Ujian Kita Beda Modul

Bismillahirrahmanirrahim

Dulu aku ingin punya anak pertama laki-laki. Sesimpel karena di keluargaku, anak pertamanya laki-laki. Bagiku, anak pertama haruslah memberi contoh bagi adik-adiknya. Dan beban anak pertama tentu tidak mudah. Maka, aku merasa beban itu baiknya dipikul oleh seorang laki-laki.

Ketika USG dan disampaikan bahwa bayi yang aku kandung sepertinya perempuan, aku agak denial pada awalnya.

"Mungkin saja hasil USG nya salah..." begitu pikirku dalam hati.

Bukan apa-apa. Kala itu aku takut tidak diberi kesempatan untuk hamil lagi. Aku pernah meminta kepada Allah, kalaulah kesempatan hamilku hanya sekali seumur hidup, semoga Allah berkenan memberiku anak laki-laki.

Aku ingin punya anak yang bisa kuliah di UIM. Kalau perempuan kan ga mungkin kuliah di UIM hehe. Pun juga dengan punya anak laki-laki, mahramku untuk safar jadi tambah banyak.

Jalan pagi lagi 🌿

Namun, seiring bertambahnya usia kandungan, aku senang sekali jika bayiku perempuan. Apalagi setelah suami meng-acc nama "Hafshah" yang aku ajukan. Aku jadi sangat berharap bahwa bayiku benar perempuan. 

Menjelang persalinan, aku mendengar kisah seseorang yang ketika USG, bayinya perempuan. Namun ternyata ketika lahir bayinya laki-laki.

Jujur saja aku tidak ingin hal itu terjadi ke aku. Aku berharap hasil USG ku sama dengan kenyataan. Ada perasaan tidak rela jika nanti yang keluar adalah bayi laki-laki.

---

Hari-hari ini, ada satu hal yang membuat aku sangat bersyukur punya anak pertama perempuan. Sebagai ibu baru yang sedang belajar menyusui, proses menyusui ini sungguh tidak mudah untukku. Hisapan Hafshah terasa menyilet-nyilet putingku.

Padahal bayi pertamaku perempuan. Apa kabar kalau bayi pertamaku laki-laki? Kata orang hisapan bayi laki-laki jauh lebih dahsyat dari bayi perempuan. Dan hal itu dibenarkan oleh Arizta yang saat ini punya newborn laki-laki.

Allah Maha Tahu kemampuan hamba-hamba-Nya. Kalau aku dikasih bayi pertama laki-laki, bisa jadi aku ga mau menyusui lagi saking sakitnya. Karena toleransi rasa sakitku memang rendah, aku diberi bayi perempuan sebagai langkah awal masuk ke dunia busui.

Siapa tahu habis ini aku jadi Konselor Laktasi ya kan. Kayak Mbak Mila yang jadi expert bgtt perihal lahiran normal pasca SC di anak pertama.


Setelah sharing dengan banyak pihak, aku jadi sadar bahwa ujian ibu baru memang beda-beda. Rata-rata ibu baru memang mengalami ketidaknyamanan ketika menyusui. Namun, ada yang sembuhnya cepat dan ada yang lama. Dan sepertinya aku termasuk yang lama. Iya, fase menyusui adalah ujianku.

Alhamdulillah aku tidak diuji di fase kehamilan dan kelahiran. 

Mual muntah ketika hamil adalah hal yang wajar. Perut terasa berat juga adalah hal yang wajar. Namun, aku tidak mengalami kesulitan yang gimana-gimana gitu ketika hamil biidznillah.

Ada orang yang sampai harus bedrest di rumah sakit ketika hamil. Ada yang sampai harus infus karena kurang darah. Ada yang lemah lunglai tak berdaya. Dan Alhamdulillah aku tidak mengalami itu semua. Bahkan aku dimudahkan Allah untuk workout, jalan pagi, bikin webinar, ngajar, nge-MC, bikin catatan ini catatan anu, ikut kelas ini kelas itu, dan segala keambisan lainnya.

Begitu pula ketika melahirkan. Aku tidak diuji dengan bayi yang terlilit tali pusar, bayi sungsang, atau kejadian-kejadian lainnya. Alhamdulillah kontraksiku juga hanya berlangsung 6 jam saja. Tidak seperti orang lain yang bisa sehari semalam merasakan sakitnya kontraksi.

Alhamdulillah aku hamil saat banyak teman-temanku sudah punya anak. Aku jadi bisa belajar dari kisah mereka yang SC dan berusaha melakukan upaya-upaya agar tidak SC. Aku pun juga diberi petunjuk untuk bergabung di grup VBAC Mbak Mila. Dari sana aku belajar banyak sekali terkait hal-hal yang harus diperhatikan agar bisa melahirkan normal.

Alhamdulillah aku hamil pasca covid. Kata Bidan Wina, banyak yang akhirnya SC ketika covid karena nakes tidak mau berlama-lama kontak langsung dengan pasien.

Alhamdulillah aku juga diberi kemudahan untuk bertemu provider untuk lahiran normal. Ada lho yang sudah bukaan 8 dan akhirnya SC karena dokternya tidak mau menunggu lebih lama lagi. Kan sayang banget :"

Iya, ujianku bukan pada fase hamil dan melahirkan.

Ujianku adalah pada fase menyusui.

---

Menyusui adalah perintah yang tertulis di dalam Al-Qur'an. Dan qadarullah ternyata aku diuji dalam proses pelaksanaan perintah ini.

"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan." - QS. Al Baqarah: 233

Hamil adalah mutlak pemberian Allah. Dan melahirkan pun jika ada indikasi darurat maka boleh SC. Adapun menyusui, ini adalah perintah bagi setiap ibu. Jadi merasa spesial diuji di momen yang memang diperintahkan.

Aku jadi ingat sebuah kaidah
إن عظم الجزاء مع عظم البلاء

"Sesungguhnya besarnya pahala tergantung pada besarnya kesulitan/musibah."

Semoga ujian ini membuahkan pahala berlimpah bagiku. Apalagi di salah satu bulan haram ini. Kalaulah ujian ini belum kunjung usai, semoga Allah memberi kesabaran kepadaku dalam proses menyusui ini.

Barangkali tekad dan kejujuranku sedang diuji di sini. Apa benar aku akan memperjuangkan ASI Eksklusif? Atau akankah aku tergoda Sufor?

Semoga Allah memberi aku dan bayiku petunjuk agar momen menyusui ini menjadi momen yang menyenangkan bagi kami berdua. Aamiin.

I'm not that alone

Selesai ditulis pas banget Hafshah nangis minta nen
Mohon doanya biar ga sakit
11 Rajab 1445H

Comments

Popular posts from this blog

Ikhtiar Persalinan Normal pada Anak Pertama

Parenting Delusion: Hal yang Dianggap Ilmu Parenting, padahal Bukan

02. Pendidikan Karakter Nabawiyah 0-7 Tahun