Mahabbah ke-5: Tasybih (Penyerupaan)
Bismillahirrahmanirrahim
Masih dalam kelas Mahabbah bersama Ustadz Nur Fajri Ramadhan hafidzahullah dari Yayasan BISA.
Kali ini kita belajar tentang Ilmu Bayan. Ilmu Bayan secara bahasa bermakna "memperjelas". Yaitu ilmu tentang cara menyampaikan satu makna ucapan dengan beragam cara yang berbeda kejelasannya.
Contoh kita ingin mengatakan "Budi dermawan". Kita bisa mengatakannya dengan kalimat (1) "Budi dermawan" atau untuk makna yang sama dengan tingkat kejelasan yang berbeda kita pilih cara mengungkapkan yang lain yaitu (2) "Budi laksana Utsman bin Affan dalam kedermawanan."
Coba rasakan, manakah kalimat yang lebih jelas mengungkapkan bahwa Budi adalah orang yang dermawan? Ya, kalimat yang kedua.
Bisa juga kita mengatakan, (3)"Budi adalah Utsman bin Affan di zaman ini." Atau versi yang agak ekstrim sedikit, (4) "Utsman bin Affan itu dermawan seperti Budi." Manakah yang lebih dahsyat menggambarkan kedermawanan Budi?
Manakah yang lebih dahsyat menggambarkan kedermawanan Budi? Pilihan 1, 2, 3, atau 4? Setidaknya kita bisa merasakan perbedaan keempat kalimat ini.
Yang paling menggambarkan kedermawanan Budi adalah yang terakhir. Utsman bin Affan sangat dahsyat dermawannya. Ternyata kita menyerupakan kedermawanan Utsman bin Affan seperti kedermawanan Budi. Fitrah kebahasaan kita memahami bahwa jika A seperti B dalam sesuatu maka B lebih dahsyat. Normalnya Budi seperti Utsman, tetapi dengan kalimat nomor 4, yang kita rasakan dari kalimat itu adalah Utsman seperti Budi.
Intinya kalimat "Budi dermawan" bisa kita ungkapkan dengan berbagai cara. Yang berbagai cara ini berbeda tingkat kejelasan, kekuatan, dan keindahannya.
Itulah ilmu bayan.
Ilmu bayan bahasan utamanya ada empat yaitu:
- Tasybih
- Isti'arah
- Majaz
- Majaz Mursal
- Majaz 'Aqliyy
- Kinayah
Ada kisah menarik dalam sebuah kitab, ada orang yang memakai seragam pengajar/juru tulis. Dia punya penampilan yang indah. Maka dia didudukkan oleh orang lain. Lalu dia berkata kepada orang tersebut, "Kamu kenal orang ini tidak", "Tidak", "Ini adalah Abu Ubaidah, pakar bahasa, beliau adalah ahli ilmu penduduk Basrah. Kami hadirkan ia agar bisa mengambil faidah ilmu darinya."
Ada orang bertanya pada Abu Ubaidah, "Bahwa mayangnya pohon zaqqum seakan-akan kepala setan. Normalnya dalam bahasa Arab kita menjanjikan atau mengancam dengan sesuatu yang diketahui bentuknya. Sedangkan ancaman ini tidak kita ketahui bentuknya, kepala setan itu bagaimana?"
Abu Ubaidah menjawab, "Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Al-Qur'an berbicara dengan pola-pola Bahasa Arab. Sementara dalam khazanah sastra Arab, ada satu puisi dari Ibnul Qais era pra Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, 'Apakah dia membunuh saya sementara pedang masyriqi adalah teman tidurku, dan panah-panah berwarna biru itu juga teman tidurku yang tajamnya seperti taring--taring para hantu.' Orang Arab semua tidak pernah melihat hantu, tetapi karena hantu membuat takut, bisa diancamkan dengan ungkapan-ungkapan yang mengerikan dengan begini polanya."
