Mahabbah Pekan ke-6: Isti'aarah (Kiasan)
Bismillahirrahmanirrahim
Berdasarkan bagan tersebut, urutan pembahasan Ilmu Bayaan ini (dari kiri ke kanan) adalah:
Pekan ke-6 belajar Balaghah bersama Ustadz Nur Fajri Ramadhan dari Yayasan BISA.
Kali ini kita akan membahas tentang Isti'aarah. Namun sebelumnya, coba perhatikan bagan berikut terlebih dahulu.
Bagan Ilmu Bayaan |
Berdasarkan bagan tersebut, urutan pembahasan Ilmu Bayaan ini (dari kiri ke kanan) adalah:
- Tasybiih
- Isti'aarah
- Majaaz Mursal
- Majaaz 'Aqliyy
- Kinaayah
Pekan lalu kita sudah membahas tentang Tasybiih. Kali ini kita membas sebelahnya, yaitu Isti'aarah.
Majaaz adalah lafal yang digunakan bukan sesuai makna asalnya.
Contoh:
Makna hakiki
رأيت أسدا يأكل الغزال
Aku melihat singa sedang memakan rusa.
Makna majazi
رأيت أسدا يخطب على المنبر
Aku melihat singa sedang berpidato di atas mimbar.
Makna asal singa adalah hewan buas. Sementara makna kiasannya adalah seorang pemberani.
---
Pendapat hampir semua ulama termasuk seluruh imam yang empat ialah bahwa Majaaz ada dalam bahasa Arab. Demikian yang dikatakan dalam kitab At-Tahbiir (Al Imaam Al Mas\rdaawiyy) jilid II halaman 457.
Begitu pula mayoritas ulama termasuk kebanyakan Hanaabilah, berpendapat bahwa Majaaz ada dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Demikian yang dikatakan dalam kitab di atas pada halaman 260 - 261.
Istilah "majaaz" juga sudah digunakan dan tidak diingkari keberadaannya dalam Al-Qur'an & Sunnah sejak era As-Salaf Ash-Shalih. Misalnya Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H) mengatakan:
"...Ini termasuk majaaz.."
*Ar-Radd 'alaz-Zanaadiqah wal-Jahmiyyah halaman 92
Istilah "majaaz" juga sudah digunakan dan tidak diingkari keberadaannya dalam Al-Qur'an & Sunnah oleh Al Imam 'Utsmaan Ad-Daarimiyy (w. 280 H)
*Ar-Radd 'alaa Bisyr Al-Mariisiyy halaman 197-198
Bahkan konsep majaaz sudah dibahas oleh Al-Imaam Asy-Syaafi'iyy (w. 204H) yang beliau istilahkan "Ittisaa'ul Lisaan".
*Ar-Risaalah halaman 52
Begitu pula sebelumnya, penulis Ilmu Bayaan yang pertama: Siibawih (w. 180H) sudah menjelaskan konsep Majaaz dan menamainya "Sa'atul Kalaam".
*Al-Kitaab jilid I halaman 53
Al Imaam Muwaffaquddin Ibnu Quddamah (w. 620H):
"Barangsiapa menolak adanya majaaz, maka ia seperti bersikeras menolak suatu kenyataan yang tak terbantahkan. Adapun mengakui adanya majaaz, namun berkata: 'Aku tidak mau menyebutkannya sebagai majaaz', maka ini hanyalah perbedaan pendapat terkait istilah yang tidak ada faidah dari perdebatan tentangnya."
*Raudhatun Naadzhir jilid I halaman 206-207
Al Haafidzh Ibnu Rajab (w. 795H):
"Ulama yang mengingkari adanya majaaz sebetulnya hanyalah mengingkari penamaannya dengan majaaz."
*Adz-Dzail 'alaa Thabaqaatil Hanaabilah jilid I halaman 385
---
Perhatikan contoh kalimat dalam Bahasa Indonesia berikut!
