Bali dan Kenangan di Dalamnya
Bismillahirrahmanirrahim
Jadi ceritanya HP ku mendadak ga bisa dibuat internetan. Qadarullah.
Akhirnya HP lamaku diaktifkan kembali sebagai pusat tetring selama di rumah. Dan membuka HP lama artinya juga membuka foto-foto di dalamnya.
Yang ternyata...
Foto-foto itu...
Menyimpan kenangan...
Yang teramat dalam...
Pantai Kuta kala itu |
Memandangi foto-foto itu membuat aku sadar betapa indahnya kehidupan di Bali dulu
Walau hanya berdua. Walau jauh dari keluarga.
Kehidupan di Bali membuat kami bebas melihat alam. Yang mana kemudian hari ini aku sadari bahwa ternyata itu adalah nikmat yang begitu besar.
Kuta, Sanur, sampai Kintamani adalah tempat jelajah yang begitu mengasyikan. Bali dengan segala pesonanya. Bali dengan orang-orang di dalamnya.
Ketika mata ini lelah karena terlalu sering melihat layar, pergi ke pantai adalah obatnya. Melihat birunya air yang begitu segar. Pun juga hembusan angin yang sangat menyenangkan.
Mungkin aku dulu memang kurang bisa bersyukur dengan keadaan. Padahal tinggal di sana adalah privilege yang tak akan semua orang rasakan.
Aku jadi paham mengapa aku harus 'dibuang' ke Bali. Dulu aku pikir aku memang dibuang. Dulu aku pikir aku tidak beruntung karena tidak ditempatkan di Jakarta.
Namun ternyata...
Aku yang memang butuh ditempatkan di Bali...
Aku yang butuh menghirup udara yang jauh lebih segar dari Jakarta. Aku yang butuh hidup pelan-pelan tanpa dikejar jadwal kereta. Aku yang butuh bermain di alam karena tubuhku sangat kacau keadaannya. Iya, aku yang butuh itu semua. Semua takdir ini ternyata adalah karena kebutuhanku sendiri. Dan sayangnya, itu baru aku sadari ketika sudah di Surabaya. Ketika ilmu dan petunjuk Allah telah hadir hingga membuatku sadar betapa baiknya Allah kepadaku selama ini.
Aku diberi akses gratis untuk memperbaiki kondisi hormonal imbalance ini. Aku diberi kemudahan untuk punya cara pandang yang lebih luas lagi.
Belum lagi vibes kehidupan sebagai muslim di sana. Sangat tidak bisa diceritakan rasanya. Betapa indahnya ukhuwah sesama muslim apapun 'bajunya'. Karena ternyata minoritas membuat kami solid bagaimanapun keadaannya.
---
Aku jatuh cinta pada Bali. Terlebih di sanalah saat-saat pertama kami melalui kehidupan rumah tangga.
Setiap sudutnya akan membuat aku ingat dengan kenangan kami bersama. Kenangan yang akan sulit diulang kembali jika memang bukan takdirnya.
"Kalau bisa milih, mau ngga tinggal di Bali lagi?" tanyaku kepadanya.
"Ya kenapa engga?" Jawabnya kala itu.
Natural remedy |
Rasanya baru kemarin...
Memulai hidup berdua dengan segala ceritanya.
Bersama-sama saling mengenal dan menyesuaikan satu sama lainnya. Menyelaraskan mimpi dan tujuan yang memang tidak mudah adanya. Namun, semakin lama semakin sadar bahwa pernikahan ini adalah milik berdua. Perlu saling menolong dan memahami kondisi dan keadaannya.
Terima kasih aku ucapkan kepada dia yang mau memilihku padahal dia tahu aku sakit. Dia tahu perjalanan memiliki anak bersamaku tidak akan mudah. Dia tahu dia akan mengalami tantangan ketika menikahi perempuan yang tak utuh keluarganya.
Iya, dia tahu itu semua. Dan dia tetap memilihku.
Terima kasih sudah mau percaya bahwa Allah akan mengizinkan aku hamil pada saatnya. Terima kasih sudah mau sabar memintaku hidup lebih sehat dan meninggalkan segala tabiat buruk yang telah aku jalani bertahun-tahun lamanya.
Tak terasa empat tahun kita bersama. Semoga Allah ridhai kita senantiasa bersama menuju Surga-Nya.
---
Ditulis di keheningan malam
27 Rabi'ul Tsani 1445H
Akan sulit melupakan tempat ini |
Comments
Post a Comment