Jika Nikmatmu Diberi 9, Hisabmu Juga 9
Bismillahirrahmanirrahim
See? Tulisan-tulisan yang aku bawakan sering kali tentang pengasuhan, hal yang sangat relate dengan hidupku saat ini. Aku ingin hasil penelitianku bermanfaat dalam proses pengasuhan umat Islam yang sudah banyak terdistraksi dengan berbagai informasi dan gaya hidup di era media sosial.
"Seorang muslim itu harus punya skill. Harus jago di bidangnya masing-masing." - Ustadz Nuzul Dzikri hafidzahullah
Salah satunya untuk menjaga izzah, kehormatan, agama kita.
Hello everyone! Sudah jam 10 malam di sini dan seperti biasa karena kami sedang dalam proses menuju penyapihan Hafshah, aku belum ikut tidur dulu agar Hafshah tidak terbiasa nenen menjelang tidur.
So, here I am. Lagi ada hal yang ingin aku tumpahkan di sini.
Jadi, kemarin Alhamdulillah aku menyelenggarakan webinar (atau mungkin lebih cocok disebut 'mini workshop') terkait menulis Esai Ilmiah. Acaranya hari Ahad dan materinya baru aku bikin secara niat di hari Sabtu malam sampai pukul set.12 malam.
Jujur aku sangat berapi-api mengisi materi ini karena hmm...gimana ya...ini tu materi yang aku banget gitu. Di antara webinar keuangan, webinar clodi, atau webinar menulis esai, aku lebih suka diminta mengisi materi tentang menulis esai karena, bukan bermaksud sombong, udah ada bukti keberhasilan dari tulisan-tulisanku biidznillah.
Punten izin taruh portofolio di sini |
Biidznillah ga nyangka udah sebanyak ini Tiga hal ini yang terbaru |
Sedangkan kalau mengisi tema cara mengelola keuangan atau clodi gitu, ya aku juga masih dalam proses. Kaya belum, tapi aku berusaha me-manage keuangan kami. Begitu juga dengan clodi, rajin 100% pakai clodi juga belum, tapi aku berusaha mengurangi pospak dengan clodi.
Sedangkan materi tentang menulis esai itu membuat aku sangat semangat karena aku beneran sharing cara yang Alhamdulillah membuat aku berhasil menulis dengan baik. Kalau emang kelebihan yang Allah beri ke aku adalah kecerdasan intelektual, kenapa engga aku maksimalkan dengan terus berbagi hal yang bisa aku bagikan?
Salah satunya berbagi skill menulis ilmiah yang mungkin ga semua orang punya. Dan bagiku, ketika aku selesai menulis sebuah karya ilmiah, rasanya plong sekali! Walau proses mencari data dan referensinya berdarah-darah, walau menyita waktu, tenaga, pikiran, dan mungkin biaya.
Aku merasa karya tulis ilmiah adalah hal yang lebih bisa dipertanggungjawabkan isinya secara konten ketimbang jika aku menulis di blog seperti ini. Dan aku merasa ketika karya itu menang atau lolos seleksi, ada kebermanfaatan secara ilmiah yang bisa aku bagi untuk umat ini.
Insyaa Allah dalam waktu dekat bakal presentasi ini di salah satu konferensi |
See? Tulisan-tulisan yang aku bawakan sering kali tentang pengasuhan, hal yang sangat relate dengan hidupku saat ini. Aku ingin hasil penelitianku bermanfaat dalam proses pengasuhan umat Islam yang sudah banyak terdistraksi dengan berbagai informasi dan gaya hidup di era media sosial.
Sebagai contoh, mengapa aku menulis tema di atas? Karena berangkat dari rasa prihatinku atas ketidakhadiran orang tua dalam pengasuhan yang menyebabkan anak mencari hiburan sendiri lewat ponsel dan akhirnya terpapar konten negatif. Contoh lain, mengapa aku menulis tema tentang korelasi Shalat Tahajud dan Mom Rage adalah karena aku merasa diriku dan banyak ibu lainnya sering marah ke anak atas hal yang seharunya bisa untuk tidak marah. Aku mencari tahu apa sebab marahnya dan apakah intensitas Shalat Tahajud berkorelasi negatif dengan kemarahan itu?
