01. Anak Bukanlah Lembaran Kertas Kosong
Bismillahirrahmanirrahim
Catatan kami dalam belajar parenting kepada Ustadz Abdul Kholiq hafidzahullah. Beliau salah satu ustadz Ahlussunnah wal Jama'ah di Semarang.
Beliau adalah seorang praktisi pendidikan yang saat ini mengampu di Sekolah Karakter Imam Syafi'i (SKIS) Semarang. Saat ini beliau menjadi pengisi kajian parenting di Radio Mutiara Qur'an.
Hal yang membuat kami yakin untuk belajar kepada beliau adalah selain karena pemahaman beliau Insyaa Allah sesuai dengan pemahaman Ahlussunnah wal Jama'ah, beliau juga sudah berkecimpung lama dalam dunia parenting. Anak-anak beliau sudah besar dan beliau mempraktekkan apa yang beliau sampaikan. Walk the talk.
So, here we go!!
Catatan #1 belajar Parenting Nabawiyah bersama Ustadz Abdul Kholiq hafidzahullah.
---
Siapakah penanggung jawab pendidikan? Masih ada yang menganggap bahwa penganggung jawab pendidikan adalah sekolah. Namun, apakah hal ini benar? Apakah tugas orang tua hanya mencari biaya pendidikan lalu melepaskan tanggung jawab kepada sekolah?
Sejatinya hal ini harus dipertegas agar tidak saling lempar tanggung jawab.
Perhatikanlah firman Allah Ta'aladalam Surat At-Tahrim: 6 berikut ini!
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
"Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu."
Menjaga diri dan keluarga adalah dengan pendidikan.
Lebih khusus lagi siapa penganggung jawab pendidikan ini? Coba perhatikan hadits yang masyhur berikut ini!
"Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban akan apa yang dipimpinnya. Seorang pemimpin adalah pemimpin keluarganya dan akan diminta pertanggungjawaban akan keluarganya. Dan seorang perempuan adalah pemimpin di rumah suaminya dan dia akan dimintai pertanggunngjawaban akan kepemimpinannya."
Jadi sesungguhnya penanggung jawab pendidikan adalah orang tua sehingga tidak bisa diwakilkan dan didelegasikan kepada orang lain.
Maka dari itu tidak bisa kita pasrahkan kepada sekolah atau lembaga pendidikan. Karena tanggung jawab ada di tangan orang tua, maka tempat paling ideal untuk pendidikan adalah di rumah. Adapun lembaga pendidikan adalah tempat pembantu saja. Inilah konsep pendidikan karakter Nabawiyah.
Seandainya sejak kecil sudah kita titipkan ke pondok pesantren, kiayi, atau ustadz karena kita merasa tidak bisa mendidik anak, nanti jika anak kita berdoa "Rabighfirli wa li walidayya warhamhuma kama rabbayani shaghira." kira-kira balasan yang diterima orang tua seperti apa?
Ada kata shaghira di sana. Yaitu ketika anak kecil. Jika sejak kecil orang tua memasrahkan pendidikan anak kepada orang lain maka seperti apakah balasan yang akan diterima orang tua? Oleh karena itu untuk masa-masa sebelum baligh, kitalah yang mendidik. Setelah baligh baru mereka bisa keluar dari rumah.
Allah telah memberikan ilmu mendidik pada setiap orang tua. Setiap perintah Allah kepada kita pasti sudah disertai dengan bekal yang diberikan kepada kita. Pendidikan anak itu sejatinya bukan seperti di sekolah karena sekolah itu tempat pengajaran.
Mendidik anak itu mudah karena merupakan perintah dalam agama. Inna diina yusrun. Sesungguhnya agama itu mudah, barang siapa berlebih-lebihan dalam agama, ia akan kelelahan. Mengapa kita merasa mendidik itu sulit? Itu karena kita terlalu berlebih-lebihan.
