05 - Pendidikan Anak Usia 10-Baligh: Kiat Praktis Menemukan Bakat

Bismillahirrahmanirrahim

Masih bersama Ustadz Abdul Khaliq hafidzahullah. Seorang praktisi pendidikan bermanhaj salaf yang memiliki Sekolah Karakter Imam Syafi'i (SKIS).

Setelah sebelumnya kita membahas tentang masa emas pendidikan karakter bakat di pertemuan sebelumnya, kali ini kita akan membahas tentang Kiat Praktis Menemukan Bakat.

---

Bakat adalah jalan untuk menempuh visi hidup seseorang, jalan untuk menemukan peran sebagai khalifah di muka bumi. Dia bisa memberikan kebermanfaatan yang besar apabila ia beramal sesuai bakat yang dimilikinya. 

Ibnu Qayyim rahimahullah mengatakan,

"Hendaknya orang tua memperhatikan keadaan anaknya. Hendaknya orang tua mengetahui bakat apa yang dimiliki anaknya. Dan hendaklah orang tua mengetahui potensi yang terpendam dalam diri anaknya. Maka dengan itu orang tua akan mengetahui bahwa untuk bidang itulah anak diciptakan oleh Allah Ta'ala. 

Maka hendaklah orang tua tidak membebani anak selain bakatanya itu (selama bakat tersebut diperbolehkan oleh syari'at). Karena sesungguhnya jika anak diberi beban (dipaksa) untuk menyukai bidang yang bukan bakatnya maka anak tidak akan berhasil pada bidang yang dipaksakan tersebut dan hilanglah dari anak tersebut potensi yang ada dalam dirinya."


Sebenarnya, apa yang dimaksud bakat?

Perhatikan QS. Al Isra': 84 berikut ini

قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَىٰ سَبِيلًا
"Wahai Muhammad! Setiap orang akan berbuat sesuai pembawaannya. Maka Rabb kalianlah yang lebih mengetahui siapa yang paling benar jalannya."


Makna syakilah = 
  • Menurut keahliannya masing-masing
  • Menurut keadaan dan bawaannya masing-masing
  • Menurut tabiatnya masing-masing
  • Menurut jalan yang Allah tetapkan kepadanya

Syakilah = skill

Jadi, syakilah adalah sifat bawaan.

Inhale, exhale


Bakat adalah sifat pembawaan seseorang yang dapat dimanfaatkan untuk produktivitas atau sifat yang produktif.

Contoh: Sabar itu bukan bakat, tetapi akhlak. Sifat tawakal itu bukan bakat, tapi akhlak.

Contoh bakat: teliti, suka mengumpulkan, menganalisa, dll. Yang mana sifat-sifat ini bisa digunakan untuk berkinerja untuk bermanfaat bagi pihak lain. 

Dokter itu bukan bakat. Itu adalah bidang atau peran dari sifat-sifat bakat tersebut. Teknisi juga bukan bakat. Itu adalah bidang/peran. 

Karena bakat adalah sifat maka bakat itu terpendam dalam diri seseorang. Sifat orang mulai kelihatan apabila ia beraktivitas dengan sifat tersebut. Contoh seseorang senang mengumpulkan sesuatu, itu sifat. Bakat itu dapat digali ke diri seseorang dengan beraktivitas. Jika seseorang kurang aktivitasnya maka orang tua akan kesulitan menggali bakatnya. Karena bakat itu digali dengan aktivitas.

Namun, jika orang aktif sekali, semua dicoba dan merasa bisa maka seseorang juga akan kesulitan menemukan bakat anaknya karena semuanya bisa. Maka yang paling bijak untuk orang tua adalah dengan memperbanyak ragam aktivitas pada anak. Mana yang dia suka dan mana yang dia tidak suka.

Terkait dengan bakat/sifat ini, itu berkaitan dengan aktivitas. Nanti akan menjadi tajam dan bisa digunakan dalam berperan atau berprofesi di bidang tertentu. Sebagai contoh orang memiliki lima bakat. Bakat senang memperbaiki, menganalisis, teliti, gampang peduli, senang melayani orang. Jika dikombinasikan maka dia bisa menjadi dokter, teknisi, dan konselor.

Dokter dan teknisi terkait keduniaan adapun konselor terkait dengan ukhrawi.

Ada tiga hal yang menjadi tolak ukur sehingga kita bisa mengetahui bakat lewat aktivitas kita (rukun bakat):
  1. Al-Hirs (keinginan) -> Suka
  2. Al-Itqon (profesional) -> Bisa
  3. Al-Mufid (bermanfaat) -> Berguna
Bagaimana jika hanya ada dua? Contoh bisa dan berguna tetapi tidak suka. Ini bukan bakat. Itu namanya kompeten. 

