Too Old to Have Children?
Bismillahirrahmanirrahim
Aku pernah berpikir apakah aku nanti akan terlalu tua untuk punya anak. Pikiran ini muncul ketika aku dapati orang-orang menyarankan untuk punya anak di usia muda agar gap usia dengan anak tidak terlalu jauh.
Wait, memangnya mengapa kalau gap usianya jauh?
Mereka mengatakan bahwa gap usia yang semakin jauh akan membuat dunia kita dan anak semakin berbeda. Karena gap usia yang jauh membuat kita dan anak semakin berbeda generasi. Selain itu, jika terlalu tua punya anak, kita akan kesusahan ketika anak sedang aktif lari kesana kemari. Secara, tubuh kita sudah semakin lemah sehingga tidak bisa bermain bersama mereka sepanjang hari.
---
Entahlah, aku rasa, ketakutan kita akan sesuatu yang kita nanti itu terjadi karena kita tidak tahu harus berapa lama menunggu. Dulu, aku depresi berat di usia 22 tahun karena tidak tahu kapan jodohku datang. Aku tidak tahu berapa lama harus menunggu sehingga pikiran-pikiran negatif datang menyerangku. Aku takut jadi perawan tua, bahkan aku takut jikalau aku tidak menikah selamanya.
Sangat aneh bukan? Padahal aku masih 22 tahun kala itu. Masih terlalu muda untuk mengkhawatirkan diri sendiri terkait pernikahan.
Kenyataannya, ketakutanku Alhamdulillah tidak terjadi. Allah izinkan aku menikah di usia 23 tahun. Aku hanya diminta bersabar beberapa saat saja. Aku hanya diminta mengambil pelajaran sesaat saja.
Namun, apa yang membuatku begitu ketakutan untuk menunggu?
Jawabannya adalah karena aku tidak tahu berapa lama aku harus menunggu.
The journey start here |
Iya, ketidakpastian seringkali membuat kita gelisah. Ketidakpastian membuat kita takut akan masa depan.
Namun, bukankah hidup memang seperti itu? Adakah sesuatu hal yang pasti di muka bumi ini? Adakah sesuatu hal yang sudah bisa kita ketahui sebelum itu semua terjadi?
---
Ketakutanku memiliki anak di usia yang terlalu tua perlahan terkikis dengan konsep parenting yang aku pelajari. Bahwasanya anak tidaklah lagi disebut anak ketika ia telah baligh. Bahwasanya ketika dia baligh, hakikatnya ia telah dewasa. Tidak ada yang namanya "remaja" dalam Islam. Yang ada hanyalah fase anak dan fase dewasa saja.
Berarti, masa bersama anak tidaklah lama. Paling lama mungkin hanya 15 tahun. Setelah itu, ia boleh mandiri. Proses pendidikan anak agar siap menjadi mandiri begitu singkat bukan?
Kalaulah aku takut gap usiaku dengan anak terlampau jauh, bukankah aku dan ibuku juga demikian? Ibuku melahirkan aku di usia 36 tahun. Dan apakah itu membuat kami tidak nyambung satu sama lain?
Jawabannya, Alhamdulillah, tidak.
Maka gap usia bukanlah hal yang harus ditakutkan. Karena jika Allah takdirkan sesuatu menjadi demikian, Allah juga pasti membantu kita untuk mengatasi kondisinya. Kalau memang Allah takdirkan seseorang berjarak usia cukup jauh dengan anaknya, apa berarti kemudian ia menjadi hina? Tidak bukan? Karena tidak ada kondisi yang mutlak di muka bumi ini. Semua telah Allah takar dengan kemampuan tiap hamba sesuai kapasitas diri.
---
Kalaulah aku takut tidak sanggup membersamai anak bermain karena kondisi kesehatan yang tidak lagi prima, hey! betapa banyak orang di usia 20an yang sudah jompo tubuhnya?
It's not about the age, it's about how we maintain our body.
Karena banyak juga kok orang yang sudah lanjut usia tetapi tubuhnya masih segar. Tubuh kita adalah tanggung jawab kita. Apa yang kita makan akan mempengaruhi kondisinya. Lalu apa yang harus aku khawatirkan terkait kondisi tubuh nantinya? Selama aku berusaha menjaganya, Allah akan mudahkan tubuhku baik-baik saja, Insyaa Allah.
---
Jadi, apakan ungkapan "Too Old to Have Children" itu benar?
Jujur saja, kalau diukur dengan kehidupan kakek nenek kita, kita semua ini terlalu tua untuk punya anak. Bayangkan saja, mereka menikah di usia belasan tahun. Punya anak pun juga di usia belasan (atau mungkin di usia 20an awal).
Adapun kita hari ini, menikah di usia belasan adalah hal yang tidak lazim. Punya anak di usia belasan juga adalah hal yang aneh.
Maka mengapa kita harus takut dengan kehidupan kita? Mengapa kita khawatir dengan hal-hal yang di luar kendali kita?
---
Tulisan ini sebagai pengingat bagiku untuk menyadari bahwa setiap orang pasti punya fase menunggu. Entah cepat atau lama, semua sudah Allah tetapkan untuk kebaikan tiap hamba.
---
Ditulis di Jambangan, Surabaya
11 Muharram 1445H
Comments
Post a Comment