Anakku Tidak Ideal

Bismillahirrahmanirrahim

Tulisan ini ditulis ketika hujan turun lebat. Ketika aku baru saja seharian menyusui Hafshah karena dia minta disusui sepanjang hari. Tidak, dia tidak lapar. Hanya saja dia mencari kenyamanan karena tumbuh gigi yang sedang ia hadapi.


Me and mini me


Ini adalah kali kedua kami mengalami fase tumbuh gigi yang agak heboh, yaitu gigi ke-9, 10, dan 11 yang mana semuanya adalah gigi geraham. Hafshah demam. Tubuhnya panas. Dia tidak lahap makan dan hanya ingin nenen.

Alhamdulillah, kali ini Allah memberi aku kesabaran lebih besar sehingga aku tak lagi bersikap seperti di pengalaman sebelumnya. Aku bisa lebih tahan mendengar rengekannya walau tentu saja terkadang dalam hati aku ingin ia berhenti merengek.

Namun, hari ini aku menangis. Aku menangis karena aku merasa lelah. 

Ya Allah, Engkau tahu aku sudah melakukan berbagai upaya untuk memberi makan anakku dengan makanan terbaik yang bisa kami berikan. Engkau pun juga tahu aku telah melakukan ini dan itu untuk menunjang kesehatan pencernaannya Hafshah.

Aku tahu BB bukan segalanya, tetapi aku juga ingin melihat BB anakku naik Ya Allah. 

Iya, aku sedih. Sebagai manusia biasa yang telah berjuang kurang lebih lima bulan dalam per-MPASI-an dan melihat BB anakku stuck, aku merasa lelah dengan semua yang telah aku usahakan.

The last


But then, aku menyadari mungkin hasil panen dari segala nutrisi yang aku sediakan untuk Hafshah tidak terlihat sekarang. Dan aku yakin segala makanan yang baik akan berpengaruh baik pula untuk Hafshah di kemudan hari.

Anakku tidak ideal. Iya, aku mengakui itu. Sebagaimana pula aku sebagai ibu juga tidak ideal. Masih sangat banyak kekurangan dan kesalahannya. Namun, jika bukan aku yang menerima kondisi anakku, harus siapa lagi? 

Apakah jika anakku bisa bicara dengan tatapan polosnya, "Ibu, aku mengecewakan ibu ya karena beratku tidak naik?"  lalu aku akan tega mengatakan "Iya"?

Anakku tidak tahu apa-apa. Bahkan dia lahir dengan warisan toksin pun juga bukan salah dia. Ketidakidealan dia pun juga tidak dia minta. Lalu apa mungkin aku tega mengatakan aku kecewa padanya?

Hafshah and her fav finger food


Di tengah semua beban pikiran ini, aku harus sangat mensyukuri bahwa anakku tidak kekurangan sesuatu apapun. Pernah suatu hari aku melewati seorang anak yang qadarullah cacat. Pernah juga lewat di berandaku seorang anak yang harus dirawat di rumah sakit karena jantung bocor, dll.

Iya, aku harus banyak-banyak bersyukur atas semua nikmat yang Allah beri. Karena setiap hamba memiliki ujiannya masing-masing.

---

Dear Hafshah, maaf atas semua ekspektasi ibu kepadamu ya Nak. Hafshah anak shalihah. Hafshah tidak salah apa-apa. Hanya saja ibu yang masih perlu belajar untuk lebih sabar dengan segala proses ini. Doakan ibu dan bapak agar selalu diberi taufik oleh Allah dalam membesarkan Hafshah ya Nak.

Ibu sayang Hafshah dan semoga Hafshah juga demikian.

Ditulis di penghujung sore
2 Jumadil Tsani 1446H

Comments

Popular posts from this blog

Ikhtiar Persalinan Normal pada Anak Pertama

Doa Kami dalam Namamu

Mendidik Tidak Mendadak - Ustadz Abdul Kholiq Hafidzahullah