"Jika nikmatmu 9, hisabmu juga 9" - au kama qal
Mungkin ada yang bertanya mengapa aku serajin itu bikin tulisan. Apakah hidup sebagai ibu saja tidak cukup membuat aku sibuk? Ditambah lagi aku punya aktivitas mengajar, mengapa aku repot-repot menulis untuk hal yang belum tentu menang atau belum tentu lolos seleksi?
Jawabannya adalah karena "Jika nikmatmu 9, hisabmu juga 9". Aku merasa nikmat kecerdasan yang Allah beri kepadaku ada di atas rata-rata. Potensi kecerdasan yang Allah beri ke aku tentu akan dihisab karena Allah memberinya juga lebih dari orang lain.
Jujur aku pernah merasa iri dengan temanku yang seumuran tetapi sudah punya rumah sendiri dan rumahnya luas. Aku iri karena dia kaya sehingga tanpa keluar rumah pun dia tetap bisa bergaul dengan mendatangkan orang ke rumahnya lewat penyelenggaraan kajian di rumahnya.
Namun, sekarang aku sadar bahwa apa yang dia lakukan bisa jadi karena dia sadar hisab kekayaannya juga di atas hisab orang lain. Rumahnya yang luas berpotensi sia-sia jika tidak dimanfaatkan dengan baik dan mungkin dengan sebab itulah dia menyelenggarakan kajian di rumahnya.
Demikian pula dengan aku yang -biidznillah- Allah beri nikmat kecerdasan ini. Hisabku juga pasti tidak sesimpel jika aku diberi kecerdasan rata-rata atau di bawah rata-rata. Oleh karenanya aku ingin menggunakan segala potensi ini untuk kebaikan kaum muslimin. Sebagaimana yang sering aku ucap dalam doa, aku ingin aku sekeluarga digunakan oleh Allah untuk kebaikan umat Islam melalui segala potensi yang kami miliki.
Kita tidak akan dihisab akan nikmat orang lain bukan? Kita akan dihisab sesuai nikmat kita masing-masing.
Ada yang pernah bertanya kepadaku mengapa aku tidak ngantuk di pagi hari walau tidur larut? Jawabannya adalah karena aku ingin berkembang. Pagi hari ketika anakku tidur adalah prime time bagiku untuk belajar. Dan akan sayang jika aku gunakan waktu tersebut untuk tidur padahal waktu belajarku sempit.
Kata orang, jika ibunya sibuk, anaknya akan jadi korban. Iya, aku sangat setuju dengan hal tersebut. Namun, bagiku, terkadang ibu butuh untuk sibuk dengan dirinya sendiri untuk memenuhi kebutuhannya. Karena ketika kebutuhan dirinya belum terpenuhi, ia berpotensi rentan marah kepada anaknya.
Dan menulis karya ilmiah adalah salah satu wasilah yang memenuhi kebutuhan aktualisasiku. Ketika kesempatan S2 itu sedang tertutup bagiku saat ini, bagaimana lagi caranya aku menyalurkan potensi ini jika tidak dengan menulis karya ilmiah?
Dan tentu saja aku tetap berusaha menjaga agar walaupun aku menulis, Hafshah tidak kehilangan kehadiranku. Walau kadang berat dan ada saja celah tidak sempurnanya, tetapi setiap manusia butuh memenuhi rasa berharga. Dan cara tiap orang tentu berbeda. Caraku salah satunya seperti ini. Dan inilah jalan tengah yang menurutku mengakomodasi kebutuhan Hafshah dan kebutuhanku.
Tetap berusaha hadir utuh untuk Hafshah Ketika ibu butuh bergerak agar pikiran ruwetnya terurai sedikit demi sedikit |
Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Allah.
Tidak perlu iri denganku karena hidupku juga tidak sempurna.
Yang aku lakukan hanya mem-boost potensiku. Itu saja. Karena potensiku di kecerdasan dan aku mem-boostnya, mungkin itulah yang membuat aku terlihat hebat di mata orang lain.
Padahal sejatinya biasa saja. Setiap orang punya kesempatan mengenali dirinya sendiri dan mem-boost potensinya masing-masing.
"Jika nikmatmu 9, hisabmu juga 9."
Sudahkah kamu menemukan dalam hal apa nikmat berlebih yang Allah berikan kepadamu?
---
Selesai ditulis pukul 11 malam lebih
21 Rabi'ul Tsani 1447H
Comments
Post a Comment