Ramadhan Kali Ini dan Kali Lalu

Bismillahirrahmanirrahim

Hai Hafshah, tulisan ini ibu tulis di H- beberapa jam memasuki 10 hari terakhir di bulan Ramadhan kali ini. Ada rasa haru melihat betapa antusiasnya orang-orang di sekitar ibu untuk memperjuangkan malam Lailatul Qadr. Pun juga rasa ghibtah kepada mereka yg Insyaa Allah akan berusaha ibadah maksimal di hari-hari tersebut.

Tahun lalu Nak, ibu ingat sekali. Di jam-jam menuju 10 hari terakhir, ibu menangis mendapati darah haid keluar. Entahlah, saat itu ibu hanya berpikir,

"Ya Allah, aku ingin itikaf. Bisa jadi tahun depan aku tidak bisa itikaf karena mungkin sudah punya amanah lain."

Dan ternyata benar Nak. Prasangka baik akan kehadiranmu itu benar-benar terkabul. Alhamdulillah.

Nak, rasa sedih yang muncul satu tahun yang lalu itu bukan karena takut kehadiranmu akan menghalangi ibu beribadah. Namun, lebih karena ibu menyesali diri sendiri yang tidak maksimal di 20 hari pertama Ramadhan dengan dalih ingin maksimal di 10 hari terakhir.

Ibu menyesal begitu dalam Nak. Bisa-bisanya berpikir demikian. Sangat percaya diri akan diberi kesempatan beribadah di 10 malam terakhir karena tidak bekerja kantoran. Dan lupa bahwa Allah bisa saja sewaktu-waktu mencabut nikmat kesempatan itu.

Rasa penyesalan yang begitu sesak karena waktu tidak bisa diulang kembali.

Barangkali itulah rasa yang akan dialami manusia yang telah wafat dan ingin kembali ke dunia untuk beramal tapi ternyata tidak bisa. Karena kesempatan itu telah tertutup selamanya.

---

Di hari-hari ini ibu ingin berpesan kepadamu bahwa jika nanti kamu telah baligh, minta tolonglah selalu kepada Allah untuk menggerakkanmu dalam ketaatan. Karena waktu adalah modal utama kita beribadah di dunia. Sekalinya ia berlalu, kesempatan itu akan tertutup selamanya.

---

Hafshah, maafkan ibu yang masih banyak belajar mengendalikan ego ya Nak. Kehadiranmu adalah anugerah luar biasa. Namun ternyata diri ibu masih punya ego pribadi untuk bisa seperti mereka yang bisa beribadah di hari-hari terakhir Ramadhan itu.

Iya, ibu harus mendefinisikan ulang makna ibadah Nak. Menginternalisasi bahwa ibadah tak sebatas pada shalat malam dan tadarus saja. Semoga kita bisa bekerja sama ya Nak. Ramadhan ini begitu spesial bagi ibu karena ibu pun belajar banyak untuk mengikhlaskan sesuatu yang memang harus diikhlaskan.

Insyaa Allah akan ada masa ibu bisa itikaf, memperbanyak shalat malam, memperbanyak tadarus, dll, tapi tentunya itu bukan sekarang.

Mungkin nanti ketika waktu itu hadir, ibu akan merindukan masa-masa kita bersama. Ibu akan rindu tangisanmu yang menandakan engkau membutuhkan ibu.

Sebelum masa itu tiba, ibu ingin mensyukuri masa yang ada saat ini. Semoga Allah mudahkan ibu memberi contoh kepadamu untuk berusaha menegakkan ketaatan di malam-malam tersebut. Aamiin.

---

Ditulis dengan linangan air mata
20 Ramadhan 1445H

Perbanyak baca ini Bu






Comments

Popular posts from this blog

Ikhtiar Persalinan Normal pada Anak Pertama

Parenting Delusion: Hal yang Dianggap Ilmu Parenting, padahal Bukan

02. Pendidikan Karakter Nabawiyah 0-7 Tahun