Menjadi Orang Dewasa

Bismillahirrahmanirrahim

Dulu aku pernah bertanya dalam hati, mengapa orang dewasa itu aneh sekali. Pertanyaan ini muncul ketika aku masih belasan tahun pertengahan. Masih begitu polos.

Aku bingung mengapa orang dewasa suka berbohong padahal mereka tahu bohong itu tidak boleh. Yang lebih aneh, mereka sendiri mengajarkan kepada anak-anak agar tidak berbohong. How could they teach something they disobey about?

Jujur, dulu aku juga bingung mengapa ada banyak sekali orang dewasa yang suka melakukan hal-hal yang dilarang atau tidak baik. Bayangkan saja, banyak orang dewasa suka merokok, suka film porno, suka berbuat licik, suka korupsi, dll.

I was so confused. Would people in my generation be like them?

Ternyata...

Kini aku tahu jawabannya.

Menjadi orang dewasa itu artinya kita siap berhadapan dengan diri kita sendiri. Diri kita yang punya banyak kelemahan. Diri kita yang diciptakan dengan syahwat. Dan diri kita yang punya kebebasan.

Mari merenung. Menjadi orang dewasa artinya kita 'bebas' bukan? Tidak ada lagi hukuman sekolah yang menanti kita jika kita berbuat kenakalan. Selama tidak ada orang yang tahu, maka kita akan merasa 'aman' melakukan kemaksiatan.

Let say, betapa banyak orang yang tahu bahwa membangun hubungan intens dengan lawan jenis yang bukan mahramnya itu dilarang. Namun, betapa banyak juga orang yang jatuh pada perkara ini hingga merusak hidupnya sendiri? 

Perzinahan, perselingkuhan, hingga anak di luar pernikahan adalah realita yang sering terjadi.

Apakah orang-orang ini tidak tahu hukum agama terkait hal ini? Harusnya mereka tahu. Perkara ini telah banyak dibahas dimana-mana. Namun, yang namanya syahwat, sulit sekali membendungnya.

Syahwat manusia begitu bergejolak. Terlebih ketika ada kesempatan. Ilmu yang didapatkan di majelis ilmu seolah menguap sehingga tak lagi peduli pada perkara yang halal dan haram. 

Naudzubillahimindzalik.

Aku menuliskan ini bukan untuk mengatakan bahwa aku bersih dari dosa. Hanya saja, aku ingin mengingatkan kita semua bahwa kita itu lemah. Janganlah bermudah-mudahan membuka pintu yang nantinya akan dimasuki oleh syaitan. 

Barangkali hari ini kita masih terjaga. Namun, satu pekan lagi, satu bulan lagi, atau mungkin satu tahun lagi, siapa yang bisa menjamin kita tidak jatuh pada kesalahan yang sama?

Menyadari bahwa fitnah syahwat ini begitu kuat, sungguh kita butuh lingkungan yang mendorong kita pada ketaatan. 

Pun juga kita butuh perlindungan dari Allah. Agar hati kita bisa membedakan mana hal yang harus diikuti dan mana yang harus ditinggalkan.

Sekedar tahu mana yang baik dan yang buruk secara pengetahuan tidak akan menjadikan kita aman dari melakukan kesalahan bukan?

Karena hakikatnya, tahu saja tidak cukup. Perlu taufik dari Allah untuk melakukan hal yang benar dan meninggalkan hal yang salah.

---

Ditulis olehku yang mendapat curhatan perselingkuhan. 
Semoga Allah selalu menjaga aku dan keluargaku dari perbuatan yang demikian.

16 Sya'ban 1444 H



Comments

Popular posts from this blog

Ikhtiar Persalinan Normal pada Anak Pertama

Doa Kami dalam Namamu

Assalamu'alaikum Baby H!