Inikah Yang Disebut Keberkahan?

Bismillahirrahmanirrahim

Ingin cerita tentang tab ini. 




Tab ini aku beli tahun 2013. Tepat 10 tahun yang lalu. Masa-masa lulus SMA. Tadinya sama sekali ga punya keinginan punya tab karena di masa-masa itu belum banyak orang menggunakan teknologi ini.

Namun, dengan izin Allah, gara-gara aku ikut try out di Teknik Kimia ITS dan Alhamdulillah juara 1, ternyata dikasih hadiah tab sama panitianya. Tab China sih sebenernya. Tapi karena hadiah, ya aku suka aja hehe. 

Tab China tersebut kemudian aku tukar tambah jadi tab samsung atas saran dari saudaraku yang paham teknologi. Dan tab samsung itulah yang menemaniku belajar di STAN hingga saat ini. Iya, sudah 10 tahun dan dia masih bisa aku gunakan biidznillah. Walau memang dia tidak bisa digunakan untuk zoom atau google meet sehingga tidak bisa dibuat mengajar, setidak-tidaknya dia masih bisa aku gunakan untuk belajar mengharakti kitab seperti gambar di atas.

Keberkahan. Mungkinkah itu yang terjadi pada tab ini? 

Aku yang bukan anak orang kaya tentu ga akan dibelikan tab kalau memang ga urgent-urgent amat. Dan aku yang memang bukan orang kaya tentu akan mikir ribuan kali untuk beli tab baru jika ingin me-replace tab ini agar bisa pakai zoom dan google meet.

Namun, sesungguhnya ada keberkahan lain yang ingin aku ceritakan di sini. Yaitu tentang orang yang membiayai pendidikan Bahasa Arabku di Takhassus Al Barkah dulu.

2016 yang lalu, selama kurang lebih 1.5 tahun ada seorang muhsinin (yang hingga hari ini aku tidak tahu siapakah orangnya) yang membiayai aku untuk belajar di Takhassus Al Barkah hingga lulus. Biaya pendidikan kala itu 200rb sebulan. Nominal yang memang lumayan besar untukku yang seorang mahasiswa kala itu.

Kalau dipikir-pikir, mengapa ya harus aku yang dapat beasiswa itu? Di antara murid Takhassus Al Barkah yang lain, mengapa aku yang mendapatkannya? Wallahu'alam. Yang jelas takdir Allah tak mungkin salah.

Lulus dari Takhassus Al Barkah, aku memang belum lancar baca kitab. Bahkan kaidah Nahwu Sharaf saja masih amburadul. Namun, belajar di sana adalah landasan yang membuat aku dengan izin Allah belajar ke tempat lainnya. Belajar di sana adalah bekal dasar yang aku bawa hingga ke kelas-kelas lainnya.

Orang yang membiayai pendidikanku itu mungkin tidak tahu bahwa hari ini -dengan izin Allah- aku menjadi seorang guru Bahasa Arab. Iya, dia mungkin tidak pernah menyangka bahwa orang yang dia biayai itu kini Allah mudahkan untuk berbagi ilmu Bahasa Arab. 

Dan tentu dia akan mendapat aliran pahalanya.

Tiap kali aku menggunakan ilmu ini, tiap kali aku menyebarkan ilmu ini, dia pun mendapat pahalanya Insyaa Allah.

Dan kalau dipikir, kok bisa ya sasaran sedekahnya bisa tepat? Maksudnya gini, ada juga kan orang yang membiayai pendidikan orang lain tetapi yang dibiayai itu ternyata tidak memanfaatkan ilmunya.

Nah si muhsinin yang membiayai aku tadi, kok bisa ya sedekahnya itu sampai ke aku yang kini Allah takdirkan jadi guru Bahasa Arab? Apakah ini yang dinamakan keberkahan?

Barangkali sebelum dia memutuskan mengeluarkan harta, dia berdoa terlebih dahulu agar sasaran kebaikannya ini terus mengalirkan pahala baginya.

Sudahkah kita melakukan hal yang sama? Berdoa sebelum berbuat baik. Agar kebaikan itu semakin mengalirkan pahala untuk kita.


Buku Takhassus Al Barkah yang dimakan rayap

Sedih banget sebenernya, tapi qadarullah harus direlakan





Comments

Popular posts from this blog

Ikhtiar Persalinan Normal pada Anak Pertama

Doa Kami dalam Namamu

Assalamu'alaikum Baby H!