Apabila suka dan bisa tetapi tidak berguna. Berguna di sini patokannya adalah syari'at. Jadi kalau tidak berguna maka itu bukan bakat. Itu namanya hobby. 

Apabila suka dan berguna, itu namanya mimpi. 

---

Apabila anak telah berusia 10 tahun lebih hendaklah aktivitasnya disesuaikan dengan bakatnya. Adapun di bawah 7 tahun, kegiatannya sesuai dengan apa yang dia sukai. Karena masa-masa ini adalah masa penuntasan egosentris. Usia 7-10 tahun mulai menggali bakat anak-anak yaitu apa yang dia suka dan dia bisa, walaupun belum ada gunanya. Setidaknya berguna untuk dirinnya sendiri. 

Nama bakat apa saja itu relatif. Cara mengetahui bakat anak adalah dengan memperbanyak ragam aktivitas. Akan terlihat aktivitas yang berguna atau tidak, yang dia suka atau tidak, yang dia bisa atau tidak.

Kita jangan memburu-buru anak kita yang masih kecil diarahkan ke profesi tertentu. Tugas kita bukan membangun profesinya tetapi menumbuhkan bakatnya. Masalah profesinya, Insyaa Allah anak akan membuat profesi sendiri. Bukan hanya tergantung peluang yang ada, tetapi anak akan melakukan profesi sesuai kebutuhannya. 

Profesinya yang sekarang ada dan dulu tidak ada, banyak. Begitu juga sebaliknya, profesi yang dulu ada dan sekarang tidak ada, banyak. 


 Q & A

1. Idealnya seorang anak dibesarkan dari keluarga yang harmonis, apabila kondisi idealnya belum terpenuhi, bagaimana? Apakah hal itu penghalang untuk melakukan home education?

Sebelum mendidik anak, perlu kita perhatikan kondisi orang tuanya. Sebab pendidikan bukan hanya pengajaran tetapi ada hal-hal yang perlu ditularkan. Termasuk dalam pendidikan keimanan, pendidikan adab dan akhlak, pendidikan akidah. Ini semua tentang keimanan dan tidak diajarkan. Efektifnya adalah dengan ditularkan dengan keteladanan. Dan teladan itu bisa didapatkan seorang anak jika ayah dan ibunya harmonis. Jika keluarga tidak harmonis, pasti pada efek pada anak, entah ada trauma, entah ada sisi maskulin-feminin yang tidak sempurna, tidak tumbuh kesadarannya karena adanya luka batin.

Namun demikian, seorang ibu yang walaupun single parent, bukan berarti kita harus menunggu sampai semuanya sempurna. Laksanakan yang ada walau ibu sendirian yang melakukan pendidikan. Tetap lakukan pendidikan semampunya walau kondisi tidak ideal. Nanti pertanggungjawaban pendidikan antara ayah dan ibu sendiri-sendiri. Jadi tetaplah ibu melakukan pendidikan untuk anak-anaknya. 

Pendidikan berbasis rumah itu tidak apa-apa karena itulah yang ideal. Karena penanggungjawab pendidikan rumah itu adalah ayah dan ibu. Karena rumah adalah miniatur peradaban bagi anak-anak kita. 

Apakah perlu istikharah? 

2. Apakah dalam Islam menemukan bakat adalah hal yang ditekankan sekali? 

Benar. Kembali pada Surat Al-Isra bahwasanya setiap orang akan bekerja sesuai dengan syakillah. Disamping beribadah kepada Allah, manusia juga berperan sebagai khalifah yaitu pemakmur bumi. "Dia lah Allah yang menjadikan Engkau dari tanah dan menjadikan Engkau pemakmurnya."

Agar apa? Memberi kebermanfaatan bagi makhluk Allah. Setiap orang bisa memberikan kebermanfaatan maksimal jika dia bekerja sesuai bakatnya. Namun, bakat itu setelah iman tumbuh. Sebab jika sebelum iman tumbuh maka akan sangat berbahaya. 

Kemampuan bakat Fir'aun adalah memimpin akan tetapi fitrah keimanan tidak tumbuh pada Fir'aun sehingga bakatnya justru menjerumuskannya. 

Bakat berniaga diberikan kepada Qarun tetapi dia tidak beriman kepada Allah bahwa apa yang dia peroleh adalah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala

Jadi iman dulu baru bakat. Jika peran sebagai khalifah ini dilakukan dengan ikhlas maka akan mendapat pahala di sisi Allah. 


---

Selesai ditinjau ulang di Surabaya
6 Syawwal 1444H

Comments

Popular posts from this blog

Ikhtiar Persalinan Normal pada Anak Pertama

Doa Kami dalam Namamu

Assalamu'alaikum Baby H!