- Aroma gudang rumahku amatlah menusuk hidung
- Mobil Budi batuk-batuk sedari pagi
- Sinta dengan tekun mengembangkan bisnisnya
- Ibuku menjembatani perdamaian antara kedua temannya
Sebetulnya ada tiga proses di setiap kalimat tadi. Contoh untuk kalimat yang pertama:
- Aroma gudang rumahku seperti duri dalam hal ketajamannya -> Tasybih lengkap 4 rukun
- Aroma gudang rumahku adalah duri -> Tasybih baaligh (hanya ada rukun pertama dan kedua)
- Aroma gudang rumahku amatlah menusuk hidung -> Isti'arah (kiasan)
---
Isti'aarah
Adalah tasybih yang dihilangkan salah satu dari kedua pucuknya (yaitu musyabbah dan musyabbbah bihi). Dalam bahasa Arab, kedua pucuknya disebut طَرَفَا التَّشْبِيْهِ
Isti'aarah sendiri secara bahasa bermakna "peminjaman". Seolah-olah musyabbah meminjam makna musyabbah bihi.
Mari kita ingat kembali pelajaran tentang tasybih. Bahwasanya tasybih itu memiliki empat rukun, yaitu:
- Musyabbah
- Musyabbah bihi
- Adaatu tasybih
- Wajhu tasybih
ابن عباس مثل البحر في العلم
ابن عباس -> Musyabbah
مثل -> Adaatu Tasybiih
البحر -> Musyabbah Bihi
في العلم -> Wajhu Tasybiih
Jadi apa bedanya isti'aarah dengan tasybih?
Sebuah kalimat masih disebut tasybih selama rukun pertama dan kedua masih ada. Jika salah satu dari kedua puncuk tasybih (yaitu rukun pertama dan kedua) dihilangkan maka ia menjadi isti'aarah.
Contoh Surat Ibrahim: 1
الر ۚ كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَىٰ صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
"Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Rabb mereka, (yaitu) menuju jalan Rabb Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji."
Dalam kalimat yang berwarna merah terdapat dua penyerupaan.
Yang pertama adalah الهدى (petunjuk) sebagai musyabbah dan النور (cahaya) sebagai musyabbah bihi.
Yang kedua adalah الضلالة (kesesatan) sebagai musyabbah dan الظلمات (kegelapan) sebagai musyabbah bihi.
Proses untuk yang pertama adalah:
- الهدى مثل النور في الوضوح -> Tasybih lengkap empat rukun
- الهدى النور -> Tasybih Baligh (hanya ada rukun pertama dan kedua)
الهدىالنور -> Isti'arah
Maka di ayat tersebut yang disebutkan tinggal النور (cahaya) saja.
---
Rukun Isti'aarah ada tiga:
- Musta'aar Lahu (مستعار له) yang tadinya merupakan Musyabbah
- Musta'aar Minhu(مستعار منه) yang tadinya merupakan Musyabbah Bihi
- Musta'aar (مستعار) yang tadinya merupakan Wajhu Tasybiih
Perhatikan Surat Maryam ayat ke-4 berikut!
قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا
"Ia berkata, 'Ya Rabbku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo'a kepada Engkau, Ya Rabbku."
واشتعل الرأس شيبا secara leterlek artinya "Kepalaku membara dengan uban".
Dalam logika berbahasa kita berpikir bahwa memabara itu harusnya dengan api, bukan dengan uban. Prosesnya adalah Allah memperumpamakan uban seperti api dalam hal terang/bercahaya kemudian kata "Api" dibuang.
Jadi dalam hal ini,
Musyabbah/Musta'aar Lahu: شَيْبٌ (uban)
Musyabbah bihi/Musta'aar Minhu: نَارٌ (api)
Namun, kita tahu dari mana bahwa Musyabbah bihi/Musta'aar Minhunya adalah "Api"?
Kita tahu dari Lawazim yang Allah Ta'ala sebutkan dari ayat ini. Apa Lawazim dari api? Yaitu "membara". Karena yang membara adalah api.
Contoh lain dalam Hadits Bukhari & Muslim
...الخيل معقودٌ في نواصيها الخيرُ...
"Kuda itu terikat di kepalanya kebaikan hingga hari kiamat: yaitu pahala dan ghanimah."
Dalam hal ini ,
Musyabbah/Musta'aar Lahu: الخير (kebaikan)
Musyabbah bihi/Musta'aar Minhu: الحبل (tali)
Proses kalimatnya berasal dari kalimat "Kebaikan itu seperti tali". Lalu kata "tali" dibuang.
