Falyanduril Insanu Ila Tha'amihi
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya milik Allah atas setiap nikmat dan kesempatan yang telah Dia berikan kepadaku hingga hari ini. Perjalanan mencari jalan kesembuhan telah aku tempuh dari satu tempat ke tempat lain, dari satu pengobatan ke pengobatan lain. Dari semua pengalaman ini, aku ingin terus mempercayai ayat ini
وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
"Dan ketika aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkan aku." - QS. Asy-Syu'ara': 80
Aku berhenti berobat ke dokter dan mencari alternatif lain. Alasannya? Kami belum melihat solusi dari dunia kedokteran modern. Satu dokter dan dokter lain berbeda pilihan dan opsi dalam mengobati penyakit ini. Ketika ditanya adakah pantangan makanan, mayoritas menjawab tidak ada. Jawaban inilah yang membuat aku ganjal. Benarkah tidak ada pantangan makanan untuk orang yang hormonnya tidak normal seperti ini? Mengapa solusi yang ditawarkan selalu obat obat dan obat? Bahkan obat yang aku konsumsi pun sering kali tak mempan lagi.
Melihat kenyataan ini kami memilih berhenti dulu dari pengobatan kedokteran modern. Alhamdulillah Allah tunjukkan jalan-jalan lain. Allah tunjukkan jurnal-jurnal ilmiah yang memandu kami hingga kami menemukan kelas-kelas kesehatan non kedokteran modern.
Berawal dari kelas kesehatan holistik yang membahas tentang hormon dan metabolisme tubuh, perlahan kami memahami bahwa akar masalah yang harus diselesaikan bukan hanya tentang hormon estrogen dan progesteron, tetapi yang lebih penting adalah menyelesaikan masalah hormon insulin dan kortisol.
Kelas ini membuat aku sadar betapa sayangnya Allah kepadaku. Bahwasanya sejatinya perbuatan buruk pasti akan berdampak pada diri sendiri. Asupan yang buruk pasti akan berdampak pada kondisi kesehatan. Jika hari ini belum kelihatan, bukan berarti dampak itu tidak ada. Bisa jadi Allah tunjukkan dampaknya berpuluh-puluh tahun lagi. Bahkan bisa jadi Allah tunjukkan dampaknya dengan begitu parah akibat tertumpuknya zat berbahaya yang tidak disadari selama puluhan tahun.
Sehat atau sakit adalah pilihan kita sendiri |
Mayoritas perempuan tidak menyadari hormonnya bermasalah karena merasa siklus haidnya baik-baik saja. Padahal bisa jadi gejalannya bukan pada siklus haidnya tetapi dia tidak menyadarinya. Akhirnya ia terus melanjutkan pola kebiasaan buruknya hingga betahun-tahun lamanya. Tak menyangka bahwa sejatinya ia sedang membawa racun masuk ke dalam tubuhnya.
Adapun aku, Alhamdulillah Allah beri gejala sedemikian rupa hingga membuat aku berusaha menghentikan kebiasaan burukku. Betapa baik Allah yang menunjukan kesalahanku saat ini, bukan nanti ketika tubuh sudah sulit diperbaiki.
Melihat ke belakang |
Selain kelas holistik, kami juga menemukan konsep lain, yaitu konsep makan panas dingin yang dijelaskan oleh Ustadz Abdurrahman Dani hafidzahullah. Beliau Insyaa Allah bermanhaj salaf. Beliau menjelaskan dengan dalil-dalil yang mudah dipahami.
Salah satu hal yang beliau sampaikan adalah agar kita mengingat ayat ini
فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ إِلَىٰ طَعَامِهِ
"Hendaklah manusia memperhatikan makanannya." - QS. Abasa: 24
Karena nikmat sehat pasti akan ditanya. Dan karena kesehatan akan membantu kita beribadah secara optimal. Jika tubuh yang sudah Allah ciptakan sehat ini kita rusak dengan kedhaliman kita yang tidak memperhatikan apa yang kita makan, sudah siapkah kita mempertanggungjawabkannya di akhirat nanti?
Hal ini sejalan dengan apa yang dijelaskan oleh Ustadz Nuzul dalam kajian wanita di hari Senin beberapa hari yang lalu. Beliau mengatakan bahwa diantara bentuk berlebih-lebihan adalah makan segala sesuatu yang kita inginkan.
Beliau juga mengingatkan kita tentang surat At-Takatsur:
"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur."
Beliau menjelaskan bahwa jika tidak kita kontrol, sifat berlebih-lebihan ini akan kita bawa sampai kita masuk ke dalam kubur. Artinya kebiasaan buruk itu akan terus terbawa hingga ajal menjemput.
Ini dia kajiannya
Hal seperti ini, aku yakin, banyak orang yang tidak sejalan. Akan selalu saja ada orang yang kontra dengan kebenaran yang hakiki. Bisa jadi karena kurangnya edukasi. Bisa jadi juga karena banyak kepentingan yang menghampiri.
Pernah suatu waktu aku mendapati orang-orang yang dengan nada sinis berkomentar bahwa makan makanan kemasan itu baik-baik saja karena sudah mendapat izin BPOM. Menurut mereka karena sudah diizinkan beredar oleh BPOM maka pasti aman untuk dikonsumsi.
Benarkah demikian? Let's check!
Mari perhatikan Informasi Nilai Gizi yang tertera pada suatu makanan kemasan. Kandungan gizi dikatakan tinggi jika pada kolom AKG menunjukkan angka lebih dari 20%. Kandungan gizi yang sangat harus kita hindari diantaranya adalah natrium (garam) karena dapat menyebabkan hipertensi dan penyakit lainnya.
Coba perhatikan kandungan natrium pada produk gurih dan atau asin. Pada salah satu produk, kandungan natriumnya mencapai 71%. Tidak heran kan banyak yang mengalami penuaan dini pada organ tubuhnya?
Apakah hal seperti ini dibiarkan oleh BPOM? Sayangnya, iya.
Saat ini belum ada aturan yang concern ke arah kandungan gizi. Dalam industri makanan dan minuman, selama memenuhi persyaratan higenis & sanitasi, uji lab mikroba, dan bahan tambahan pangan yang diperbolehkan, biasanya tetap diperbolehkan beredar.
Makan di Bumi Langit |
See? Bener-bener prank ngga sih?
Yang dikira orang awam aman karena mendapat izin BPOM, ternyata BPOM sendiri belum concern pada kandungan gizi. Jadi yang diizinkan beredar itu belum tentu aman.
Salah satu hikmah besar yang aku rasakan dari tidak jadi kuliah di Gizi Kesehatan UGM adalah karena fakta bahwa hal yang diajarkan di universitas mayoritas adalah pesanan industri. Bagaimana tidak? Mahasiswa dicekoki bahwa micin itu baik. Dicekoki bahwa makanan kemasan lebih baik dari MPASI homemade karena fortifikasi dan lebih jelas kadar gizinya karena ada label info gizi. Dicekoki hal-hal semisal.
Bisa jadi kalau aku jadi kuliah gizi di universitas, aku akan sulit menerima kaidah-kaidah yang benar karena sudah terlanjur dididik sesuai pesanan industri.
---
Just want to share what I know. Sorry galak banget masalah beginian karena emang udah ngerasain sendiri dampak buruk dari segala pembodohan publik yang dilakukan pihak industri.
Ditulis di Surabaya, 17 Safar 1444H
Comments
Post a Comment