Bukti yang lain bahwa mendidik anak itu mudah adalah bahwa anak yang lahir itu sejatinya sudah ada isinya. Sayangnya banyak yang beranggapan bahwa anak yang lahir itu kosong. Mereka berpikir, anak mau jadi apa itu tergantung didikan orang tua. Oleh karena itu, sejak kecil banyak orang tua berambisi 'mengisi' anaknya dengan berbagai ilmu.
Tentang anak yang baru lahir, perhatikan surat Ar-Rum: 30
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
"Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah yang mana Allah menciptakan manusia di atas fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Inilah agama yang lurus, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."
Manusia diciptakan Allah dalam kondisi fitrah. Fitrah itu maksudnya bukan bersih atau kertas kosong. Di ayat tsb dijelaskan bahwa tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Ini adalah kalimat berita yang bermakna fi'il amr. Artinya jangan kita ubah fitrah itu.
Pada tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa ini adalah fi'il amr agar tidak mengubah fitrah Allah.
Mengapa manusia bisa menyimpang padahal fitrah Allah itu baik? Allah tidak akan mengubah suatu kaum jika kaum tersebut tidak mengubah dirinya sendiri. Berkaitan dengan fitrah, manusia itulah sendiri yang mengubah fitrah ini. Anak yang lahir tidak kosong, tetapi sudah fitrah. Fitrah itu tidak berubah. Fitrah itu sudah baik.
"Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi."
Dalam hadits tersebut tidak disebutkan "Orang tuanyalah yang menjadikan dia Islam" Mengapa? Karena setiap anak yang lahir sudah terlahir Islam. Maka dalam peperangan, dilarang untuk membunuh anak-anak orang musyrik karena kondisi mereka adalah fitrah.
Jadi karena anak kondisinya sudah Islam maka anak sudah diisi karakter-karakter kebaikan. Kira-kira menjadikan anak jahat atau baik itu lebih mudah mana? Lebih mudah mendidik anak menjadi baik.
Kalau menjadikan anak jahat, maka butuh modifikasi yang luar biasa. Oleh karena itu mendidik itu mudah karena anak lahir bukan seperti kertas kosong.
Ibarat kita mendidik anak itu seperti menanam benih tumbuhan yang diharapkan kelak menjadi pohon yang sangat besar, rindang, dan buahnya lebat. Bermanfaat bagi makhluk di sekitar pohon tersebut. Kalau menanam mangga nanti jadinya ya mangga, tidak bisa dipaksa tumbuh menjadi durian.
Jadi tugas orang tua adalah menumbuhkan fitrah, bukan menjejali dan mendikte anak. Mengapa perlu kita jaga?
"Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-Ku dalam keadaan lurus. Maka setan-setanlah yang akan menggelincirkan mereka dari agama lurus mereka."
Sampai-sampai setan ingin merusak fitrah dari orang tua berhubungan. Anak lahir nangis karena setan bergerak untuk merusak fitrah anak tersebut. Oleh karena itu, kita tidak usah banyak modifikasi pada anak.
Fitrah itu apa saja:
Karakter iman
Setiap anak lahir dalam keadaan beriman. sehingga anak sebelum lahir itu sudah bersyahadat. Perhatikanlah Surat Al-A'raf: 172 berikut ini!
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ
"Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Rabbmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi sakis". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesunguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb)."
Karakter belajar
Setiap anak itu pembelajar. Buktinya adalah ketika belajar berjalan. Tidak ada anak memutuskan merangkak seumur hidup saat latihan berjalan walau tidak bisa juga. Anak banyak bertanya dan terkadang pertanyaannya aneh-aneh. Hal ini menunjukkan bahwa anak adalah pembelajar yang tangguh.
Karakter bakat
Kemampuan bakat beda-beda dan memiliki keunggulan masing-masing. Perhatikan Surat Al-Isra' ayat 84 berikut ini!
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَىٰ سَبِيلًا
"Katakanlah wahai Muhammad bahwa setiap orang akan berbuat sesuai kotaknya masing-masing. Maka Rabbnya yang lebih tahu tentang jalan yang benar bagi orang tersebut."
