Kalau Lebih Lambat, Memangnya Kenapa?

Bismillahirrahmanirrahim

Aku datang ke sini untuk mengikat ide sebelum ia pergi
Betapa apa yang aku tulis akan menjadi pengingat bagi diriku sendiri suatu hari nanti

Kemarin ada sebuah postingan yang cukup menggetarkan hati
Inti postingan itu kurang lebih begini


Ada yang lulus usia 21, tetapi harus menunggu 6 tahun sampai mendapat pekerjaan
Ada yang lulus usia 25, tetapi langsung dapat pekerjaan

Ada yang menikah usia 23, tetapi bertahun-tahun belum punya keturunan
Ada yang mulus jalan cintanya, tetapi beberapa tahun kemudian berpisah

Ada yang sudah beruban, tetapi masih hidup sampai hari ini
Ada yang masih muda, tetapi sudah masuk liang lahat


Membaca postingan ini, aku pun ter-trigger untuk menulis apa yang pernah aku alami
Awal-awal lulus kuliah aku pernah stess berat karena merasa tertinggal dari orang lain yang sudah menikah
Mungkin lebih tepatnya, aku syok berat karena selama sekolah atau kuliah, progres hidupnya selalu sama dengan yang lain

Pohon yang Rindang



Berat banget rasanya waktu itu, ditambah lagi aku jauh dari keluarga
Ada masa-masa akhirnya aku berusaha keluar dari kesedihan yang mendalam dengan cara melakukan afirmasi positif ke diriku sendiri

Aku mencoba mencari alasan mengapa si A atau si B harus ditakdirkan menikah duluan dibanding aku
Contoh afirmasi positifnya begini, "Oh iya si A kan anak pertama, orang tuanya belum punya cucu, sedangkan aku anak terakhir, orang  tuaku udah punya cucu"

Afirmasi positif lain juga aku lakukan melalui kisah hidup orang lain, termasuk ibuku sendiri
Yang mana ibuku menikah di usia 30 tahun, padahal kala itu teman-temannya banyak yang menikah muda

Secara kacamata manusia, ibuku memamng lebih telat progres hidupnya
Ibuku baru punya anak di usia 31 dan melahirkan aku di usia 36

Namun, bertahun-tahun berlalu, kini kedua anak ibuku Alhamdulillah sudah menikah dan ibuku sudah punya cucu

Sedangkan ada temannya dulu yang menikah muda sampai hari ini belum punya cucu karena anak-anaknya belum menikah

See? Hidup itu berputar ya?

Orang yang terlihat lebih cepat hari ini, apa benar selamanya ia akan selalu lebih jadi yang terdepan?
Orang yang terlihat lambat hari ini, apa benar ia akan selalu ada di belakang?

Pengalaman afirmasi positif ini lan yang membuat aku terlihat santai walau sampai saat ini belum punya momongan
Walau secara jujur, aku pernah takut baru punya anak di usia tua sehingga gap usiaku dan anakku terlalu jauh
Aku takut ketika anakku masih kecil, aku sudah tua
Aku takut usiaku tidak sampai melihatnya dewasa

Namun, setelah aku pikir lagi, bukankah konsep dalam Islam, anak dikatakan dewasa ketika sudah baligh? Artinya, di usia 15an tahun, anak sebenernya udah baligh dan dia sudah dewasa

Dewasa itu bukan ketika anak lulus kuliah lalu menikah
Salah besar jika kita mengambil konsep seperti itu
Karena konsep seperti itu akan membuat orang yang sejatinya sudah dewasa memiliki jiwa kekanak-kanakan

Jadi kesimpulannya gini, misal nih aku baru punya anak di usia 30 tahun, pas anakku usia 15 tahun (atau aku saat itu usia 45 tahun kalau masih hidup), aku tuh udah melihat dia dewasa

Trus gini, kenapa sih harus ngoyo banget punya anak di usia sekian atau sekian? Emang terus kalau punya anak sekarang mau diapain? Emang udah punya ilmunya? Udah tahu sistem pendidikan terbaik buat anak? Jangan-jangan cuma buat bukti aja kalau ga tertinggal dari orang lain. 

Tidak selamanya tidak menjadi lebih cepat dari orang lain itu buruk. Karena dengan menjadi lebih lambat dari orang lain, aku bisa belajar dari pengalaman mereka.

Contoh, banyak orang yang pusiang mau milih HS atau sekolah formal buat anaknya. Dengan melihat pengalaman mereka, aku bisa tahu nih apa baik buruknya HS dan apa baik buruknya sekolah formal. Bayangin kalau aku ga punya contoh yang bisa dilihat pengalamannya, aku bakal meraba-raba sendiri.

Membesarkan anak tidak sebercanda ituuu
And I do believe, Allah tahu yang terbaik buat aku

There are so many things make us happy today
Tidak perlu kita menyandarkan kebahagiaan kepada kehadiran anak karena bagaimana pun anak adalah makhluk
Mengapa harus bersedih untuk sesuatu yang belum dimiliki? Bukankah kita hanya akan dihisab untuk sesuatu yang telah Allah beri saja?

---

Ditulis di pagi hari yang cerah
23 Dzulhijjah 1443H

Comments

Popular posts from this blog

Ikhtiar Persalinan Normal pada Anak Pertama

Doa Kami dalam Namamu

Assalamu'alaikum Baby H!