Bagaimana kita tahu bahwa Musyabbah bihi/Musta'aar Minhunya adalah "Tali"? Karena ada Lawazimnya, yaitu kata "diikat". Umumnya yang diikat itu kan tali.
---
Jenis Isti'aarah
Isti'aarah terbagi menjadi dua:
- Tashriihiyyah
- Makniyyah
Adalah Tasybih yang dihilangkan Musyabbbahnya. Disebut Tashriihiyyah (yang diperjelas) karena Musyabbbah Bihinya yang diperjelas.
Perhatikan Surat Ali Imran: 103 berikut ini!
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkah ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk."
Musyabbah/Musta'aar Lahu: الدين (agama)
Musyabbah bihi/Musta'aar Minhu: الحبل (tali)
"Agama laksana tali". Kemudian di ayat tersebut kata "agama" tidak ada. Maka yang ditonjolkan di sini adalah Musyabbah Bihinya sehingga disebut Isti'aarah Tashriihiyyah.
Contoh lain dalam Hadits
...يا معشر قريش - أو كلمة نحوها - اشتروا أنفسكم...
"Wahai sekalian Quraisy, belilah diri kalian (yakni selamatkanlah diri kalian dari neraka). Aku tidak mampu membela kalian sedikitpun..." [HR. Bukari & Muslim]
Musyabbah/Musta'aar Lahu: الإنجاء (penyelamatan/penebusan)
Musyabbah bihi/Musta'aar Minhu: الشراء (jual-beli)
Isti'aarah Makniyyah
Adalah tasybih yang dihilangkan Musyabbah Bihinya. Disebut Makniyyah (yang ditutupi) sebab Musyabbah Bihi-nya ditutupi.
Perhatikan Surat Al-A'raf: 154 berikut ini!
وَلَمَّا سَكَتَ عَنْ مُوسَى الْغَضَبُ أَخَذَ الْأَلْوَاحَ ۖ وَفِي نُسْخَتِهَا هُدًى وَرَحْمَةٌ لِلَّذِينَ هُمْ لِرَبِّهِمْ يَرْهَبُونَ
"Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya (kembali) luh-luh (Taurat) itu; dan dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat untuk orang-orang yang takut kepada Rabbnya."
Terjemah leterlek dari yang berwarna merah adalah "Amarah pun diam dari memprovokasi Nabi Musa."
Musyabbah/Musta'aar Lahu: الغضبُ (amarah)
Musyabbah bihi/Musta'aar Minhu: الرجلُ المغريْ (insan/provokator)
Prosesnya adalah Allah mengumpamakan amarah sebagai orang yang memprovokasi. Lalu musyabbah bihinya dibuang.
Karena yang ada tinggal musyabbahnya maka ini termasuk Isti'aarah Makniyyah.
Contoh lain ada dalam Hadits Bukhari & Muslim no. 16
بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ
"Islam dibangun di atas lima pondasi..."
Musyabbah/Musta'aar Lahu: الإسلام (Islam)
Musyabbah bihi/Musta'aar Minhu: البناء (Bangunan)
Prosesnya, Islam diibaratkan bangunan. Islam seperti bangunan. Lalu kata "bangunan" dibuang sehingga tersisa musyabbahnya saja.
Dari mana kita tahu bahwa musyabbah bihinya adalah "bangunan"? Karena ada lawazimnya, yaitu hal identik dengan musyabbah bihi. Lawazimnya adalah "dibangun".
---
Al-Imaam As-Suyuuthiyy mengatakan bahwa Isti'aarah lebih tinggi nilai Balaghahnya daripada Tasybiih dan Kinaayah (dalam Kitab Al-Itqaan halaman 514).
Karena tasybiih itu haqiqah. Budi seperti singa. Itu adalah haqiqah.
Jika kita isti'aarahkan, maka sudah melewati tasybiih baligh yang menggunakan kata "adalah". Maka tentu isti'aarah ini majas.
---
Mohon maaf jika ada salah atau kurang catat.
---
Selesai dicatat di Surabaya
20 Rabi'ul Tsani 1444H
Comments
Post a Comment