Tafsir Ijmali - Surat An Nisaa'
Bismillahirrahmanirrahim
Masih bersama Ustadz Nur Fajri Ramadhan hafidzahullah. Kali ini kita akan membahas Tafsir Surat An Nisaa'.
--
Surat An Nisaa'. Ini adalah surat Madaniyah, terdiri dari 176 ayat. Disebut Surat An Nisaa' karena Allah menyebutkan kata ini di ayat pertama, yaitu رجالا كثيرا و النساء
Jika dilihat kembali, surat ini memang banyak membahas tentang perempuan. Surat An Nisaa' turun setelah Surat Al Mumtahanah dan sebelum Surat Az Zalzalah. Tentu maksudnya sebagian surat, bukan keseluruhan surat.
Nama An Nisaa' ini sendiri dari Nabi.
"Wahai Umar, tidakkah cukup bagimu ayat yang turun di akhir Surat An Nisaa' yang turun di musim panas?"
Dan Surat An Nisaa' mengandung banyak hukum, di antaranya tentang keluarga, wasiat, waris, harta yang haram, dll.
Juga tentang bagaimana perempuan ditinggikan betul di dalam Islam. Terkait akidah, Allah menyatakan bahwa kesyirikan adalah dosa yang sangat besar. Jika seseorang meninggalkan belum bertaubat, maka tidak akan diampuni. Adapun dosa yang lain, jika belum bertaubat, ada kemungkinan Allah ampuni secara cuma-cuma meskipun dia belum bertaubat.
Sebagaimana Allah sebutkan dua kali dalam surat ini pada ayat ke-48 dan 116.
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik. Dan Dia mengampuni dosa-dosa selain syirik bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa syirik kepada Allah, maka sungguh dia telah melakukan dosa yang besar."
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik. Dan Dia mengampuni dosa-dosa selain syirik bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa syirik kepada Allah, maka sungguh dia telah tersesat sejauh-jauhnya."
Kemusyrikan adalah lawan dari keadilan. Kemusyrikan adalah kedhaliman. Ketika adil adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya dan kemusyrikan berarti meletakkan peribadatan kepada selain Allah, berarti dia tidak meletakkan sesuatu pada tempatnya, berarti dia dhalim.
Karena hukum-hukum yang dibahas tadi, maka bermuara pada sebuah kesimpulan bahwa hukum-hukum Islam adalah hukum yang adil. Hukum Allah itulah keadilan. Keadilan hanya bisa diperoleh dari hukum Allah Ta'ala. Maka Allah beberapa kali menyebutkan untuk taat kepada Allah dan taat kepada Rasul sebagaimana di ayat 59.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul dan Ulil Amri di antara kalian. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul (Nya) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."
Di ayat 65 Allah mengatakan bahwa sekali-kali manusia tidak beriman sampai menjadikan Nabi hakim di antara mereka. Allah juga menyebutkan Ijma' di sini, yaitu bukan hanya agar taat kepada Allah dan Rasul-Nya tetapi juga Ulil Amri. Ini pada ayat 115.
Surat ini mengingatkan Ahlul Kitab. Sebagaimana di Surat Al Baqarah dan Ali Imran, banyak diskusi dengan Ahli Kitab. Jika Al Baqarah diskusi pada kalangan Yahudi. Surat Ali Imran pada kalangan Nasrani. Maka An Nisaa' banyak ke kalangan Yahudi. Nanti Al Maidah banyak ke kalanga Nasrani. Jadi selang-seling.
Allah mengingatkan keadilan. Bersikap pertengahan bagi Ahlul Kitab. Jangan ekstrim kanan atau ekstrim kiri.
---
Selesai dicatat di Rungkut, Surabaya
12 Jumadil Tsani 1444H
Comments
Post a Comment