Mencari Uang Itu Susah, Benarkah?

Bismillahirrahmanirrahim

Memasuki bulan kesekian resign dan karena ini awal bulan, aku jadi ingin bercerita sesuatu. Beberapa hari yang lalu ketika hidup ngos-ngosan kesana kemari, aku jadi merasa bahwa mencari uang itu susah.

Setelah aku telaah lebih dalam, barangkali bukan mencari uangnya yang susah, tetapi aku memiliki pembanding atas kehidupanku yang lalu.

Iya, jika dibandingkan ketika bekerja di Kemenkeu dulu, boleh dibilang saat ini mencari uang bagiku tidak semudah dulu. Bagaimana tidak? Dulu hanya duduk jaga ujian saja sudah dapat beberapa ratus ribu. Jika dalam sepekan ada tiga ujian, sudah dapat berapa itu?

Namun saat ini rasanya mengumpulkan 50rb saja rasanya sulit. Menjual barang tidak semudah yang dibayangkan. Harus iklan ini itu. Harus packing ini itu. Harus kerja keras ini itu. Dll.

Apakah hanya jualan yang susah? Tentu tidak. Mengajar pun juga butuh ekstra perjuangan dan kesabaran. 

Namun, dibalik semua kesulitan ini, rasanya begitu manis dan begitu indah ketika akhir bulan aku menghitung jumlah pendapatanku dalam sebulan. Walau nilainya tidak seberapa, jujur aku merasa sangat bahagia ketika melihatnya. Rasanya seperti jerih payahku selama sebulan berjuang kesana kemari membuahkan hasil yang begitu membanggakan. 

Iya, aku bangga pada pendapatanku walau nilainya tidak bisa dibandingkan dengan gajiku di Kemenkeu dulu.

Inikah yang disebut keberkahan? 

Ketika akhir bulan melihat segala upaya membuahkan hasil yang membahagiakan.

Di dunia saja begini banget ya rasanya. Ketika perjuangan dibalas dengan sesuatu yang membahagiakan, perjuangan itu terasa begitu manis pada akhirnya.

Mungkin inilah perumpamaan hal yang terjadi di akhirat nanti. Ketika kita melihat balasan dari segala jerih payah beramal selama di dunia dan kita merasa perjuangan itu begitu indah dengan melihat balasannya.

Iya, inilah yang tidak pernah aku rasakan dulu ketika bekerja sebagai PNS. Jujur dulu aku merasa gajiku tidak sebanding dengan effort pekerjaan yang aku lakukan. Pekerjaan yang begitu-begitu saja dan sangat mudah sekali dibayar oleh nominal berjuta-juta yang jauh lebih dari cukup. 

Dulu aku senang melihat rekeningku penuh dengan uang. Namun, apakah aku bahagia? Rasanya tidak. Karena kebahagiaan tidak diukur dengan jumlah nominal yang dimiliki. Kebahagiaan itu terletak pada rasa. Pada segenap keberkahan yang menyelimutinya.

Dan hari ini, dalam perjalanan pulang dan pergi ke Delta Tama Sidoarjo, aku melihat banyak sekali orang yang perjuangannya melebihi perjuanganku. Ada yang jualan pentol, jualan buah, julalan jasa servis, dll. Mereka rela keluar rumah dan keluar dari zona nyaman untuk sesuatu yang bahkan untungnya tidak pasti. Belum tentu dalam sehari mereka akan mendapat keuntungan. Jika untung pun, barangkali keuntungan mereka tidak seberapa.

Dan aku? Alhamdulillah aku bisa berjualan dari rumah. Bisa mengajar dari rumah. Intinya apa apa masih bisa aku lakukan di rumah. Aku masih berada di zona nyamanku tanpa berjuang melawan sinar matahari. Masih mendapat keuntungan yang Alhamdulillah lebih baik dari mereka, dll.

Iya, benar sekali. Hidup itu menjadi lebih bahagia dan indah ketika kita bisa mensyukurinya. Maka sungguh benar sekali bahwa dalam perkara dunia hendaknya kita melihat orang yang ada di bawah kita. Agar kita tak mudah mengeluh. Agar kita terus mengucap syukur atas nikmat yang Allah beri.

Barangkali kesempitan hidup yang ada di benak kita saat ini hanya pikiran kita saja. Barangkali selama ini sesungguhnya kita dilapangkan dari banyak sisi, tetapi hal itu tidak kita sadari karena pikiran kita tertuju pada uang uang dan uang. 

Yaa Allah...

Segala puji hanya milik Allah yang mengizinkan kami mengeja rasa syukur hari ini. Semoga Allah selalu mengisi hati kami dengan kebahagiaan karena sebab keberkahan yang Dia berikan. Allahumma Aamiin.

---

Ditulis di Surabaya, 7 Jumadil Ula 1444H

Comments

Popular posts from this blog

Resign untuk Kedua Kalinya

Alasan BB Hafshah Stuck Berbulan-bulan

Mendidik Tidak Mendadak - Ustadz Abdul Kholiq Hafidzahullah

Bukan Sekedar Pindah ke Kontrakan

Sistem Sekolah: Dulu Tidak Ada Yang Memberitahu Aku Tentang Ini