Musabaqah Nahwu Sharaf Yayasan BISA 2023
Bismillahirrahmanirrahim
sebenarnya bagian paling dramatis itu ada banyak
mulai dari pengumuman final yang ternyata urutan paling bawah sendiri
pipa buat praktikum yang rusak dan harus nyedot nyedot idu
cari cari buah dan alhamdulillah ketemu
dan yang pualing dramatis ya pas grand final
wah subhanallah sekali soalnya muantap
dentine
yang seharusnya adalah nama dari bagian gigi sebelah dalam dari email wososososos
lomba pertama yang mengantarku ke babak semifinal saat kelas X
lomba pertama yang mengantraku ke babak final saat kelas XI
dan lomba yang benar benar berhasil membuatku menangis di mushola FK UA
aku pasti merindukannya
aku pasti akan ingat saat-saat perjuanganku berjuang tentangnya
saat cari buku gigi ke perpus kota
saat curi curi jam pelajaran buat nyatet segala hal tentang gigi
dan saat bertamu ke rumah tetangga yang dokter gigi buat belajar alginat
subhanallah..
ternyata sudah berakhir
tinggal UNAS dan SBMPTN
kontribusi terakhir untuk smala
terimakasih dentine :)
10 tahun yang lalu, aku ingat sekali bahwa menjelang Ujian Nasional aku membuat postingan di blog yang kurang lebih judulnya "Terakhir!! DENTINE 2013"
DENTINE adalah nama perlombaan Kedokteran Gigi di Universitas Airlangga. Karena aku merasa itu adalah kali terakhir aku mewakili sekolah untuk olimpiade, pengalaman DENTINE 2013 begitu emosional bagiku hingga aku tuliskan di blog. Berikut adalah tulisannya:
dramatis..
dentine tahun ini, sebagai penutup semua lomba yang pernah aku ikuti, begitu dramatis
dengan tidak adanya dedy dan digantikan ical dan membuat dedek ical merasakan grand final, seneng banget
ya benar, sebagai manusia aku hanya bisa berharap,berdoa dan berusaha
karena Allah lah yang paling tahu apa yang paling aku butuhkan
"...Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran) ; dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman ( dengan orang orang kafir)..."
dentine tahun ini, sebagai penutup semua lomba yang pernah aku ikuti, begitu dramatis
dengan tidak adanya dedy dan digantikan ical dan membuat dedek ical merasakan grand final, seneng banget
ya benar, sebagai manusia aku hanya bisa berharap,berdoa dan berusaha
karena Allah lah yang paling tahu apa yang paling aku butuhkan
"...Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran) ; dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman ( dengan orang orang kafir)..."
sebenarnya bagian paling dramatis itu ada banyak
mulai dari pengumuman final yang ternyata urutan paling bawah sendiri
pipa buat praktikum yang rusak dan harus nyedot nyedot idu
cari cari buah dan alhamdulillah ketemu
dan yang pualing dramatis ya pas grand final
wah subhanallah sekali soalnya muantap
dentine
yang seharusnya adalah nama dari bagian gigi sebelah dalam dari email wososososos
lomba pertama yang mengantarku ke babak semifinal saat kelas X
lomba pertama yang mengantraku ke babak final saat kelas XI
dan lomba yang benar benar berhasil membuatku menangis di mushola FK UA
aku pasti merindukannya
aku pasti akan ingat saat-saat perjuanganku berjuang tentangnya
saat cari buku gigi ke perpus kota
saat curi curi jam pelajaran buat nyatet segala hal tentang gigi
dan saat bertamu ke rumah tetangga yang dokter gigi buat belajar alginat
subhanallah..
ternyata sudah berakhir
tinggal UNAS dan SBMPTN
kontribusi terakhir untuk smala
terimakasih dentine :)
Ditulis tanggal 27 Februari 2013. Menjelang Ujian Nasional kala itu. Parah banget sih dulu aku nulis ga memperhatikan huruf kapital apa engga. Main tabrak aja hehe.
Dan kemarin, aku merasakan hal yang kurang lebih sama dengan kejadian 10 tahun yang lalu. Lomba untuk terakhir kalinya. Terakhir kalinya sebelum melahirkan Insyaa Allah.
Babak Final Musabaqah Nahwu Sharaf dari Yayasan BISA ini tentu membuat aku terpacu untuk murajaah banyak hal. Ternyata, banyak konsep, utamanya Sharaf, yang belum aku kuasai betul. Ternyata, belajar lewat lomba asyik juga. Dan ternyata, menang memang bukan segalanya.
Aku mengajak Dek Dian Cahyani untuk ikut lomba ini. Di babak penyisihan pekan sebelumnya, kami memang tertinggal pada awalnya. Namun, Alhamdulillah, Allah mudahkan kami sampai ke final karena biidznillah aku bisa raisehand lebih cepat dari peserta lainnya.
Jujur saja, selain ingin murajaah, aku ingin sekali dapat hadiah buku Sepurnama Bersama Al-Qur'an karya Ustadz Nur Fajri Ramadhan. Qadarullah, ternyata buku tersebut belum menjadi rezekiku. Di babak final kemarin, qadarullah jaringanku agak lemot hingga aku tak bisa raisehand lebih cepat dari peserta lain untuk menjawab pertanyaan. Padahal, biidznillah, banyak pertanyaan yang Insyaa Allah bisa aku jawab.
