Hikmah COD Emas
Bismillahirrahmanirrahim
Beberapa waktu yang lalu ada seorang kurir paket yang tidak sengaja menghilangkan paketku. Karena kondisinya saat itu hujan, beliau mungkin tidak sadar ketika paketnya jatuh lalu ketika dicari lagi ternyata tidak ketemu. Beliau berusaha jujur dengan datang langsung ke rumah dan berniat mengganti uang. Aku dan penjual (yang kebetulan adalah temanku) sepakat beliau cukup mengganti 20% dari nilai transaksi (sekitar 33 rb) karena kami kasihan.
Kesal? Awalnya aku sedih harus keluar uang lagi untuk hal yang bukan kesalahanku. Namun, aku berharap, pengorbanan ini akan dibalas dengan Hafsah yang dijaga di masa balighnya karena barang yang aku beli adalah buku tentang masa baligh.
Nyatanya, beliau tidak membayarnya hingga hari ini. Aku husnudzon, mungkin beliau memang sangat kesulitan ekonomi sehingga nilai tersebut besar baginya.
Tak lama setelah kejadian ini, Allah membukakan kesempatan kepada kami untuk berbisnis jual beli emas. Jujur, awalnya aku sangat takut untuk memulainya. Anxiety. Ovethinking. Takut dirasa ga sopan. Dan semisalnya dan semisalnya.
Alhamdulillah, Allah beri kemudahan hingga hari ini. Sepekan setelah bisnis ini dimulai. Dan di sini aku ingin menuliskan sedikit catatan tentang hikmah yang aku dapat. Bahwasanya yadan bi yadin yang dipersyaratkan ketika jual beli emas ternyata memberi aku kesempatan untuk bertemu dan menjalin komunikasi langsung dengan saudara seiman.
Sebutlah Dinda. Aku jadi tahu kondisinya terkini. Pun juga Bu Fatimah. Aku jadi tahu rumahnya dimana dan dengan siapa beliau tinggal. Atau Dek Alwa. Aku jadi bisa masuk kantor BPKAD Provinsi Jatim dan membuka banyak wawasan di sana. Dan terakhir, adiknya Bu Fatimah. Aku jadi menambah relasi (karena sebelumnya belum kenal) dan terbuka pengalaman baru.
Hal-hal ini tidak akan didapat jika jual beli online. Dan luar biasanya, ada beberapa customer yang memberi kami oleh-oleh saat pulang. Masyaa Allah.
| Pulang dikasih ini, tahu bakso, dan lainnya. Masyaa Allah, semoga lancar dan berkah selalu rezekinya |
Lelah tapi bangga. Itulah yang aku rasakan.
Lelah harus mengantar emas yang kadang jaraknya tidak dekat. Namun, aku bangga karena perjuangan ini ada tujuannya.
Ketika lelahku terasa, aku jadi berpikir, "Oh begini ya jadi ibuku dulu yang kemana-mana jualan ini jualan anu untuk kebutuhan hidup kami."
Lelahku tidak sebanding dengan lelahnya ibuku. Karena aku punya support system (suami dan ibu) yang dulu tidak dimiliki oleh ibuku. Pun apa yang aku lakukan adalah hal yang diridhai suamiku. Bukan hal yang aku paksakan.
| Tempat bapak ibunya Hafshah menempa jati diri dalam dunia kami masing-masing Kemarin ga kepikiran, kenapa ga foto di dalam kelas ya? Padahal kelasnya dibuka hehe |
Pada akhirnya aku ingin mensyukuri nikmat ini dan mengenangnya di sini. Bahwasanya jika suatu hari bisnis ini besar, aku punya rekam jejak bagaimana aku memulainya. Dan bahwasanya jika suatu hari bisnis ini mati, aku bisa mensyukuri kejadian ini kembali dengan membaca tulisan ini.
Ditulis setelah Syuruq
7 Jumadil Tsani 1447H
Comments
Post a Comment