Pernikahan Impian
Bismillahirrahmanirrahim
Fitrah manusia adalah ingin berpasangan dan berkasih sayang.
Maka tidak heran jika pernikahan adalah hal yang didamba oleh setiap insan, dan mungkin bisa dikatakan sangat didambakan oleh para perempuan.
Setiap perempuan pasti memiliki acara pernikahan impian ala diri mereka masing-masing.
Tidak terkecuali dengan aku.
Dulu, dulu sekali, dalam ingatanku aku ingin acara pernikahan dengan konsep warna cokelat susu.
Hiasan serba warna cokelat susu, gaun warna cokelat susu, bridesmaid dress warna cokelat susu juga.
Aku ingin acara pernikahan yang dihadiri banyak orang.
Aku ingin acara yang seperti pada umumnya dengan duduk di koade.
Setelah mengenal manhaj salaf, keinginan itu berubah.
Aku ingin acara yang sangat sederhana.
Menggunakan baju sederhana berwarna putih,
duduk di masjid yang terhijab dari barisan para laki-laki,
melihat acara akadku dari layar LCD,
dan menyudahi acara itu dengan membawakan para tamu undangan nasi kotak untuk dibawa pulang.
Intinya, aku ingin acara akad nikah saja, dengan tanpa resepsi.
Memakai baju putih sederhana dengan mengenggam sebuket bunga.
Aku ingin acara akad nikah di masjid,
disaksikan oleh keluarga dan hanya beberapa teman dekat.
Aku ingin acara akad nikah dengan hijab pembatas antara laki-laki dan perempuan,
sehingga wajahku di hari itu tidak bisa dinikmati oleh sembarang orang,
dan semoga dengan itu, tidak ada ikhtilat di hari pernikahanku.
Aku ingin tidak ada lantunan musik di acara akad nikahku,
tidak ingin menghidupkan hal yang memang tidak dibenarkan dalam agama ini.
Aku ingin semua tamu duduk dengan rapi ketika makan,
maka yang terpikir olehku saat itu adalah membawakan nasi kotak kepada para tamu untuk dibawa pulang.
Karena memang tidak memungkinkan mengadakan prasmanan di masjid,
dan juga tidak memungkinkan mengizinkan para tamu makan di dalam masjid.
Apakah acara pernikahan impianku itu terwujud?
Alhamdulillah...
Secara garis besar terwujud,
walau kenyataannya lebih megah dari yang aku bayangkan.
Dulu, di tahun 2015, aku punya impian untuk menikah di Masjid Al Akbar Surabaya.
Secara, masjid megah ini letaknya tidak jauh dari rumah dan bisa menampung banyak tamu undangan. Lokasinya juga strategis, parkirannya luas, sangat cocok untuk menjadi tempat pernikahan yang nyaman.
Seiring berjalannya waktu, seiring dengan mengenal manhaj salaf, keinginan itu terlupakan dengan sendirinya.
Dalam benakku, aku ingin menikah di masjid yang tidak terlalu besar. Asal sudah ada hijab pembatas saja sudah bagus bagiku.
Dan entah mengapa, keinginan menikah di Masjid Al Akbar itu terwujud.
Terwujud setelah ditolak secara halus oleh pihak-pihak yang terlibat dengan Masjid Al Ikhlas di depan rumah.
Masyaa Allah...
Hadza min fadli Rabbii...
Backdrop dekorasi yang awalnya tidak terpikir pun menjadi ada di hari H sebagai pelengkap acara.
Teman-teman terdekat yang ingin aku undang pun, dilebihkan oleh Allah dengan kehadiran teman-teman lainnya dari seluruh Indonesia.
Masyaa Allah...
Hadza min fadli Rabbii...
Entahlah,
aku merasa ada begitu banyak kemudahan yang Allah beri.
Hal-hal yang tidak ada dalam ekspektasiku menjadi ada ketika hari H.
Restu ibu untuk mengadakan pernikahan terhijab, tanpa musik, dan dengan banyak kursi agar semua tamu bisa duduk ketika makan, dengan mudah aku dapatkan.
Vendor MUA, backdrop, foto-video, dan katering yang dari kalangan teman-teman sendiri semakin membuatku merasa dimudahkan oleh Allah.
Souvenir kontribusi dari ibu dkk, undangan bikinan calon suami (saat itu calon suami, sekarang sudah suami, hehe), rasa-rasanya, dulu kemudahan-kemudahan itu tidak terlintas dalam pikiranku.
Alhamdulillah...
Sekali lagi, Alhamdulillah.
Memang, pernikahan impianku tidak 100% terwujud seperti sebagaimana aku inginkan,
tetapi, bagaimana mungkin aku tidak bersyukur, bahwa Allah memberi acara pernikahan yang lebih dari pada yang aku ekspektasikan.
Pernikahan yang semoga diberkahi oleh Allah,
baik ketika proses,
hari H,
dan kehidupan setelah hari H.
Aamiin Yaa Rabbal 'alamiin.
---
Ditulis di Denpasar, Bali
23 Jumadil 'Ula 1441 H
Fitrah manusia adalah ingin berpasangan dan berkasih sayang.
