Mahabbah Pekan ke-4: Al-Muhassinaat Ma'nawiyyah (Penghias Makna)
Bismillahirrahmanirrahim
Masih dalam kelas Balaghah yang diampu oleh Ustadz Nur Fajri Ramadhan hafidzahullah dari Yayasan BISA.
Pada kesempatan kali ini kita masih belajar Ilmu Badi'. Ilmu ini dipandang lebih mudah, lebih sederhana, dan lebih terlihat dari pada dua Ilmu Balaghah lainnya.
Badi' secara bahasa artinya "Pembuat sesuatu yang belum ada sebelumnya."
Ilmu Badi' adalah ilmu tentang metode-metode memperindah ucapan setelah sudah diperhatikan aspek kesesuaiannya dengan kondisi pembicaraan (maaniy) dan aspek kejelasan makna (bayan).
Sebuah kekeliruan jika berdalam-dalam dalam badi' tetapi kurang memperhatikan bayan dan lebih penting lagi maaniy. Contohnya surat karangan Musailamah Al Kadzab pada pertemuan sebelumnya. Hanya memperhatikan badi' tetapi maknanya dipertanyakan.
Pertemuan kali ini membahas Ilmu Badi yang kedua (sekaligus terakhir), yaitu Al Muhassinaat Ma'nawiyyah (penghias makna), yang terdiri dari:
- Thibaaq
- Muqaabalah
- Al-Laff wan-Nasyr
- Tawriyah
- Ta'kiidul Mad-hi bimaa Yusybihudz Dzamm wa'aksuhuu
Hafalkanlah istilahnya. Menghafal istilah penting karena:
- Istilah sudah dipilih sekaurat mungkin sehingga jika kita tidak menggunakan istilah tersebut, bisa jadi meleset. Istilah ini sudah kesepakatan ahli ilmu.
- Barangkali nanti kita ingin belajar lagi ke buku lain atau ustadz lain. Maka kata kunci yang sama dari semua buku dan semua ustadz adalah istilah.
- Karena kita ingin membaca buku para ulama. Yang buku-buku tersebut misal buku tafsir atau hadits menyebutkan istilah thibaaq, tawriyah, dll mereka tidak menjelaskan lagi apa makna thibaaq dan tawriyah itu. Karena umumnya sebelum belajar tafsir, seseorang sudah belajar ilmu alat, di antaranya Ilmu Balaghah.
Thibaaq
"Pengunaan dua kata yang memiliki keberlawanan makna dalam satu rangkaian perkataan."
Hikmah penggunaan Thibaaq adalah mempertegas kata-kata, pidato, atau tulisan kita. Orang Indonesia biasa melakukan ini. Contoh Menteri Pertahanan dalam pidatonya mengatakan,
"Wahai rakyat semua! Kaya miskin, tua muda, besar kecil, semua punya kewajiban menjaga keamanan bangsa dan negara."
Pilihan kata yang berwarna merah memiliki kekuatan.
Sebagaimana dalam bahasa Indonesia, dalam bahasa Arab pun juga ada yang demikian yang disebut dengan Thibaaq ini. Balaghah sebagai ilmu gaya bahasa atau retorika memiliki kemiripan dengan bahasa lain sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Asy-Syuyuthi. Mengapa demikian? Karena balaghah ini lebih ke logika berbahasa.
Ada dua macam Thibaaq:
1) Thibaaq iijaab (menggunakan munaaqidh/antonim/lawan kata)
Contohnya seperti di atas tadi, "Kaya miskin, tua muda, besar kecil."
2) Thibaaq salb (menggunakan kata yang sama dengan ditambahkan nafy/negasi atau yang sejenis seperti larangan)
Contohnya "Kamu bisa atau tidak bisa pokoknya kamu harus ikut lomba."
Contoh Thibaaq iijaab dalam Al-Qur'an dan Hadits
وَتَحْسَبُهُمْ أَيْقَاظًا وَهُمْ رُقُودٌ
"Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka tidur" - QS. Al-Kahfi: 18
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ
وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
"Katakanlah: 'Wahai Rabb Yang memiliki kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerjaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangang Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." - QS. Ali-Imran: 26
Pada ayat ini terdapat dua Thibaaq, yaitu:
- berikan x cabut
- muliakan x hinakan
Perhatikan QS. Fatir: 19 - 21 berikut ini!
