Merasa Kehilangan Diri Sendiri Setelah Punya Anak
Bismillahirrahmanirrahim
Menurutku salah satu hal yang membuat seorang ibu sering marah-marah adalah karena dia merasa kehilangan dirinya sendiri setelah punya anak. Bagaimana tidak? Waktu yang selama ini bisa dia gunakan untuk meng-upgrade dirinya sendiri kini beralih untuk mengurus bayi.
Yang dulunya rajin ikut kajian baca kitab, kini tak lagi sempat mengharakati. Yang tadinya ikut halaqah Al-Qur'an, kini bolong-bolong menghadiri majelis. Yang sebelumnya punya jadwal rutin untuk menuntut ilmu syar'i, kini membuka buku saja sulit sekali.
Terlihat sepele ya? Tapi kehilangan diri sendiri itu berat. Dan inilah trigger yang membuat ibu sering marah.
Mengapa hal ini bisa membuat marah? Sesimpel karena ada kebutuhan yang tidak terpenuhi. Once ada unmeet needs, di situlah akan muncuk mom rage.
Kebutuhan ibu bukan hanya fisik saja kan? Ada kebutuhan aktualisasi. Ada kebutuhan mengisi relung hati akan ilmu syar'i.
Ketertinggalan, kesempatan majelis yang hilang, kemunduran kemampuan, barangkali terlihat sepele di mata orang lain tetapi sungguh membuat ibu merasa kehilangan dirinya sendiri. Tak heran jika kemudian banyak ibu yang kurang tidur. Berusaha belajar tengah malam ketika anaknya sudah terlelap. Yang mana tentu ini tak sesuai dengan body clock dan kemungkinan besar akan mempengaruhi kesehatan fisiknya.
Berat ya jadi ibu? Haha. Engga, ngga berat aslinya. Hanya saja proses adaptasi ini butuh waktu. Butuh waktu untuk menerima bahwa kondisi sudah tidak lagi sama. Butuh waktu untuk lapang dada bahwasanya kini ladang amal yang terbuka lebar sudah berbeda bentuknya.
"Beramallah kamu sesuai dengan apa yang Allah mudahkan bagimu."
Barangkali dulu, kita dimudahkan menuntut ilmu tetapi belum diberi kesempatan ladang amal mengurus anak. Dan kini ladang amal kita ada di ranah mengurus buah hati dan kesempatan menuntut ilmu menjadi sempit sekali.
Akan ada masa bayi kita tumbuh dewasa dan tak membutuhkan kita lagi. Barangkali ketika itu terjadi, kita malah akan merindukan hari-hari ini. Rindu masa-masa keriwehan yang hakiki.
Maka nikmatilah hari ini. Sambil terus berusaha meluaskan hati bahwa ladang amalmu kini telah berganti.
Tetap penuhi aktualisasimu, tetap berusaha mengembangkan diri, tetapi ingat kamu kini punya batasan yang kondisinya sudah tak sama lagi.
Semangat Bu, aku juga merasakannya. Kita berjuang bersama ya!
---
Selesai ditulis ketika Maghrib
9 Rabi'ul Awwal 1446H
Comments
Post a Comment