Catatan Hati tentang Fun Arabic Academy
Bismillahirrahmanirrahim
Cita-citaku adalah pengajar. Begitu yang aku sadari sejak duduk di bangku SMA. Walau dulu ketika SMA aku sangat pelit dan jarang mau berbagi ilmu dengan teman-teman yang lain karena takut tersaingi, tapi jauh dari lubuk hati yang terdalam, aku tahu bahwa mengajar adalah panggilan jiwaku.
Uniknya aku harus lewat STAN dulu untuk tahu aku mau mengajar apa. Alih-alih jadi pengajar Akuntansi atau Ekonomi seperti prediksi teman-teman kuliahku, aku kini mengajar Bahasa Arab. Hal yang sangat tidak terpikir olehku dulu.
Jujur, ketika awal mengenal manhaj salaf di STAN aku memang sedih karena telah meninggalkan UGM. Bagaimana tidak sedih? UGM adalah pusat kajian sunnah bahkan sampai hari ini. Ustadz Firanda pun yang akhirnya kuliah di Universitas Islam Madinah mengenal manhaj salaf dari UGM.
Namun, kalau dulu aku tidak melalui fase hidup di STAN, mungkin aku tidak punya skill mengajar seperti hari ini. Perjalanan hidup ini unik sekali memang kalau dipikir-pikir. Dan tentunya tidak ada hal yang sia-sia dari apa yang telah Allah tetapkan.
---
Fun Arabic dengan izin Allah telah berjalan hampir tiga tahun. Banyak sekali pelajaran yang aku dapat dari tempat belajar ini. Aku sebagai guru, sesungguhnya akulah yang banyak belajar dari adanya Fun Arabic. Bukan hanya belajar materi tetapi juga belajar tentang kehidupan.
Di Fun Arabic aku mencoba menjadi orang yang profesional walau tidak ada atasan. Ya siapa juga atasannya orang aku bekerja mandiri. Aku mencoba memaksa diriku untuk tidak menunda waktu. Walau terkadang gagal dan berujung pekerjaan rekap dan koreksi yang menumpuk di belakang.
Di Fun Arabic aku juga belajar tentang membangun kekeluargaan. Aku mencoba melakukan pendekatan personal dengan murid-muridku. Di mayoritas kelas aku tidak mau dipanggil "ustadzah" karena hal itu akan membuat aku berjarak dengan mereka. Aku lebih suka dipanggil "mbak" sehingga bisa membaur dengan mereka.
Koreksi personal membuat aku bisa mengamati progres tiap orang. Sesi ini juga membuat aku dekat dengan masing-masing siswa.
Itulah sebabnya aku tidak mau membuka tempat untuk banyak orang. Karena aku ingin bisa membersamai mereka dengan upaya yang aku punya. Dan hal ini akan sulit terwujud jika aku punya banyak siswa.
Jakarta kala itu |
Di Fun Arabic aku juga belajar tentang betapa ibu itu luar biasa. Bayangkan ya, ada yang ikut kelas sambil menyusui, ada juga yang sambil menenangkan kedua anak kembarnya, ada yang sambil mengawasi anaknya yang lagi aktif-aktifnya, dan ada juga yang H-1 melahirkan masih sempat ikut kelas. Masyaa Allah, Barakallahu Fiikunna.
Selain itu, di Fun Arabic aku juga belajar bahwa tiap-tiap orang itu luar biasa. Kelas malam yang diisi oleh teman-teman STAN yang bekerja adalah contohnya. Ada yang baru pulang dari kantor langsung kelas dan tanpa sadar ketiduran karena saking capeknya. Ada pula yang izin mustamiah karena sedang di perjalanan dinas luar. Ada juga yang masih mencoba ikut aktif walau sedang menunggu kereta. Barakallahu Fiikunna cinta-cintakuu.
---
Mungkin secara dhahir, merekalah yang belajar ke aku. Namun, hakikatnya, akulah yang belajar ke mereka. Karena harusnya aku yang berterima kasih kepada mereka karena masih bertahan hingga hari ini. Di tengah semua kesibukan diri mereka masing-masing, mereka masih mau bertahan di kelas yang diampu oleh aku yang bukan lulusan pesantren atau jurusan keislaman.
---
Pada akhirnya, aku ingin mensyukuri nikmat ada di Fun Arabic ini. Walau aku penuh kekurangan, Allah masih memberi aku kesempatan untuk terus berbenah dan berlatih menjadi lebih baik lagi.
Jujur, aku tidak tahu apakan Fun Arabic akan tetap ada atau tidak. Yang jelas aku ingin memaksimalkan hal yang bisa aku lakukan hari ini agar tidak menjadi hal yang aku sesali nanti.
---
Ditulis di penghujung hari Jum'at
13 Dzulqodah 1444H
Comments
Post a Comment