Kemudahan Hidup Karena Mengajar

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan segala unek-unek yang ada di kepala, aku datang kemari. 

Hai blog! Hari ini adalah hari pertama aku boleh berkativitas normal kembali setelah beberapa hari aku harus hidup santai yang jujur sangat berat untuk aku jalani. Aku yang biasanya punya jadwal ini itu kemudian harus tergeletak di atas kasur membuat aku merasa kurang bermanfaat. Namun, Alhamdulillah itu semua sudah terlewati dan aku siap menjadi diriku sebagaimana biasanya.

Pagi ini aku membuka hari dengan mengikuti kajian parenting yang membahas kitab Fiqh Tarbiyatul Abna. Kajian ini dibawakan oleh Ustadzah Imroatul Azizah hafidzahallah secara online. Catatan kajiannya ada di postingan sebelumnya ya. Kali ini aku mau membahas insight yang aku dapat dari kajian tersebut.

Di kajian tersebut ustadzah membahas biografi penulis yang memiliki hobi belajar, mengajar, dan menulis. Mengajar adalah hal yang kita butuhkan. Karena dengan mengajar kita butuh murajaah materi sebelum kita mengajarkan materi ke orang lain. Begitu kata beliau hafidzahallah.

Entahlah, mendengar pernyataan ini, aku merasa relate sekali. Karena jujur, setelah aku pikir-pikir lagi, banyak sekali kemudahan hidup yang aku dapat karena aku mengajar. 

Kampusnya siapa ini


Sebagai contoh ketika di STAN dulu. Aku pernah tidak belajar secara serius di malam hari sebelum ujian Ekonomi karena Alhamdulillah sudah hafal materi di luar kepala. Mengapa aku sampai bisa hafal di luar kepala? Karena aku mengulang-ulangnya dengan mengajar sampai pada akhirnya aku hafal-hafal sendiri tanpa aku sengaja.

Dan sering kali mengajar tentir adalah hal yang memudahkan urusanku menjelang ujian. Karena pada akhirnya di hari-hari menjelang ujian aku sudah paham materinya dan tidak perlu memaksa diriku untuk belajar begitu keras untuk memahami materi. Ya, mengajar tentir memudahkan urusan kehidupan akademikku.

Aku tidak tahu, mungkinkah kemudahan hidup dengan mendapat dosen pembimbing yang merupakan ibu kosku sendiri adalah karena aku mengajar tentir? Karena didoakan banyak orang sehingga kemudahan hidup itu menghampiriku lagi.

Dan dari mengajar tentir aku jadi punya banyak teman. Aku punya banyak orang yang menanti-nanti kehadiranku sehingga aku sungguh merasa menjadi orang yang bermanfaat. Kalau boleh jujur, bukan mereka yang membutuhkan aku, tapi aku lah yang membutuhkan mereka. Aku butuh ada orang yang diajari karena memang begitulah cara termudah bagiku untuk murajaah materi kuliah. 

Bukan mereka yang harus berterima kasih kepadaku, tapi aku lah yang harus berterima kasih kepada mereka yang mau duduk mendengarkan penjelasanku. Karena jika kesempatan mengajar tentir tidak pernah Allah beri dalam hidupku, mungkin aku tidak akan mengasah skill mengajarku.

Tulisan siapa ini


Selain itu, dari mengajar tentir, aku bisa menyisipkan hal-hal bermanfaat. Sebagai contoh, beberapa kali sebelum mengajar aku katakan kepada peserta bahwa syarat mengikuti tentirku adalah tidak boleh berkata kasar dan bagi laki-laki memakai celana di bawah lutut. Di tentir himasurya dulu beberapa kali aku juga menyampaikan hal-hal terkait agama. Yang pada akhirnya aku menyadari bahwa jika aku bermanfaat untuk sesama ternyata aku menjadi orang yang didengarkan perkataannya.

Ya, itulah kemudahan-kemudahan hidup yang aku dapat dari mengajar tentir ketika kuliah dulu.


---

Bulan Agustus lalu ketika mengikuti daurah syaikhah hafidzahallah, Ustadzah Azizah menyampaikan kepada kami kurang lebih begini,
"Healing seorang penuntut ilmu adalah belajar dan mengajar. Murajaah terbaik adalah dengan mengajar. Karena dengan mengajar, Allah akan beri kita guru yang lebih baik Insyaa Allah."

Daaaaaan.....
Sungguh aku merasakan apa yang dikatakan ustadzah hafidzahallah.

