Ketika Kebersamaan di Dunia Hanya Sementara
Bismillahirrahmanirrahim
Aku pernah berpikir bagaimana jika aku meninggal mendadak sebelum Hafshah selesai ASI dan selesai GAPS? Hak ASI ekslusif dua tahunnya akan terputus pun juga aku tidak yakin akan ada orang yang mau menyiapkan makanan Hafshah sesuai panduan GAPS.
Kemudian aku berpikir lagi bahwa sepertinya pola pikirku di atas terlalu ke-PD-an. Aku merasa Hafshah hanya akan baik-baik saja jika aku yang merawatnya. Aku lupa bahwa Hafshah adalah makhluk Allah. Bukan aku yang menjaga Hafshah, tapi Allah Ta'ala.
Hafshah akan menjalani takdirnya sendiri. Demikian pula dengan aku. Karena yang menjaga dan mengatur kehidupan kami bukan kami pribadi, tetapi hanya Allah Azza wa Jalla.
Namun, di balik itu semua, aku berharap Allah mengizinkan aku tetap membersamai Hafshah sampai dia selesai ASI dan GAPS. Aku ingin dua hal ini menjadi landasan awal kesehatannya sebelum ia bertemu duia luar yang sangat jauh dari fitrah, utamanya dalam konteks ini adalah fitrah makan itu sendiri.
Dan dari renungan ini aku jadi menyadari bahwa pertemuan kita dengan orang-orang tercinta di dunia hanya sebentar. Kita semua pasti berpisah. Pasti.
Entah kita yang ditinggalkan atau kita yang meninggalkan.
Dan jika kita benar-benar menyadari hal tersebut, maka kita akan memperlakukan mereka dengan sebaik-baiknya. Karena waktu kebersamaan ini tidak lama, jadikan tiap momen kebersamaan menjadi begitu berharga.
Ditulis setelah Subuh
19 Rabi'ul Akhir 1446H
Comments
Post a Comment