Namun, sungguh aku senang sekali. Tujuan utamaku untuk murajaah terwujud sudah. Emang dasar aku bumil yang ngadi-ngadi. Hamil besar bukannya hepi-hepi malah belajar Nahwu Sharaf dengan dalih pengalaman lomba sebelum melahirkan yang terakhir kali.
Dan kemarin, ada nasihat sang dewan juri, yaitu Ustadz Zaky Karami yang begitu kena sekali.
و من تكن العلياء همة نفسه
فكل الذي يلقاه فيها محبب
-- محمود سامي البارودي --
Siapa saja yang berhasrat tinggi tuk meraih hasil terbaik
Ia akan mencintai semua episode yang akan ia arungi
Kalaulah benar seseorang mencintai Bahasa Arab, ia tak akan menyerah dalam mempelajarinya. Ia tak kan gentar dengan segala episode yang akan ia jumpai nantinya. Sungguh, ini adalah pengingat bagiku sendiri. Sudah seberapa besarkah cintaku pada bahasa ini? Apakah aku telah mengerahkan usaha terbaik yang mampu aku lakukan? Menunjukkan kesungguhan di hadapan Allah agar Allah bukakan kemudahan demi kemudahan.
Entahlah, yang jelas ini adalah kali ketiga aku ikut musabaqah di Yayasan BISA dan kembali tidak menjadi juara wkwkwkwk. Dan kali ini aku benar-benar biasa saja. Tak ada rasa sedih yang menyapa ketika tak berhasil menjadi pemenangnya. Aku hanya berpikir, barangkali hatiku belum sanggup kalau aku jadi juara. Aku belum mampu mendapat pujian atau kekaguman dari orang lain jika namaku diumumkan menjadi pemenangnya.
Pada dasarnya, semua peserta yang sudah memberanikan diri ikut serta dalam musabaqoh (Hiwar maupun Cepat Tepat) adalah pemenang. Semua peserta adalah "the chosen ones" yang tentunya sudah punya "modal" ilmu yang lumayan untuk mengikuti lomba.
Namun tentu saja dalam setiap lomba akan ada yang tersisihkan. Bukan berarti yang tersisihkan kurang mumpuni, akan tetapi ada faktor-faktor yang mempengaruhi, seperti kecepatan dalam menjawab, grogi, gugup, nge-blank, sementara waktu menjawab soal sangat pendek, dan tentunya 'qodarullah'.
Dalam lomba, peserta yang terlihat lebih unggul dibanding peserta lain belum tentu akan menjadi juara, pun sebaliknya. Semua bisa saja terjadi.
Ikut serta dalam lomba ini merupakan bentuk kecintaan kita terhadap bahasa arab. Dari sini kita jadi punya pengalaman dan sekaligus sebagai muroja'ah serta pengaplikasian ilmu yang sudah kita pelajari sebelumnya. Insyaallah kita akan menjadi lebih siap jika ada lomba-lomba berikutnya.
Semangat selalu! Sampai jumpa lagi di musabaqoh berikutnya yaaa
_dari salah satu peserta musabaqoh hiwar_
Maka yang terbaik pasti adalah pilihan Allah.
الخير خرة الله
Dan aku masih ingat pesan ustadz di Musabaqah tahun 2021 yang lalu. Bahwasanya kita belajar bukan karena lomba, tetapi dari lomba kita belajar.
Iya, dari lomba kita akan belajar banyak hal. Dan inilah yang aku dapat sejak duduk di bangku sekolah. Lomba mengajariku untuk punya mental baja. Lomba juga mengajariku untuk berusaha melakukan yang terbaik yang aku bisa. Dan pada kesempatan musabaqah alias lomba terkait Bahasa Arab, aku jadi terpicu untuk belajar dan murajaah. Hal yang mungkin akan aku sepelekan jika tidak ikut lomba.
Will miss this moment |
Bismillah. Musabaqah ini adalah penutup dari kegiatan ini kegiatan anu yang aku ikuti selama masa kehamilan ini. Insyaa Allah setelah ini aku akan benar-benar off untuk menyambut amanah baru yang telah menanti.
Semoga Allah merahmati keluarga kami. Kami yang perlu terus belajar makna syukur dan sabar ini.
Terakhir, tak lupa aku ucapkan terima kasih kepada suami. Walau aku yakin, dia tidak membaca tulisan ini karena dia males ngepoin istrinya lewat blog wkwkwk, setidak-tidaknya tulisan ini akan menjadi memori untuk dibaca lagi di kemudian hari.
Terima kasih telah memberi ruang kepadaku yang masih belajar mengatur egonya ini. Terima kasih telah memaklumi segala ambisi yang ada dalam pikiranku ini. Terima kasih telah mengizinkan aku ikut ini ikut itu untuk memperkaya pengalaman diri.
Kedepan, aku yakin hidup tak akan semakin mudah. Kedepan, aku yakin amanah tak akan semakin ringan. Semoga Allah mudahkan kita melewati segala yang akan terjadi. Semoga Allah mengizinkan kita bersama-sama meraih Surga-Nya nanti.
---
Ditulis di hari yang begitu menyenangkan
Hari Ahad, selesai workout dan mengurus rumah berdua
12 Jumadil Tsani 1445H
Comments
Post a Comment