Hidup Tanpa Pencapaian
Bismillahirrahmanirrahim
Hari terakhir di Ramadhan tahun lalu, aku duduk di pelataran Masjid Baitul Makmur Denpasar. Kala itu, kami tengah bersiap buka puasa bersama terakhir setelah sore harinya pengurus masjid membersihkan masjid untuk persiapan shalat ied keesokan harinya.
Aku duduk termenung dan berdoa. Berharap Allah masih mengizinkanku bertemu dengan Ramadhan selanjutnya. Entah dimana dan entah bagaimana. Ramadhan tahun itu belum pergi, tetapi aku sudah sangat merindukannya.
Beberapa menit kemudian adzan maghrib dikumandangkan. Tak terasa ada sesuatu yang seakan hilang dari hati. Ya, Ramadhan telah pergi. Dia telah berlalu dan aku tidak tahu apakah akan diberi kesempatan untuk bertemu dengannya lagi.
Ramadhan 2021 begitu membekas di hati. Ramadhan 2021 adalah Ramadhan ketigaku di Bali. Tidak seperti tahun 2019 ketika aku masih adaptasi dengan suasana Ramadhan di Bali, atau tahun 2020 ketika masih dalam suasana pandemi, Ramadhan 2021 begitu aku indah dan sangat aku nikmati.
Hari ini, Alhamdulillah aku masih menghidup udara di muka bumi. Allah izinkan aku bertemu dengan Ramadhan lagi. Tahun ini adalah Ramadhan pertamaku tanpa kesibukan sekolah/kuliah/kerja. Ya, Alhamdulillah, aku full ada di rumah tanpa kesibukan-kesibukan itu.
Ramadhan kali ini mungkin akan cukup berbeda dengan Ramadhan lalu. Jika sebelumnya aku begitu antusias mengikuti kelas ini itu, kali ini aku bahkan tidak ingin mengikuti dan terikat dengan kelas apapun. Aku ingin menyingkir sejenak dari hiruk pikuk interaksi dengan manusia di dunia maya. Aku ingin menggunakan smartphoneku seperlunya saja. Bukan menjadi hal yang terus-terusan harus aku pegang karena terkiat dengan kelas ini dan itu.
Aku mencoba berhenti menggambar sejenak. Aku mencoba tidak ikut kelas. Dan aku pun berencana mencoba meliburkan berbagai kelas.
Dan hari pertama ini, aku merasa jauh lebih baik. Aku merasa sesekali hidup tanpa pencapaian (dalam hal ini maksudnya adalah hal yang harus dicapai) ternyata enak sekali. Aku tidak perlu pusing memikirkan akan dihubungi si A atau si B. Pun juga aku tidak harus memaksa diriku terus-terusan terjaga untuk memenuhi ekspektasi diriku sendiri.
Sejujurnya, sejak lama aku ingin menggunakan Ramadhan ini sebagai momen untuk menulis buku lagi. Namun, aku berubah pikiran. Aku ingin menikmati hidup tanpa target dan pencapaian duniawi. Untuk sesaat saja, untuk sebulan saja, aku ingin hidup tenang, menikmati detik demi detik tanpa dikejar apapun juga. Menikmati menit demi menit untuk hal-hal besar yang tidak perlu diukur oleh mata.
Apakah berarti aku tidak akan melakukan apa-apa? Tentu tidak. Aku tetap punya rencana sebagaimana mestinya.
Namun, aku tidak ingin mengejar-ngejar diriku lagi. Aku ingin melakukan segala sesuatu dengan pemaknaan.
Semoga dengan hidup tanpa pencapaian dan kejar-kejaran ini, Allah mudahkan aku memperbaiki hati dan perilaku, Aaamiin.
---
Ditulis di Surabaya
1 Ramadhan 1443H
Comments
Post a Comment