وَمَا يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ
"Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat."
وَلَا الظُّلُمَاتُ وَلَا النُّورُ
"Dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya."
وَلَا الظِّلُّ وَلَا الْحَرُورُ
"Dan tidak (pula) sama yang teduh dengan yang panas."
Perhatikan Hadits Riwayat Bukhari no. 1909 ini!
صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ
"Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berhari rayalah karena melihatnya (hilal). Jika hilal hilang dari pengelihatanmu maka sempurnakan bilangan Sya'ban sampai 30 hari."
Contoh Thibaaq salb dalam Al-Qur'an dan Hadits
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
"...Katakanlah: 'Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?'..." - QS. Az-Zumar: 9
فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا
"...Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit..." - QS. Al-Maidah: 44
كُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يُؤَذِّنَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ ، فَإِنَّهُ لاَ يُؤَذِّنُ حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ
"Makan dan minumlah hingga Ibnu Ummi Maktum mengumdandangkan adzan. Beliau tidaklah mengumandanngkan adzan hingga terbit fajar (subuh)." - HR. Bukhari no. 1919
Muqaabalah
"Penyebutan dua kata atau lebih kemudian disertai setelahnya dengan lawan-lawan katanya secara berurutan dalam satu rangkaian perkataan."
Dilihat dari definisi, muqaabalah mirip dengan thibaaq. Namun, sejatinya berbeda.
Perbedaan Muqaabalah dengan Thibaaq:
- Thibaaq (a1 x a2 saja) atau (a1 x a2, b1 x b2) atau lebih.
- Muqaabalah (a1, b1 x a2, b2) atau lebih.
Contoh dalam bahasa Indonesia:
"Barangsiapa rajin belajar dan berbakti kepada orang tua, akan beruntung hidupnya. Barangsiapa malas belajar dan durhaka kepada orang tua, akan sengsara hidupnya."
Contoh Muqaabalah dalam Al-Qur'an dan Hadits
فَلْيَضْحَكُوا قَلِيلًا وَلْيَبْكُوا كَثِيرًا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
"Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan." - QS. At-Taubah: 82
Perhatikan Surat Al-Lail ayat 5-10 berikut!
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَاتَّقَىٰ
"Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Alla) dan bertakwa,"
وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَىٰ
"dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga),"
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَىٰ
"maka Kami kelak akan menyiapkan bainya jalan yang mudah."
وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَىٰ
"Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup,"
وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَىٰ
"serta mendustakan pahala yang terbaik,"
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَىٰ
"maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar."
Perhatikan Surat Al-A'raf ayat 157 berikut!
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ
يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ
وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ
"(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-benar dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka."
Perhatikan Hadits Muslim no. 2594 berikut!
إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ، وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ
"Sesungguhnya kasih sayang (kelembutan) itu tidak akan berada pada sesuatu, melainkan dia akan menghiasinya (dengan kebaikan). Sebaliknya, jika kasih sayang (kelembutan) itu dicabut dari sesuatu dia akan membuatnya menjadi buruk."
Selain Muqaabalah, terdapat Saj' pada hadits ini.
Al Laff wan Nasyr
"Penyebutan beberapa hal yang dirangkaikan dengan beberapa hal lain yang sama jumlahnya tanpa diperjelas urutan yang mana dirangkaikan dengan yang mana."
Contoh Nabi istrinya adalah Aisyah, Ali istrinya Fatimah, Utsman istrinya Ruqayyah.
Kita mengatakan, "Saya melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Ali, dan Utsman radhiyallahu 'anhuma bersama dengan istri-istri mereka yaitu Fatimah, Aisyah, dan Ruqayyah."
Tidak urut kan? Pembaca dianggap dihargai karena dianggap sudah tahu urutan yang benar. Ada tantangan tersendiri.
Keindahannya juga bisa dari sisi bahwa urutan istri mereka berbeda dengan urutan keutamaan wanita. Rasul lebih utama dari Utsman, Rasul lebih utama dari Ali. Banyak pendapat yang mengatakan Aisyah lebih utama dari Ruqayyah. Banyak ulama yang mengatakan bahwa Fatimah lebih utama dari Aisyah.