Jadi walau tidak tahu bentuk kepala setan, tapi itu bisa diancamkan. Maka pejabat yang mengundang Abu Ubaidah mengatakan, "Bagus sekali jawabannya." Maka kata Abu Ubaidah, "Sejak saat itu saya bertekad kuat langsung menulis buku tentang Al-Qur'an dan hal-hal semisal ini yaitu perumpamaan-perumpamaan dalam Al-Qur'an."
Beliau menulis Amsalul Qur'an atau lebih dikenal dengan sebutan Majazul Qur'an. "Siapa yang bertanya?" "Dia adalah salah satu sekretaris menteri dan teman-teman duduknya menteri."
Abu Ubaidah yang wafat 209 H adalah pelopor dalam Ilmu Bayan dalam praktiknya di dalam Al-Qur'an. Adapun Ilmu Bayan sendiri, As Sibawih yang wafat pada tahun 180 H yang lebih dulu menyusun teorinya dalam buku beliau Al-Kitab.
Al-Mubarrid (w. 286 H) berkata dalam kitab beliau, "Tasybih itu berlangsung dan banyak dalam ucapan orang Arab."
---
Tasybih
-> Secara bahasa: Penyerupaan.
-> Secara istilah: Menyerupakan satu hal dengan hal lain dengan menggunakan kata penyerupaan karena adanya kesamaan.
ابن عباس مثل البحر في العلم
Ibnu Abbas seperti lautan dalam ilmunya.
أنت تشبه الأسد شجاعة
Engkau menyerupai singa dalam keberanian.
وجهك كالقمر من حيث الجمال
Wajahmu laksana bulan purnama dalam keindahan.
Tasybih punya empat rukun:
- Musyabbah
- Musyabbah Bihi
- Adaatu Tasybiih
- Wajhu Tasybiih/ Wajhu Syabbah
ابن عباس مثل البحر في العلم
ابن عباس -> Musyabbah
مثل -> Adaatu Tasybiih
البحر -> Musyabbah Bihi
في العلم -> Wajhu Tasybiih
Adaatu Tasybiih ada banyak bentuknya:
- Huruf -> الكاف dan كأنّ
- Isim -> مثل، مثيل، شِبْهُ، شَبِيْه، نظير
- Fi'il -> يُشْبُهُ، يُشَابِهُ، يُمَاثِلُ، يُنَاظِرُ
Contoh Tasybiih dalam Al-Qur'an dan Hadits
Surat An-Nur: 39
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّىٰ إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ ۗ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ
"Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinnya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya."
Tadabbur paling dalam ada di wajhu tasybih.
أَعْمَالُهُمْ -> Musyabbah
الكاف -> Adaatu Tasybiih
سَرَابٍ بِقِيعَةٍ -> Musyabbah Bihi
Yang digaris bawahi -> Wajhu Tasybih
Wajhu tasybihnya tentang ketertipuan. Jadi wajhu tasybih boleh tidak satu kata saja.
Hadits Bukhari: 5427
مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ كمَثَلِ الأُتْرُجَّةِ : رِيحُهَا طَيِّبٌوَطَعْمُهَا طَيِّبٌ
"Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Al-Qur'an adalah seperti buah Al-Atrujah: aromanya wangi dan rasanya enak."
الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ -> Musyabbah
الأُتْرُجَّةِ -> Musyabbah Bihi
رِيحُهَا طَيِّبٌوَطَعْمُهَا طَيِّبٌ -> Wajhu Tasybih
ك -> Adaatu Tasybih
Tujuan Tasybih:
- Menjelaskan karakter
- Menegaskan karakter
- Menunjukkan keindahan
Enam Pola Tasybih:
1) Tasybih Muakkad
Yaitu tasybih yang tidak disebutkan adaat tasybihnya. Disebut muakkad (yang ditegaskan), sebab ketika adaat tasybih tidak disebutkan, seolah-olah musyabbah itu adalah musyabbah bihi itu sendiri, bukan hanya "seperti" musyabbah bihi. Hal ini seperti merupakan penegasan (ta'kid) akan keserupaan keduanya. Jadi rukun no.3 (aadatu tasybih) tidak ada.
