Terpinggirkan di Mata Manusia
Bismillahirrahmanirrahim
27 adalah angka favoritku selama ini. Tanpa alasan yang jelas, aku menyukai angka 27. Dan tepat hari ini aku berusia 27 tahun secara masehi. Bukan bermaksud merayakan ulang tahun, tetapi aku merasa akhirnya aku sampai pada usia yang aku sukai angkanya ini.
Di usia ke-27 ini aku semakin menyadari bahwa hidup sebagai orang dewasa memang banyak masalah. Mau tidak mau. Suka tidak suka. Ujian silih berganti menyapa kita baik kita siap atau tidak.
Aku juga semakin menyadari bahwa aku hidup di dunia yang ukuran-ukuran kehebatan dan keberhasilannya hanya dari yang terlihat oleh mata saja. Aku terpinggir karena tak hebat secara dunia. Aku tersisihkan dan dilihat sebelah mata karena tak punya apa-apa. Bahkan aku dianggap bukan siapa-siapa karena tidak lebih cepat dari yang lainnya.
Penjara kehidupan |
Sedih? Manusiawi. Aku hanya seorang manusia biasa.
Namun, tepat hari ini pula, aku mendengar kisah yang sungguh membuatku banjir air mata. Kisah tentang seorang Arab Badui bernama Zahir dan kisah seorang sahabat Nabi bernama Julaibib.
Zahir adalah orang yang tidak rupawan. Ia adalah orang yang terpinggirkan. Namun, Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam menyukainya. Rasulullah memeluknya dan bercanda dengannya. Rasul tidak memandang fisiknya yang buruk rupa. Rasul memandangnya dengan cara yang berbeda.
Demikian pula dengan Julaibib. Ia adalah seorang sahabat yang tidak tampan dan tidak berada. Jika ia tidak hadir dalam majelis, tidak ada yang mencarinya dan jika ia tertinggal dalam perjalanan, tidak ada yang menanyakannya.
Jujur aku menangis mendengar kisah ini. Betapa aku mengerti bagaimana tidak enaknya menjadi Julaibib. Tidak diorangkan. Demikian barangkali istilah yang tepat untuk kondisi seperti ini. Iya, tidak diorangkan karena tidak terlihat secara dunia. Tidak diorangkan karena tidak punya apa-apa.
Aku yakin kita semua sebagai manusia ingin diorangkan. Ya, kita ingin diterima. Acceptance adalah kebutuhan kita sebagai manusia.
Akankah kita nyaman tinggal di lingkungan yang tidak menerima kita? Tentu tidak bukan.
Demikianlah yang membuat aku banjir air mata ketika mendengar kisah ini. Aku tahu rasanya tidak diterima dan itu sungguh tidak enak rasanya.
Walau demikian, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam 'mengorangkan' Julaibib. Beliau memandang Julaibib bukan dengan ukuran-ukuran secara dunia. Bahkan Rasulullah sampai mencarikan jodoh untuk Julaibib.
Singkat cerita, akhirnya Julaibib menikah dengan seorang gadis yang ridha dengan kehadirannya. Namun, setelah menikah, panggilan jihad datang. Julaibib langsung pergi ke medan perang bersama para sahabat lainnya.
Pada akhirnya gugurlah yang gugur dan syahidlah yang syahid.
Ketika Rasulullah bertanya siapa saja yang gugur, para sahabat menyebutkan nama banyak orang dan tidak ada satupun di antara mereka yang menyebutkan nama Julaibib. Kemudian Rasulullah bertanya kembali tetapi tetap saja tidak ada sahabat yang menyebut nama Julaibib.
Ya, demikianlah Julaibib di mata manusia. Dia terlupakan. Dia terpinggirkan. Bahkan ada tidaknya dia pun tidak teranggap. Tidak ada yang kehilangannya ketika dia sudah tiada.
Berbeda dengan para sahabat, Rasulullah mengatakan, "Adapun aku, aku kehilangan Julaibib".
Banjir air mataku ketika mendengar pernyataan ini. Rasulullah tidak memandang seseorang dengan ukuran materi. Rasulullah 'mengorangkan' Julaibib yang bahkan dilupakan oleh sahabat yang lain.
---
Iya, demikianlah kisah ini aku tulis kembali sesaat setelah mendengarnya. Agar aku selalu ingat bahwa selalu ada kesempatan untukku untuk punya posisi di sisi Allah Ta'ala.
Kalaulah aku memang tidak diterima oleh manusia, tetapi Allah Ar-Rahman Ar-Rahim melihatku.
"Ssesungguhnya Allah tidak melihat rupamu atau hartamu, tetapi Allah hanya melihat hati dan amalmu."
Allah melihatku dan itu cukup. Aku tidak perlu menjelaskan kepada manusia tentang apapun juga.
---
Dan barangkali bagiku kini, aku perlu menerapkan apa yang dikatakan oleh beberapa salaf terdahulu,
"Aku bergaul dengan orang kaya dan itu membuat dadaku sesak. Sedangkan ketika aku bergaul dengan orang miskin, dadaku menjadi tenteram."
Bagi yang ingin menyimak kajiannya, bisa ke sini ya
-Kajian Rutin-
📆 5 Sya'ban 1444H / 25 Februari 2023M
👤 Bersama:
Ustadz Dr. Fadlan Fahamsyah, Lc. M.HI -حفظه الله-
📖 Pembahasan:
Kitab Syamail Nabi ﷺ
Senda Guraunya Nabi ﷺ
(Bagian 3)
🎬 *Live Facebook:*
---
Alhamdulillahi bini'matihi tatimush shalihaat. Hanya kepada Allah aku memuji karena Dia telah menghiburku dengan mengizinkanku mendengar kisah ini hari ini.
---
Dirulis di Rungkut, setelah kajian di Masjid Al Amin
5 Sya'ban 1444H
Comments
Post a Comment