Renungan Lima Tahun Bersama
Bismillahirrahmanirrahim
Hari Sabtu lalu ada dua teman kami yang berkunjung ke rumah. Keduanya adalah teman SMP ku dan suami. Iya, karena aku dan suami satu SMP dan satu SMA, banyak dari temannya adalah temanku, dan banyak dari temanku adalah temannya.
"Kita harus banyak bersyukur ya. Banyak teman kita yang masih berjuang cari jodoh. Ada juga yang berjuang punya anak. Dan ada juga yang masih berjuang cari pekerjaan..."
Di tengah riuh padatnya kehidupan yang serba cepat saat ini, Alhamdulillah ternyata kami diberi bergitu banyak nikmat oleh Allah Ta'ala. Allah memberi kami pasangan hidup, kesempatan berkeluarga, anak yang baik, dan kehidupan yang walau tidak bisa dibilang kaya tetapi Alhamdulillah cukup untuk sehari-hari.
Ternyata banyak sekali nikmat yang sudah Allah beri kepada kami selama lima tahun terakhir. Yang mana mungkin selama ini aku masih punya banyak PR untuk mensyukurinya. Yang mana kalau diingat-ingat kembali, ternyata Allah telah begitu baik karena telah memperbaiki keadaanku yang sangat terombang-ambing di Bali dulu dengan memberikan aku nikmat keluarga yang tidak diberikan ke semua orang.
Kalau melihat archive instagram tentang kehidupan di Bali 5 tahun yang lalu, aku sungguh terharu akan baiknya Allah kepadaku yang banyak dosanya ini. Dulu aku berpikir bahwa penempatan di Bali adalah hukuman dari Allah karena aku bukan hamba yang baik. Aku diasingkan dari Jakarta yang begitu banyak kajian sunnahnya, sendirian di Bali dengan kehidupan yang kanan kiri tempat hura-hura, karena aku telah melakukan kesalahan yang begitu besar hingga membuat Allah murka. Begitu pikirku saat itu.
Aku pernah berpikir bahwa aku akan jadi perawan tua. Bagaimana tidak? Di Jakarta yang mayoritas muslim saja aku tidak bertemu jodoh, ya apalagi di Bali. Belum lagi mencari jodoh yang satu tempat kajian, nyari muslim aja ga semudah itu, apalagi nyari yang satu tempat kajian.
Hwaaa aku sungguh ingin menangis mengingat masa-masa itu....
Aku sering berangkat ke kantor sambil mendengarkan kajian Ustadz Nuzul. Di jalan tiba-tiba menangis. Aku sangat butuh akan pertolongan Allah. Aku takut sendirian. Menghadapi dunia kerja yang baru, seorang diri, dan banyak uang. Aku sungguh takut hatiku berbelok ke arah yang tidak semestinya. Hidupku di Bali sangat suram kala itu. Aku pulang kantor tanpa ada orang yang menungguku. Aku menjalani hari hanya untuk menggugurkan kewajiban karena sudah dibayar negara. Aku jauh dari orang tua tanpa bisa bercerita kekalutan hati yang sedang terjadi.
Saking udah ga tahu harus gimana. Mencoba menghibur diri bahwa selama masih hidup maka kesempatan punya jodoh itu masih ada |
Masa-masa terbang dari satu bandara ke bandara lain dibayari negara. Uang banyak tapi hati tidak bahagia |
Namun ternyata ujian itu tidak lama...
Bulan September 2019, sembilan bulan sejak pertama kali aku menginjakkan kaki ke Bali, aku dilamar temanku sendiri. Kondisi yang tiba-tiba berubah dari yang benar-benar kalut hingga perlahan membaik, membaik, dan membaik.
Bali yang sangat menakutkan saat itu berubah menjadi tempat yang begitu menyenangkan karena biidznillah aku akan segera memiliki pasangan hidup yang berulang kali aku minta dalam doa. Dan ya, Alhamdulillah, November 2019 akad itu telah terucap. Dengan izin Allah, aku tak lagi sendiri menghadapi kerasnya dunia ini.
Tulisan ini adalah pengingat bagi diriku sendiri untuk terus menysukuri kehadiran suamiku. Allah telah begitu baik menyelamatkan aku dari kesendirian dan ketakutan yang luar biasa. Allah telah begitu baik memberi aku jodoh seperti apa yang aku minta. Maka apa pantas aku menyelisihi keinginan suamiku?
Aku menulis ini sambil menangis. Mengingat begitu banyak kurangnya aku sebagai istri. Mengingat aku yang masih sering mengedepankan ego dan hawa nafsu di atas saran dan masukan dari suamiku.
Ternyata nurut itu tidak mudah ya boend...
Ada banyak pencapaian hidup yang ingin aku lakukan tetapi aku tahu suamiku tidak ingin aku begitu. Ada banyak keambisan hidup yang ingin aku kerjakan tetapi aku tahu ridha suamiku bukan di sana.
Maka semoga tulisan ini menjadi renungan bagiku yang telah Allah selamatkan dari rasa kesedihan yang mendalam selama menjomblo dulu. Bahwa kehadiran suamiku adalah nikmat yang luar biasa yang tak pantas untuk aku sia-siakan begitu saja. Bahwa nasihatnya adalah tanda cinta yang tak layak aku anggap sebagai angin lalu saja.
Ada Surga di Rumahmu - Ustadz Syafiq Basalamah Hafidzahullah
Semoga Allah senantiasa merahmati kami. Melapangkan hati kami. Menyelaraskan langkah kami.
Alhamdulillah, terima kasih telah bersabar bersamaku selama lima tahun terakhir.
Ditulis dengan penuh penghayatan
8 Rabi'ul Tsani 1446H
Comments
Post a Comment