Kemudahan hidup mendapatkan guru-guru yang baik dalam hal agama, baik bahasa Arab dengan bertemu Ustadzah Putri hafidzahallah dan tahsin dengan bertemu Ustadzah Lis hafidzahallah, kalau dipikir-pikir, bisa jadi adalah karena aku mengajar. 

Iya, beberapa saat setelah aku mengajar, Allah kirimkan guru-guru yang luar biasa dengan pertemuan yang tidak pernah aku duga sebelumnya.

Inikah kemudahan itu? Kemudahan hidup karena mengajar?

Betapa banyak sekali keberkahan yang aku rasakan setelah aku mengajar.

---

Maka sungguh, ada hal yang membuat aku bersedih pagi ini ketika menyadari bahwa aku tidak bisa seperti syaikh pengarang kitab yang sedang dibahas dengan membuka TPA dan mengajar anak-anak di sana.

Ada rasa yang mengujam hatiku bahwa mengajar anak-anak tentu pahalanya luar biasa. Karena setiap kali mereka menggunakan ilmu agama yang kita ajarkan sepanjang hidupnya, Insyaa Allah kita akan mendapat aliran pahalanya.

Apa daya. Mungkin memang belum bertemu momennya. Bahwasanya yang dimudahkan bagiku saat ini bukan di sana. Karena aku masih punya hal-hal wajib lain yang perlu aku tunaikan sebelum mengejar pahala lewat mengajar anak-anak. Ada hal-hal tentang keluarga yang menjadi tanggung jawabku yang jika aku menambah jadwal mengajar, maka kemungkinan besar urusan keluarga ini akan terabaikan. 

Masjid di Tanah Kusir


Maka bukankah lebih baik aku menunaikan yang wajib dulu? Bahwa tidak semua hal harus aku lakukan saat ini juga. Ada hal-hal prioritas yang aku emban dan harus aku dahulukan.


" قال بعض الأكابر : " من شغله الفرض عن النفل فهو معذور ، ومن شغله النفل عن الفرض فهو مغرور 

Barangsiapa sibuk mengerjakan yang wajib sehingga tidak sempat mengerjakan yang sunnah maka dia mendapatkan udzur, dan barangsiapa sibuk mengerjakan yang sunnah sehingga tidak sempat mengerjakan yang wajib maka dia tertipu.


Iya benar. Betapa banyak manusia di zaman kita ini yang tertipu. Betapa banyak orang menjadi pengurus kajian A B C, tetapi lupa dengan urusan keluarganya. Betapa banyak yang mengejar ilmu ini dan itu tetapi abai dalam mencari ilmu tentang perannya. Betapa banyak yang perhatian dengan amalan sunnah tetapi asal-asalan dengan hal yang wajib.

Astaghfirullahal'adzim.

---

Maka, untuk diriku sendiri, dear Rahma Aziza Fitriana, si ambis yang tidak bisa diam bahkan ketika diminta hidup santai untuk beberapa hari saja, tidak perlu bersedih jika kamu belum bisa berkiprah di banyak tempat. Tidak perlu merasa kerdil ketika melihat orang lain sanggup punya banyak kelas dalam sehari.

Karena tiap orang itu berbeda.

Dan hari ini Allah telah menganugerahkanmu keluarga yang perlu kamu jaga. Ada tumpukan pakaian yang perlu kamu bereskan. Ada lantai yang harus kamu bersihkan. Ada bahan-bahan yang perlu kamu olah menjadi makanan. Ada ilmu-ilmu parenting dan kesehatan yang perlu kamu kejar. Dan semua itu akan menjadi susah kamu lakukan ketika kamu terlalu banyak berkiprah untuk banyak orang.

Dear self, punya suami, punya orang tua adalah nikmat yang tak bisa dinilai dengan apapun juga. Akankah kamu bersedih hanya karena tidak bisa banyak berkiprah di banyak tempat karena menunaikan kewajibanmu kepada keluarga?

---

Mengajar tetap menjadi hobimu. Mengajar akan tetap menjadi bagian dari hidupmu. Namun, semua ada porsinya. Dan jangan sampai mengajar menjadi sebab kamu melupakan kewajibanmu.

---

Ditulis dari hati yang terdalam
Di bawah sayup-sayup keteduhan Kota Pahlawan
8 Rabi'ul Awwal 1444 H.

Comments

Popular posts from this blog

Resign untuk Kedua Kalinya

Alasan BB Hafshah Stuck Berbulan-bulan

Mendidik Tidak Mendadak - Ustadz Abdul Kholiq Hafidzahullah

Bukan Sekedar Pindah ke Kontrakan

Sistem Sekolah: Dulu Tidak Ada Yang Memberitahu Aku Tentang Ini