"Tulisanmu Tidak Bagus"
Bismillahirrahmanirrahim
Untuk pertama kalinya, akhirnya aku akan menceritakan episode hidup tentang menulis buku di blog ini.
Selama setahun ini, aku berusaha tak menuliskannya di sini karena aku tak ingin siapapun tahu sebelum karya pertamaku lahir ke dunia.
So here we go!
---
Ketika menulis naskah buku ini beberapa bulan yang lalu, sejujurnya pernah ada tendensi ingin diakui hebat oleh manusia. Namun, perlahan perasaan itu pergi seiring dengan segala nikmat dan ujian yang datang silih berganti. Sederhananya begini, jika memang aku bisa menerbitkan buku, lalu dimana letak kehebatannya? Bukankah yang memberi aku ide menulis adalah Dia Yang Maha Kuasa? Apa manfaatnya bagiku jika orang lain mengakui kehebatanku? Apa manfaatnya bagiku jika orang tahu aku bisa melakukan ini itu?
Tepat setahun yang lalu, aku mengikuti kelas menulis buku solo yang dimentori oleh Najwa Dzahin. Pertama kali menulis dalam jumlah yang banyak dan masih dalam kondisi bekerja sebagai PNS, tentu membuat aku memutar otak sedemikian rupa agar tak ada yang tak terpinggirkan dan tak terlaksana.
Teman mainku, pict from unsplash.com |
Alhamdulillah, walau pada akhirnya naskah buku solo pertamaku ditolak oleh penerbit setelah beberapa bulan aku ajukan, setidaknya aku yang tidak rajin-rajin amat ini berhasil mengalahkan kemalasan diri sendiri hingga menelurkan satu buah naskah buku.
Alhamdulillah |
Selang setahun berlalu, dengan berbagai dinamika kehidupan yang aku lalui, Januari ini Alhamdulillah buku pertamaku terbit. Memang bukan naskah pertama yang aku tulis, tetapi inilah naskah yang pada akhirnya sampai proses penerbitan.
Setelah melalui proses yang panjang akhirnya buku ini bisa hadir secara fisik. Saking semangatnya menggarap buku ini, covernya pun turut aku buat sendiri.
Kini, rasa takut adalah hal terbesar yang sedang menghampiri. Aku bingung menjelaskan bagaimana perasaan ini. Aku takut buku ini sampai ke tangan orang yang pada akhirnya akan menyerangku. Aku takut karya ini dihujat. Aku menakutkan banyak hal.
Tak ayal, dua hari ini, tanganku begitu dingin tiap membaca lembar demi lembar buku ini. Pensilku begitu teliti menandai setiap salah/kurang ketik yang ada dalam tiap lembarnya. Ya, aku takut. Aku takut manusia mengenalku. Aku takut manusia mempermasalahkanku.
Mungkin inilah yang dirasakan Alfi Alghazi ketika tulisan pertamanya terbit. Ia pernah menceritakan bahwa ia tak PD dengan karyanya. Ia takut. Ia di hari itu mengalami hal yang aku alami hari ini.
---
Aku mencoba mengencangkan ikat pinggang lagi. Bahwasanya apa yang aku buat bukan karena aku hebat. Semata-mata karena aku yang dimampukan oleh Allah untuk melakukan tugas ini.
"Kalau ada yang bilang bukumu nggak bagus, gimana Ma?"
Aku akan tetap menulis. Aku ingin tetap menjadi aku yang terus menulis. Karena sebelum buku ini terbit pun, aku memang seorang penulis blog amatir. Aku masih punya blog yang telah menjadi teman setiaku sejak belia. Aku masih punya tempat yang akan selalu menerima tiap ketikan yang aku goreskangoreskan tanpa takut dikomentari orang lain.
Hai blog, tetaplah menjadi teman yang menerimaku apa adanya.
---
Ditulis di bawah hangatnya lampu yang teduh,
18 Jumadil Tsani 1443H
Comments
Post a Comment