One Month Left Insyaa Allah

Bismillahirrahmanirrahim

Pagi itu, di tengah keheningan, aku tak kuasa menahan air mata. Aku menangis mengingat betapa baiknya Allah telah memberiku banyak kesempatan hingga hari ini. Dan aku menangis karena mengingat betapa aku sebagai seorang hamba telah banyak menyia-nyiakan kesempatan yang telah Allah beri.

Iya. Aku menangis. Menangisi diriku sendiri yang sibuk ina ini selama kehamilan ini.

---

Aku hanya merasa, ternyata masa kehamilan itu cepat sekali. Tiba-tiba sudah delapan bulan. Tiba-tiba bayinya sudah besar. Dan tiba-tiba masa persalinan itu sudah semakin dekat. Insyaa Allah.

Ada rasa takut dalam relung hatiku yang terdalam bahwa aku tidak akan punya kesempatan kedua untuk merasakan hamil lagi. Kalau bukan karena kasih sayang Allah, orang dengan riwayat sepertiku rasanya akan sulit untuk hamil alami.

Jujur, rasanya 9 bulan kurang lama untuk merasakan momen ini. Merasakan tiap hari bisa shalat karena tidak berhalangan, merasakan tendangan bayi yang semakin kencang, merasakan ngobrol dengan bayi dalam kandungan yang seolah dia mengerti apa yang aku katakan, merasakan kasih sayang pada makhluk yang bahkan aku belum pernah melihat wajahnya. Iya, masa ini ternyata singkat sekali. 

---

Ternyata benar. Menurunkan ego itu tidak mudah. Secara fisik mungkin aku di rumah. Namun, ada bagian dari diriku yang masih ingin melakukan ini dan anu atas nama aktualisasi diri. Ambisi diri yang barangkali membuat aku sibuk hingga tak sadar bahwa aku telah ada di ujung masa kehamilan ini. Masa yang jika boleh aku meminta, aku ingin mengulangnya lagi. Aku ingin melewati masa-masa ini dengan mindful. Tanpa agenda ini agenda anu. Tanpa kesibukan ini kesibukan itu.

Aku tahu aktualisasi diri itu perlu. Namun, bukan sekarang saatnya. Ada makhluk kecil yang membutuhkan aku sebagai ibunya. Yang mana jika aku tidak bersiap dan belajar, dia akan merasakan dampak dari kebodohan dan kecerobohanku sebagai ibu baru. Seorang anak tak berdosa yang sejatinya tak berhak merasakan dampak dari kelalaianku itu.

Aku menuliskan ini sambil bercucuran air mata. Ternyata begini ya rasanya (akan) jadi orang tua. Ada rasa bersalah ketika tidak memberikan yang terbaik bagi anak. Aku jadi mengerti mengapa orang tua di luar sana berusaha memberi segala sesuatu bagi anaknya.

Teringat nasihat Ustadzah Azizah hafidzahallah bahwasanya kita tak bisa memilih orang tua, maka jangan pernah dendam dengan kesalahan yang diperbuat orang tua kita.

Iya, aku jadi sadar bahwa tidak ada orang tua yang sempurna. Namun, kasih sayang orang tua tentunya paripurna untuk anak-anaknya. 

---

Nak, maafkan ibu ya jika selama delapan bulan ke belakang, banyak kesalahan yang ibu lakukan sebagai (calon) orang tua. Padahal ibu yang meminta-minta kehadiranmu. Ibu yang memohon-mohon kepada Allah untuk diizinkan hamil. Namun, ketika hamil, ternyata mengubah ritme hidup dari seorang Rahma yang terbiasa bebas bergerak menjadi seorang ibu itu tidaklah mudah. Ibu terbiasa dengan pencapaian. Ibu terbiasa melakukan banyak hal karena ingin produktif. Namun ternyata tiba-tiba ibu sudah ada di ujung masa kehamilan. Yang kemudian ibu sadari bahwa seharusnya ibu bisa lebih pelan dalam menjalani ritme kehamilan ini.

Ibu tidak mengatakan bahwa ibu sama sekali tidak memperhatikanmu. Ibu grounding dan jalan kaki tiap pagi, belajar terkait melahirkan dan menyusui, mempersiapkan clodi agar tidak pakai popok sekali pakai, berusaha tetap masak untuk menjaga nutrisi, minum ini minum itu agar perkembangamu semakin baik adalah di antara usaha yang ibu lakukan selama kehamilan ini.

Ibu akan rindu masa-masa ini Nak. Masa ketika kita masih satu tubuh. Masa ketika kamu dekat dengan detak jantung ibu. Masa ketika apa yang ibu makan kamu pun ikut memakannya. Dan masa ketika apa yang ibu konsumsi kamu pun ikut mengonsumsinya.

Alhamdulillah, agenda sibuk ibu telah berakhir hari ini. Insyaa Allah ibu akan memprioritaskanmu di bulan terakhir kita menjadi satu tubuh ini Nak. Ibu akan mengurangi ngajar, tidak membuka instagram, menguatkan lagi ilmu-ilmu terkait kelahiran, dan mengkaji lagi persiapan sebagai orang tua yang beriman.

Mohon maafkan kekurangan ibu sebagai calon ibu baru ya Nak. Semoga Allah mudahkan perjumpaan kita yang tinggal menghitung hari ini. Allahumma Aaamiin.

Padahal ada Ustadzah Yasaroh, ada Ustadzah Sumayyah, tapi mengapa aku yang dipilih?


Alhamdulillah








Comments

Popular posts from this blog

Ikhtiar Persalinan Normal pada Anak Pertama

Doa Kami dalam Namamu

Assalamu'alaikum Baby H!