Contoh:
a. Zaid seperti singa dalam keberanian
b. Zaid adalah singa dalam keberanian
Mana yang lebih dahsyat penegasannya? Yang b. Tidak ada aadatu tasybih.
ابن عباس بحر في العلم
Ibnu Abbas adalah lautan dalam keilmuan.
أنت أسد شجاعة
Engkau adalah singa dalam keberanian.
وجهك قمر من حيث الجمال
Wajahmu adalah bulan purnama dalam keindahan.
Contoh dalam Surat An-Naml: 88
وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ ۚ صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ ۚ إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ
"Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan dengan jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Pada ayat tersebut tidak ada aadatu tasybih.
HR. Bukhari: 822
اعْتَدِلُوا فِى السُّجُودِ ، وَلاَ يَبْسُطْ أَحَدُكُمْ ذِرَاعَيْهِ انْبِسَاطَ الْكَلْبِ
"Bersikaplah pertengahan ketika sujud. Janganlah salah seorang di antara kalian menempelkan lengannya di lantai seperti anjing yang membentangkan lengannya saat duduk."
Pada hadits tersebut tidak ada aadatu tasybih.
2) Tasybih Mursal
Yaitu tasybih yang disebutkan adaat tasybihnya. Disebut mursal (yang dilepaskan), sebab ia dilepaskan/dikosongkan dari ta'kiid yang ada pada tasybuh muakkad. Jadi rukun nomor 3 (aadatu tasybih) harus ada.
ابن عباس مثل البحر في العلم
Ibnu Abbas seperti lautan dalam ilmunya.
أنت تشبه الأسد شجاعة
Engkau menyerupai singa dalam keberanian.
وجهك كالقمر من حيث الجمال
Wajahmu laksana bulan purnama dalam keindahan.
Perhatikan Surat Ibrahim: 24 berikut ini!
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit."
3) Tasybih Mufashshal
Yaitu tasybuh yang disebutkan wajhu tasybihnya. Disebut mufashshal (yang dirinci) sebab ia dirinci wajhu tasybiihnya. Jadi rukun no.4 (wajhu tasybih) harus ada.
ابن عباس مثل البحر في العلم
Ibnu Abbas seperti lautan dalam ilmunya.
أنت تشبه الأسد شجاعة
Engkau menyerupai singa dalam keberanian.
وجهك كالقمر من حيث الجمال
Wajahmu laksana bulan purnama dalam keindahan.
Jarang ada di Al-Qur'an.
Contoh pada Surat Al-Kahfi: 29
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ ۖ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ ۚ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا ۚ وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ ۚ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا
"Dan katakanlah: 'Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir'. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek."
Wajhu tasybihnya yang digarisbawahi.
4) Tasybih Mujmal
Yaitu tasybih yang tidak disebutkan wajhu tasybihnya. Disebut mujmal (yang tidak terperinci) sebab wajhu tasybihnya tidak dirinci. Jadi rukun no.4 (wajhu tasybih) tidak ada.
Dalam konteks Al-Qur'an: Wajhu tasybih tidak disebutkan karen diserahkan kepada pembaca. Sudah terpahami atau memberikan kesempatan untuk tadabbur, membayangkan, mencari-cari bagaimana wajhu tasybihnya. Dan itu memang tadabbur besar, banyak pahala di situ.
ابن عباس مثل البحر
Ibnu Abbas seperti lautan
أنت تشبه الأسد
Engkau menyerupai singa
وجهك كالقمر
Wajahmu laksana bulan purnama
Surat Al-Qari'ah: 4 - 5
يَوْمَ يَكُونُ النَّاسُ كَالْفَرَاشِ الْمَبْثُوثِ
"Pada hari itu manusia seperti kupu-kupu yang bertebaran"
وَتَكُونُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوشِ
"dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan."
