Ketika Kesalahan Kita Banyak Tetapi Kita Diterima
Bismillahirrahmanirrahim
Hai Mas! Postingan ini aku buat menjelang jam 11 malam ketika Mas tidur dengan Hafshah. Momen ketika aku selesai beres-beres rumah dan menyelesaikan urusanku hingga aku merasa tenang untuk merenung.
Ternyata kita sudah tidak lagi pantas bergelar 'anak muda' ya haha. Mas sudah 31 dan aku sudah 29 tahun. Setelah aku renungi, ternyata dulu aku nikah muda. Di usia 23 tahun yang mana dulu aku memandangnya sudah so old karena banyak teman-temanku STAN yang nikah lebih dulu. Iya, itulah manusia, pandangan hidupnya sedikit banyak akan dipengaruhi oleh lingkungannya.
Beberapa waktu yang lalu aku rindu masa-masa kehidupan kita di Bali. Dan saat ini aku sedang rindu dengan masa-masa kuliahku di Bintaro. Demikianlah manusia yang sering merindukan masa yang telah berlalu. Padahal ketika dulu dilalui, rasanya biasa saja. Dan mungkin suatu hari kita akan rindu masa-masa ini. Masa ketika kepala jadi kaki, kaki jadi kepala. Masa ketika kita berusaha hadir sebagai orang tua dan di sisi lain melakukan banyak kewajiban sebagai orang dewasa.
Terkadang aku merasa tujuh hari dalam sepekan itu cepat sekali. Dan aku merasa, belum selesai urusanku, sudah ada urusan lain yang menanti. Aku tahu kita sedang sama-sama mencari ritme terbaik untuk memenuhi semua kebutuhan. Baik kebutuhan Hafshah dan diri kita pribadi yang juga perlu untuk berkembang.
Dan aku menyadari bahwa ada banyak sekali kesalahanku dalam proses adaptasi ritme ini. Tidak perlu aku sebutkan pun, Mas juga pasti tahu dan selama ini menurutku Mas berusaha menahan diri untuk tidak memarahiku.
Aku minta maaf ya Mas. Ternyata aku belum selesai dengan diriku sendiri.
Terima kasih sudah mengizinkan aku menulis karya ini Dan terima kasih atas semua izin akan kegiatanku selama ini |
Aku sempat berpikir mengapa dulu aku begitu yakin dengan cepat untuk menikah dengan Mas? Padahal sudah 6 tahun kita lost contact sejak lulus SMA. Tidak saling mencari, tidak saling tahu kabar dengan detail, pun tidak saling menunggu.
Namun, aku akan selalu ingat momen betapa bahagianya ketika doa-doa panjangku dikabulkan oleh Allah. Aku yang dulu sendiri di Bali, ketakutan menghadapi masa depan, hilang arah dan tujuan, Alhamdulillah kembali menemukan diriku lagi setelah Allah kirim Mas dalam hidupku.
Terima kasih untuk semua pengertian dan kesabaran Mas menghadapi aku yang sedang berproses ini. Ujianku berat Mas. Dan Mas sudah tahu itu semua. Mas sudah lihat bagaimana aku berusaha menghadapi ujian kenangan masa kecilku yang berbekas hingga saat ini. Mas sudah lihat turbulensi emosiku ketika kenangan-kenangan itu hadir kembali dan aku belum sanggup menghadapinya.
Apakah aku terlalu beruntung memiliki orang yang bisa memberiku ruang sebegitu luasnya untuk berproses menghadapi ini semua? Aku rasa tidak ada yang kebetulan di muka bumi ini. Sudah pasti Allah menjodohkan kita karena kita cocok dan saling membutuhkan satu sama lain.
Tulisan ini adalah renungan sekaligus rasa syukur atas jalan hidup yang sudah Allah beri. Walau ujianku berat, Allah tidak membiarkan aku sendiri. Allah memberi aku suami yang membantu aku berproses melewati ini dengan segala kekurangan dan dampak buruk yang ia rasakan.
Kalau bisa mengulang waktu, aku akan tetap memilih Mas untuk membersamai aku berjuang dalam kehidupan. Walau mungkin kita belum mapan. Walau mungkin kita sering disepelekan.
Dan aku juga bersyukur bahwasanya Allah memberi aku potensi dan kelebihan yang mencocoki kekurangan Mas. Walau mungkin kondisi kita tidak terlalu ideal, tetapi inilah cara terbaik yang bisa kita lakukan untuk berjuang bersama-sama.
Terima kasih telah menerimaku
Semoga Allah izinkan aku melalui ujian ini
Selesai ditulis pukul 23.25 WIB
20 Rabi'ul Tsani 1447H
Comments
Post a Comment