Ini kan tidak sesuai dengan urutan suami istri. Nah inilah salah satu hikmah Al Laff wan Nasyr.
Al Laff wan Nasyr urutan perangkaaiannya dapat:
- Murattab (berurut)
- Ma'kuus (terbalik)
- Musyawwasy (acak)
Contoh yang murattab (berurut)
وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
"Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) agar kamu bersyukur kepada-Nya." - QS. Al-Qasas: 73
Ayat ini tidak menjelaskan secara gamblang bahwa istirahat di malam hari dan bekerja itu di siang hari. Namun, kita sudah paham sendiri bahwa yang namanya istirahat itu malam dan yang namanya bekerja itu umumnya siang. Ayat ini karena urutannya sesuai, yaitu malam-siang dan istirahat-bekerja, maka bisa masuk kategori Thibaaq iijaab juga.
Jadi Al Laff wan Nasyr juga bisa masuk kategori Thibaaq apabila urut dan mengandung keberlawanan makna. Kalau suami-istri bukan Thibaaq karena bukan keberlawanan makna.
Contoh yang ma'kuus (terbalik)
يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ
فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ
وَأَمَّا الَّذِينَ ابْيَضَّتْ وُجُوهُهُمْ فَفِي رَحْمَةِ اللَّهِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
"pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): "Mengapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu. Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya." - QS. Ali Imran: 106
Hikmah tidak urutnya adalah memberikan perhatian yang besar kepada orang yang menghitam karena ini konteks ayatnya mengancam. Juga ditutup dengan harapan karena orang banyak yang tersadar jika diberikan ancaman dulu sehingga dia merasa takut dan merasa bersalah kemudian diberi harapan.
Hal ini dijelaskan oleh sebagian para ulama seperti Imam Al Ghazali dan Ibnu Quddamah bahwa anak muda harus banyak diberi ancaman, adapun orang tua lebih ditekankan harapannya. Agar anak muda takut berbuat dosa dan orang yang lanjut usia tidak putus asa.
Contoh yang musyawwasy (acak)
وَمِنْ آيَاتِهِ مَنَامُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَاؤُكُمْ مِنْ فَضْلِهِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malamdan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan." - QS. Ar-Rum: 23
Umumnya kerja itu siang dan tidur itu malam. Ayat ini seolah mengesankan bahwa kerja bisa dilakukan di siang maupun malam. Begitu juga tidur bisa dilakukan di waktu siang maupun malam.
Faidahnya adalah agar tidak terpahami bahwa istirahat hanya di malam hari dan malam hari hanya untuk istirahat. Malam hari boleh untuk bekerja jika ada maslahat. Begitu juga dengan siang, tidur boleh di siang hari jika ada maslahatnya.
Tawriyah
"Penyebutan satu kata yang memiliki dua makna, salah satunya makna lebih nampak tetapi tidak dimaksudkan, lalu makna satunya lebih samar tetapi justru itu yang dimaksudkan."
Tawriyah berbeda dari Kadzib (dusta) yang memang tidak mengandung kemungkinan jujur. Al-Imaam An Nawawiy menegaskan bahwa Kadzib hukumnya haram, sementara Tawriyah hukum asalnya makhruh, kecuali jika berakibat pada kezaliman, maka haram juga. Dalam kondisi tertentu dimana maslahat lebih besar maka Tawriyah menjadi tak makhruh.
Imam An Nawawiy dalam kitab Al Adzkaar halaman 661 mengatakan jika ada maslahat keagaaman yang unggul dari pada menipu maka tawriyah dibolehkan. Betul pada kondisi tertentu bohong itu boleh, tetapi kondisi yang membolehkan bohong itu lebih ketat daripada kondisi yang membolehkan tawriyah.
Bohong hukum asalnya haram. Tawriyah hukum asalnya makhruh. Haram menjadi boleh jika darurat dan makhruh menjadi boleh jika butuh.
Tawriyah menjadi haram jika ada kedhaliman yang menyakiti orang. Misal korupsi pakai tawriyah.