Dalam tafsir Al Qurtubi, Syakillah adalah Tabiat (bakat bawaan). Jadi Allah menciptakan manusia sepaket dengan bakatnya.
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,
"Hendaklah orang tua mengetahui keadaan anaknya. Bakat apa dan potensi apa yang terpendam pada anak tersebut. Hendaklah orang tua mengetahui dengan bakat itulah anak diciptakan oleh Allah Ta'ala. Khusus untuk tujuan itulah Allah menciptakan anak tersebut. Maka hendaklah orang tua tidak memalingkan anaknya dari bakatnya selama bakat tersebut diperbolehkan oleh syari'at. Apabila anak dipaksa untuk belajar atau menyukai hal yang bukan bakatnya, maka anak tidak akan berhasil di bidang itu. Maka bakatnya akan hilang."
Karakter perkembangan
Perhatikanlah Surat Al-Hajj: 5 berikut ini!
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ ۚ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ۖ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّىٰ وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَىٰ أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا ۚ وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ
"Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-anngsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (Adapula) di antara kau yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah."
* Tiap-tiap karakter ini nanti akan ada penjelasannya lagi di catatan berikutnya Insyaa Allah
Bagaimana pembagian fase-fase ini pada pendidikan anak?
Berdasarkan pendapat Ibnul Qayyim rahimahullah, fase pendidikan anak adalah sebagai berikut:
- 0-7 th : Fase Tufulah
- Masa emas tumbuhnya karakter iman. Tumbuhkan kecintaan kepada shalat. Jangan buru-buru dilatih. Menanamkan cinta kepada anak itu adalah dengan menimbulkan kesan positif atas ibadah tersebut.
- 7-10 th: Fase Tamyiz
- Masa emas tumbuhnya karakter belajar. Ajarkan shalat. Tumbuhkan kesan bahwa belajar itu menyenangkan
- 10 th -baligh: Murahaqah
- Masa emas tumbuhnya karakter bakat. Karena kecintaan pada shalat sudah tumbuh, fase ini adalah fase tancap gas untuk melaksanakan shalat
- Baligh syabab
- Masa pendidikan sebagaimana orang dewasa
Q&A
1. Apa arti fitrah?
Dalam tafsir Ibnu Katsir, fitrah adalah Islam. Imam Nawawi mengatakan bahwa fitrah adalah kecenderungan anak tentang kebaikan-kebaikan, yaitu Islam.
Secara istilah dalam kamus Mu'jamul Wasith, fitrah maknanya adalah tabiat-tabiat yang baik atau karakter-karakter kebaikan.
2. Apakah anak yang belum baligh tidak usah kita tegur dan biarkan tumbuh?
Yang dimaksud menjaga fitrah adalah menjaga dari penyimpangan. Secara asal semua anak itu hebat. Secara asal tidak ada nakal dan tidak berbakat, tidak ada yang tidak berkembang. Apabila anak yang belum baligh melakukan hal yang menyimpang dari syari'at, kita bagi fasenya sebagai berikut:
- 0-7 th: Fase Tufulah.
- Belum ada beban syari'at. Selama yang dia lakukan tidak berbahaya, orang tua hendaklah cukup menjaga anak karena masa itu adalah masa penumbuhan egosentris.
- Di fase itu anak merasa dirinya orang yang paling penting di dunia ini. Semua harus memperhatikannya.
- Masa-masa menumbuhkan egosentris memang dalam tanda kutip dibiarkan.
- Hal itu diharapkan anak nanti menjadi orang yang kuat mempertahankan akidahnya. Percaya dirinya sangat kuat dan tidak mudah terpengaruh. Hal tsb terjadi jika di masa 0-7 th egosentrisnya tumbuh.
- Berdasarkan penelitian, penduduk Indonesia adalah orang yang paling mudah dipengaruhi. Bisa jadi ini disebabkan karena di fase usia ini egosentris penduduk Indonesia tidak tuntas.
- Masa 7-10 th
- Masa anak dikenalkan aturan
- Namun, belum boleh dipukul, dijewer, atau dipaksa-paksa.
