Popularitas VS Muhasabah
Bismillahirrahmanirrahim
Salah satu konsekuensi eksis dan terkenal adalah banyaknya energi yang akan terserap untuk berinteraksi dengan orang lain.
Konsekuensi lanjutan yang mungkin tidak disadari adalah semakin berkurangnya energi untuk memperhatikan diri sendiri atau mungkin keluarga sendiri.
Kintamani, Bali |
Contoh kecil, beberapa keluarga ustadz justru jarang ditarbiyah langsung oleh sang ustadz karena padatnya jadwal pengajian yang sudah mengantri.
Menjadi bermanfaat untuk banyak orang bukannnya tidak boleh. Menjadi populer pun bukan hal yang haram. Namun, ada konsekuensi yang sering kali tidak disadari dari hal tersebut.
Menjadi influencer misalnya. Betapa banyak energi yang terserap habis untuk memberi informasi dan membalas chat dari informasi yang ia sebarkan?
Sebagian waktu yang mungkin bisa ia alokasikan untuk lebih memperhatikan diri sendiri malah habis dengan aktivitas di media sosial.
Betul memang ia menjadi bermanfaat untuk banyak orang, tetapi apa kabar urusan domestiknya? Bagaimana keadaan keluarganya? Bukankah pihak yang paling berhak menerima kebermanfaatan kita adalah keluarga?
---
"Aku tidak butuh pasangan hidup yang terkenal..." begitu kata temanku ketika menceritakan seorang suami yang istrinya eksis di media sosial.
"Aku butuh pasangan hidup yang mau terus memperbaiki diri dan menaruh perhatian pada masalah kebersihan hati..." begitu kurang lebih ungkap sang suami.
Iya, popularitas, ambisi, dan segala bentuk pencapaian duniawi, sering kali membuat kita abai pada masalah kebersihan hati.
Mengapa? Karena waktu, tenaga, dan fokus kita ada di sana. Kita sampai tak punya energi untuk muhasabah ketika terus kejar-kejaran dengan berbagai urusan.
Maka, menjadi bermanfaaatlah untuk banyak orang pada kadar yang sesuai saja. Karena prioritas utama harusnya adalah hati dan keluarga.
---
Ditulis setelah mendengar kisah seorang adik kelas SMA, mahasiswa kedokteran UI yang tidak melanjutkan gelar dokternya dan merasa kecewa pada ibunya yang merupakan dokter anak ternama.
Sampai-sampai ia berkata, "Ibuku dokter anak terkenal, tetapi anak sendiri ga diurus..."
Semoga menjadi bahan renungan untuk kifa bersama.
13 Syawwal 1445H
Comments
Post a Comment