Maka tidak heran jika pernikahan adalah hal yang didamba oleh setiap insan, dan mungkin bisa dikatakan sangat didambakan oleh para perempuan.
Setiap perempuan pasti memiliki acara pernikahan impian ala diri mereka masing-masing.
Tidak terkecuali dengan aku.
Dulu, dulu sekali, dalam ingatanku aku ingin acara pernikahan dengan konsep warna cokelat susu.
Hiasan serba warna cokelat susu, gaun warna cokelat susu, bridesmaid dress warna cokelat susu juga.
Aku ingin acara pernikahan yang dihadiri banyak orang.
Aku ingin acara yang seperti pada umumnya dengan duduk di koade.
Meja akad nikah & backdrop sisi ikhwan |
Setelah mengenal manhaj salaf, keinginan itu berubah.
Aku ingin acara yang sangat sederhana.
Menggunakan baju sederhana berwarna putih,
duduk di masjid yang terhijab dari barisan para laki-laki,
melihat acara akadku dari layar LCD,
dan menyudahi acara itu dengan membawakan para tamu undangan nasi kotak untuk dibawa pulang.
Backdrop sisi akhwat |
Intinya, aku ingin acara akad nikah saja, dengan tanpa resepsi.
Memakai baju putih sederhana dengan mengenggam sebuket bunga.
Aku ingin acara akad nikah di masjid,
disaksikan oleh keluarga dan hanya beberapa teman dekat.
Aku ingin acara akad nikah dengan hijab pembatas antara laki-laki dan perempuan,
sehingga wajahku di hari itu tidak bisa dinikmati oleh sembarang orang,
dan semoga dengan itu, tidak ada ikhtilat di hari pernikahanku.
Aku ingin tidak ada lantunan musik di acara akad nikahku,
tidak ingin menghidupkan hal yang memang tidak dibenarkan dalam agama ini.
Aku ingin semua tamu duduk dengan rapi ketika makan,
maka yang terpikir olehku saat itu adalah membawakan nasi kotak kepada para tamu untuk dibawa pulang.
Karena memang tidak memungkinkan mengadakan prasmanan di masjid,
dan juga tidak memungkinkan mengizinkan para tamu makan di dalam masjid.
The day |
Apakah acara pernikahan impianku itu terwujud?
Alhamdulillah...
Secara garis besar terwujud,
walau kenyataannya lebih megah dari yang aku bayangkan.
Dulu, di tahun 2015, aku punya impian untuk menikah di Masjid Al Akbar Surabaya.
Secara, masjid megah ini letaknya tidak jauh dari rumah dan bisa menampung banyak tamu undangan. Lokasinya juga strategis, parkirannya luas, sangat cocok untuk menjadi tempat pernikahan yang nyaman.
Seiring berjalannya waktu, seiring dengan mengenal manhaj salaf, keinginan itu terlupakan dengan sendirinya.
Dalam benakku, aku ingin menikah di masjid yang tidak terlalu besar. Asal sudah ada hijab pembatas saja sudah bagus bagiku.
Undangan |
Dan entah mengapa, keinginan menikah di Masjid Al Akbar itu terwujud.
Terwujud setelah ditolak secara halus oleh pihak-pihak yang terlibat dengan Masjid Al Ikhlas di depan rumah.
Masyaa Allah...
Hadza min fadli Rabbii...
Backdrop dekorasi yang awalnya tidak terpikir pun menjadi ada di hari H sebagai pelengkap acara.
Teman-teman terdekat yang ingin aku undang pun, dilebihkan oleh Allah dengan kehadiran teman-teman lainnya dari seluruh Indonesia.
Masyaa Allah...
Hadza min fadli Rabbii...
Souvenir |
Entahlah,
aku merasa ada begitu banyak kemudahan yang Allah beri.
Hal-hal yang tidak ada dalam ekspektasiku menjadi ada ketika hari H.
Restu ibu untuk mengadakan pernikahan terhijab, tanpa musik, dan dengan banyak kursi agar semua tamu bisa duduk ketika makan, dengan mudah aku dapatkan.
Vendor MUA, backdrop, foto-video, dan katering yang dari kalangan teman-teman sendiri semakin membuatku merasa dimudahkan oleh Allah.
Souvenir kontribusi dari ibu dkk, undangan bikinan calon suami (saat itu calon suami, sekarang sudah suami, hehe), rasa-rasanya, dulu kemudahan-kemudahan itu tidak terlintas dalam pikiranku.
Alhamdulillah...
Sekali lagi, Alhamdulillah.
Memang, pernikahan impianku tidak 100% terwujud seperti sebagaimana aku inginkan,
tetapi, bagaimana mungkin aku tidak bersyukur, bahwa Allah memberi acara pernikahan yang lebih dari pada yang aku ekspektasikan.
Pernikahan yang semoga diberkahi oleh Allah,
baik ketika proses,
hari H,
dan kehidupan setelah hari H.
Aamiin Yaa Rabbal 'alamiin.
---
Ditulis di Denpasar, Bali
23 Jumadil 'Ula 1441 H
Comments
Post a Comment