- Masa mulai tumbuhnya pikiran anak, yaitu masa pelatihan.
- Masa 10-14 th adalah masa start up.
- Di masa ini kalau pendidikan sebelumnya sudah benar, dia akan diam ketika di masjid.
- Namun kalau fase 7-10 th karakter imannya belum tumbuh, karakter belajarnya belum tumbuh maka dia shalat akan tetap mengganggu.
- Boleh memukul tetapi yang tidak membahayakan bagi anak.
- Setelah baligh kalau shalatnya masih rame berarti fase-fase sebelumnya tidak tumbuh sesuai.
3. Bagaimana menumbuhkan rasa cinta anak pada Al-Qur'an?
Hari-hari ini tahfidz menjadi kebanggaan bagi orang tua. Padahal ada hal yang perlu kita perhatikan, yaitu:
- Mengajarkan anak cinta Al-Qur'an dulu. Jangan buru-buru ketika anak belum cinta lalu dipaksa belajar Al-Qur'an. Caranya bagaimana? Kita bacakan. Anak 0-7 th itu suka sekali dengan cerita. Kita pegang mushaf lalu kita baca dan kita perdengarkan kepada anak cerita tersebut.
- Usia 10 tahun dia akan mengkaji Al-Qur'an
- Diharapkan ketika baligh dia akan mencintai Al-Qur'an seumur hidup karena karakter keimanan dan karakter belajar sudah tumbuh
- Jadi menumbuhkan cinta itu dengan aktivitas, bukan dengan ceramah. Karena anak 0-7 th itu menumbuhkan cintanya dengan aktivitas, bukan dengan ceramah
4. Bagaimana menumbuhkan pendidikan secara utuh ketika orang tua blm melakukan tazkiyatun nafs?
Sblm mendidik anak, kita perlu membersihkan hati dulu. Kita tidak mungkin menjadikan anak shalih jika kita tidak shalih dulu. Antara lain caranya adalah muhasabah. Tidak ada kata terlambat dalam mendidik anak. Jika karakter imannya belum tumbuh sekalipun, kita bisa melakukan recovery.
5. Jika anak sudah terlanjur besar dan orang tua baru tahu bahwa mendidik anak itu seperti ini, bagaimana cara memperbaikinya?
Yaitu dengan metode taslih. Kita tumbuhkan dulu karakter iman. Misal anak usia 15 th masih males shalat, itu pertanda karakter iman belum tumbuh pada anak. Anak usia 15 th belajar masih disuruh, ga punya kegiatan itu pertanda karakter belajar dan bakatnya tidak tumbuh. Jika ketiganya tidak tumbuh, menumbuhkannya harus urut. Mulai dari karakter iman dulu. Bgmn caranya?
Sebagaimana mengajarkan anak 0-7 th, anak tersebut dibuat senang. Pertama minta maaf dulu kepada anak atas kesalahan kita. Itu sudah sangat berpengaruh pada keimanan anak. Anak akan menjadi lebih lega. Setelah itu anak mulai diajak dialog, dibuat senang dengan cara dialog. Lalu kita peduli dan perhatian kepada kita. Setelah dia dekat pada kita, kita mulai nanya sebenarnya dia maunya apa?
Ketika dia sudah menjawab, itulah potensinya. Lalu kita fasilitasi sesuai dengan potensinya. Proses recovery ini butuh waktu sehingga kita harus sabar.
6. Apakah perlu anak diajari adab karena kan anak sudah terlahir fitrah?
Perlu. Namun setelah usia 7 tahun. Sblm 7 tahun, anak tidak punya beban moral. Itu adalah masa egosentris, masa untuk menang-menangan. Jika di usia ini kita berikan adab, maka egosentrisnya tidak tumbuh. Karena dalam adab itu ada sociosentris.
---
Selesai dicatat di Rungkut, Surabaya
14 Jumadil 'Ula 1444H
---
Baca catatan #2 belajar Parenting Nabawiyah di sini
Comments
Post a Comment