Do You Want to be A Writer? Are You Sure?
Bismillahirrahmanirrahim
Ada hal yang mengusik hati ketika yang aku bayangkan memang benar terjadi. Ternyata menerbitkan buku tidak semudah/seindah/senyaman seperti apa yang ada di pikiran diri.
Aku punya beberapa draft buku yang kini tengah tergeletak entah bagaimana nasibnya nanti. Sebuah pertanyaan yang terus menjangkiti diri, apa tujuan aku menerbitkan buku-bukuku nanti?
Pertanyaan ini timbul bukan karena alasan. Melihat begitu ramainya jagat raya dengan kelas-kelas menulis dan motivasi untuk menjadi penulis, aku mulai mempertanyaakan apa sebenarnya yang kita cari. Benarkah kita menulis untuk membagikan apa yang kita tahu? Benarkah tulisan yang kita buat adalah untuk kebermanfaatan bagi sesama?
Entahlah, aku rasa tendensi ini mulai berubah haluannya.
Dahulu para ulama menulis karena memang ingin membagikan ilmu. Tak terbayang apa yang terjadi jika mereka tidak menulis karya-karya ilmiah yang kita nikmati hingga hari ini. Bisa jadi kita akan kehilangan jejak kehidupan di masa lalu yang memang sudah sepatutnya kita teladani. Bisa jadi pula hari ini kita tidak tahu menahu lautan ilmu agama kita yang begitu sempurna ini.
Hidup para ulama adalah tentang ilmu dan ilmu. Membaca dan menulis adalah keseharian mereka. Mereka menulis bukan karena paksaan. Pun juga mereka membaca bukan agar bisa menghasilkan karya tulisan yang gemilang sehingga terkenal di hadapan manusia.
---
Aku tak sedang menghakimi siapa pun jua. Namun, aku coba mengajak kita berpikir sejenak. Pantaskah orang yang jarang membaca dan berteman dengan buku-buku terpercaya memaksakan diri untuk menjadi penulis?
Apa yang mau ditulis jika kita tak punya ilmunya. Yang ada malah kita terlalu memaksakan diri karena ngebet sekali menerbitkan sebuah buku yang belum tentu juga akan diterima oleh manusia.
Pada akhirnya tulisan kita ya begitu-begitu saja. Nasihat-nasihat bijak yang kita sendiri pun belum tentu telah melakukannya.
Berat, sungguh berat.
Apa yang kita tulis itu akan dipertanggungjawabkan. Nasihat-nasihat kehidupan yang kita goreskan akan Allah ujikan kepada kita pada saatnya.
Apakah dalam menjalani hari dan ujian kita bisa sebaik dan sebijak apa yang kita tulis atau malah sebaliknya.
Maka jika aku boleh sedikit bercerita, menerbitkan buku itu cukup mengerikan. Ada kesalahan sedikit saja, artinya secara tidak sengaja kesalahan itu tersebar ke berbagai wilayah entah sampai mana.
Sebuah perjalanan |
---
Entalah, mungkin ini adalah alasan terbesarku mengapa belum menelurkan karya lagi. Berbeda dengan buku resign yang memang berangkat dari pengalaman pribadi, draft buku lainnya menurutku belum layak untuk aku tulis.
Sesimpel karena aku belum bisa menjadi seperti apa yang aku tulis. Aku bukan seorang ahli agama, aku bukan seorang ahli ilmu, aku masih merangkak dalam perihal membenahi hati dan perilaku. Aku takut diuji sesuai apa yang aku tulis.
Terlebih, sejak diundang menjadi pembicara, aku merasa pertanggungjawabannya lebih berat lagi. Ketika menjadi pembicara, mau tidak mau kita akan berusaha menyampaikan hal-hal yang sempurna bukan? Kita berusaha mengesankan bahwa diri kita ini baik, bahwa kita bisa melewati ini itu dan melakukan ini itu. Hal ini sungguh mengusik hati kecilku.
Apakah pantas aku menjadi pembicara. Apakah pantas orang lain mendengarku. Mendengar aku yang baca kitab saja belum sempurna. Yang ilmu balaghahnya masih tidak bisa apa-apa. Yang ushul fiqih saja masih kebingungan mencerna. Apakah pantas aku mengisi forum sehingga orang lain berpikir bahwa aku adalah orang yang luar biasa ilmunya?
Bukankah kerusakan itu timbul akibat orang-orang tak berilmu ikut berbicara? Bukankah tak pantas bagi seorang penuntut ilmu mengesankan bahwa dirinya berilmu dan bisa diambil ilmunya?
Allahu Musta'an.
--
Jika tendensi menerbitkan buku hanya untuk terkenal dan diakui manusia, aku yakin begitu mudah seseorang akan mencapainya. Namun, jika pertimbangannya adalah negeri akhir dan pertanggungjawaban di akhirat, aku yakin, hanya para ahli ilmu saja yang bersedia menerbitkan buku.
Karena di zaman ini, tidak semua buku bermanfaat. Tidak semua buku layak kita baca. Karena sungguh benarlah apa yang dikatan oleh salah seorang ahli ilmu bahwa semakin kesini, ilmu semakin sedikit dan kerusakan semakin menyebar.
Apakah kau mau menjadi salah satu sebab tersebarnya kerusakan itu?
---
Ditulis di Surabaya
11 Sya'ban 1443H
Comments
Post a Comment