah dalam ibadah pun juga demikian? Bukankah ketika shalat, bukan jumlah rakaat yang menentukan kebaikan shalat kita, tetapi bagaimana kita memaknai apa yang kita baca.
Maknailah hidup ini teman. Karena hati kita butuh amunisinya. Dan amunisi bagi hati tidak dapat ditakar hanya dengan angka.
---
Ditulis di Surabaya, 5 Jumadil Tsani 1443H
Comments
Post a Comment