5) Tasbih Baligh
Yaitu tasybih yang tidak disebutkan adat tasybih & wajhu tasybihnya. Disebut baligh (yang sangat kuat kebalaghahannya) sebab ia sangat ringkas dan pesan yang tersampaikan begitu kuat akibat musyabbah yang seolah merupakan musyabbah bihi serta wajhu tasybih yang seolah sudah amat jelas.
Disebut juga tasybih muakkad mujmal. Disebut tasybih karena ada rukun 1 & 2. Disebut muakkad karena tidak ada rukun 3. Disebut mujmal karena tidak ada rukun 4. Jadi hanya ada rukun 1 & 2 saja.
ابن عباس بحر
Ibnu Abbas adalah lautan
أنت أسد
Engkau adalah singa
وجهك قمر
Wajahmu adalah bulan purnama
Perhatikan Surat Al-Ahzab: 6 berikut ini!
لنَّبِيُّ أَوْلَىٰ بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ ۖ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ ۗ وَأُولُو الْأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَىٰ بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ إِلَّا أَنْ تَفْعَلُوا إِلَىٰ أَوْلِيَائِكُمْ مَعْرُوفًا ۚ كَانَ ذَٰلِكَ فِي الْكِتَابِ مَسْطُورًا
"Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang mempunyaki hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmin dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu mau berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). Adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah).
Istri-istri Nabi adalah ibunda-ibunda orang yang beriman. Maksudnya adalah laksana karena mereka bukan ibu kandung kita. Kesamaan istri-istri Nabi dengan ibunda kita adalah dalam hal kehormatan. Tidak boleh dicela, dituduh, harus kita cintai. Dalam hal hukum, tidak boleh dinikahi.
Hadits Riwayat Muslim no. 1829
كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
"Setiap kalian adalah penggembala dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya."
Tidak disebutkan kemiripannya dalam hal apa walau kita tahu dalam hal kepemimpinan.
6) Tasybih Maqlub
Yaitu tasybih yang dibalik musyabbah dengan musyabbah bihinya. Maqlub artinya "terbalik". Contoh: Singa seperti Zaid.
Ini adalah bentuk hiperbola yang luar biasa karena logika berbahasa adalah jika A diumpamakan dengan B dalam hal kedermawanan maka yang lebih dermawan adalah B. Utsman seperti Budi dalam kedermawanan. Ini kesannya Budi melebihi Utsman dalam hal kedermawanan.
Perhatikan Surat Al-Baqarah: 275 berikut ini!
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا ۗ وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا ۚ فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَىٰ فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَمَنْ عَادَ فَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya."
7) Tasybih Tamtsili
Yaitu tasbih yang wajhu tasybihnya lebih dari satu. Disebut tamtsili (penyamaan) sebab wajhu tasybihnya banyak sehingga semakin sama.
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَا يُبْصِرُونَ
"Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat."
-> Dari sisi kaget (yang disangka melindungi tidak melindungi), api juga demikian (yang disangka cahaya ternyata bukan), akibat imannya iman tipu-tipu.
-> Dari sisi ketertipuan, api sifatnya sementara
-> dll.
Berarti wajhu tasybihnya tidak harus distate dengan jelas di ayat atau hadits ya? Iya.
Tamtsili itu yang penting wajhu tasybihnya kompleks, mau disebutkan atau tidak, mau ada aadatu tasybih atau tidak. Tidak peduli pada rukunnya.
Tasybih tamsili itu harus berkaitan antara wajhu syabbah satu dan wajhu syabbah yang lain.
---
Mohon dimaafkan jika ada kekuarangan atau kesalahan dalam mencatat.
---
Selesai dicatat di Surabaya,
12 Rabi'ul Tsani 1444H
Maa syaa Allah... BaarakalLaahu fiik Ukhtiy
ReplyDelete