Contoh pada Hadits Bukhari no. 3911 yaitu ketika Abu Bakar ditanya oleh seseorang, "Siapa ini?" kemudian beliau mengatakan, "Dia adalah penunjuk jalanku." Yang dipahami oleh penanya adalah penunjuk jalan dalam konteks jalan ketika safar. Adapun maksud Abu Bakar adalah penunjuk jalan ke jalan keselamatan yaitu agama Islam.
Contoh lain pada Hadits Bukhari no. 1301 yaitu ketika Abu Thalhah bertanya kepada istrinya dimana anaknya. Kemudian istrinya mengatakan, "Dia sudah tenang jiwanya. Mudah-mudahan dia sekarang sedang beristirahat." Yang dipahami oleh Abu Thalhah adalah anaknya sedang istirahat. Namun, maksud istrinya anaknya sudah meninggal dunia.
Ta'kiidul Mad-hi Bimaa Yusybihudz Dzamm wa 'Aksuhuu
"Penyebutan suatu ungkapan mirip celaan padahal justru bermakna pujian atau sebaliknya."
Berarti di sini ada dua macam, yaitu:
1. Ta'kiidul Mad-hi bimaa Yusybihudz Dzamm
Memuji sesuatu dengan kata-kata sepeerti celaan.
Contoh: Belajar tidak menambah bagimu kecuali takwa dan ilmu.
Memuji seperti ini lebih kuat efeknya.
2. Ta'kiidul Dzamm bimaa Yusybihudz Mad-h
Mencela sesuatu dengan kata-kata seperti pujian.
Contoh: Fulan tidak punya kebaikan kecuali fakta bahwa ia pelit, Anda adalah orang luar biasa yang menghancurkan orang di sekitar Anda.
Contoh Ta'kiidul Mad-hi bimaa Yusybihudz Dzamm dalam Al-Qur'an
Surat Al-Waqiah ayat 25 - 26
لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلَا تَأْثِيمًا
"Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa."
إِلَّا قِيلًا سَلَامًا سَلَامًا
"akan tetapi mereka mendengar ucapan salam."
Jika kita mendengar, "Mereka tidak mendengar perkataan sia-sia kecuali..." kita akan berpikir bahwa lanjutannya adalah "...musik dan semisalnya". Ternyata bukan. Ternyata kecuali ucapan salam. Hal ini menunjukkan pujian untuk salam karena salam bukan ucapan yang sia-sia.
Surat Al-Buruj ayat 8
وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَنْ يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji."
Jika kita mendengar, "Mereka tidak menyiksa kecuali..." kita akan berpikir bahwa lanjutannya adalah "...karena mereka dhalim". Ternyata bukan. Ternyata kecuali karena mereka beriman. Hal ini menunjukkan pujian untuk beriman karena hal tersebut bukan perbuatan yang buruk yang melazimkan adanya siksaan.
Contoh Ta'kiidul Dzamm bimaa Yusybihudz Mad-h dalam Al-Qur'an
Surat An-Naba ayat 24 - 25
لَا يَذُوقُونَ فِيهَا بَرْدًا وَلَا شَرَابًا
"Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman,"
إِلَّا حَمِيمًا وَغَسَّاقًا
"selain air yang mendidih dan nanah,"
Jika kita mendengar, "Mereka tidak mendapat minuman kecuali..." kita akan berpikir bahwa lanjutannya adalah "...air atau jus". Yang enak-enak. Ternyata bukan. Ternyata kecuali air mendidih dan nanah. Hal ini menunjukkan celaan.
Surat Al-Haqqah ayat 35 - 36
فَلَيْسَ لَهُ الْيَوْمَ هَاهُنَا حَمِيمٌ
"Maka tiada seorang temanpun baginya pada hari ini di sini,"
وَلَا طَعَامٌ إِلَّا مِنْ غِسْلِينٍ
"Dan tiada (pula) makanan sedikitpun (baginya) kecuali dari darah dan nanah."
Jika kita mendengar, "Mereka tidak mendapat makanan kecuali..." kita akan berpikir bahwa lanjutannya adalah "...nasi atau apel". Yang enak-enak. Ternyata bukan. Ternyata kecuali darah dan nanah. Hal ini menunjukkan celaan.
---
Selesai dirangkum di Surabaya
4 Rabi'ul Tsani 1444H
Comments
Post a Comment