The Days Are Long But The Months Are Short

Bismillahirrahmanirrahim

Pukul 02.33 WIB saat ini. Entah ini sudah hari keberapa sejak aku mulai beraktivitas begitu pagi setiap harinya. Kadang aku bangun jam 1 pagi. Kadang jam 2 pagi. Dan bagiku kini, bangun pukul setengah 3 pagi sudah sangat kesiangan.

Iya, sejak jadi ibu, jam beraktivitasku berubah. Inilah jam-jam aku bisa melakukan hal yang aku sukai. Aku bisa belajar, menulis, riset, baca buku, bekerja, dan melakukan me time lainnya. PS: Terkait bekerja, mungkin aku akan cerita di postingan lainnya hehe.

Sebut saja aku ibu yang idealis. Ingin serba bisa melakukan ini itu walau tenaga habis terkuras mengurus bayi. Namun, ternyata dengan cara inilah aku lebih bahagia. Iya, ternyata, jadi ibu yang bahagia versiku itu memang dengan memenuhi kebutuhan diri sendiri. Baik kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan juga kebutuhan aktualisasi.

Dan aku tidak mungkin melakukan kebutuhan aktualisasi di jam-jam ketika Hafshah bangun. Aku tidak ingin Hafshah melihat layar. Pun aku juga tidak ingin Hafshah mendengar suara dari gadget karena itu termasuk screentime. Walhasil, aku sudah jarang mendengarkan kajian online di jam-jam normal. Kapan lagi aku bisa mengisi kebutuhan jiwaku jika tidak ketika dia tidur? Aku juga tidak mungkin menulis, riset, membaca buku, bekerja dengan lega kalau dia terbangun. Perhatianku pasti akan terpecah. Aku pasti tidak bisa melakukannya dengan konsentrasi. Dan aku tidak ingin melakukan hal yang separuh-separuh seperti itu. Alih-alih kebutuhan aktualisasiku terpenuhi, bisa jadi aku malah akan marah dengan kehadiran Hafshah. Naudzubillah.

Aku sedang berusaha hadir dengan utuh untuk Hafshah

Walau memang praktiknya tidak mudah. Ada saja distraksi yang terjadi. Entah distraksi informasi yang rasanya ada banyak sekali ketertinggalan ilmu sebagai ibu baru yang sedang berusaha aku kejar. Pun juga distraksi yang muncul dari diri sendiri yang sedang berusaha menyesuaikan kembali peran dalam kehidupan sehari-hari.

Hafshah datang kondangan


Hafshah kini sudah 4.5 bulan. The days are long but the months are short. Tanpa terasa sudah banyak hal yang kami lewati bersamanya

Dia kini sudah bisa menggenggam, pun juga bisa tummy time lebih lama. Dia sangat suka mengoceh dan bercerita, pun juga tertawa manis ketika bercanda. Bahkan dia sudah bisa diajak pergi berdua naik motor sambil digendong di depan. Masyaa Allah.

Ternyata fase menyedihkan ketika menyusui itu hanya satu bulan saja ya. Sebagaimana pernah aku ceritakan di postingan-postingan awal tahun ini, aku sempat mengalami postpartum depression karena lecet ketika menyusui. Rasanya kala itu satu bulan begitu lama. Rasa sakitnya tidak kunjung hilang. Namun, ketika itu semua terlewati, hari demi hari terasa begitu cepat. 

Bayi kecilku sudah bukan newborn lagi. Dia akan segera masuk fase berikutnya yaitu MPASI -Insyaa Allah-.

Dan sebagai ibu, tentu aku tidak berdiam diri. Aku saat ini sedang dalam kondisi mementapkan hati mana metode MPASI yang akan aku terapkan ke Hafshah nanti. Akankah metode GAPS? Ataukah metode NDF?

Saatnya ibu belajar ya Nak

Satu pelajaran besar yang aku dapat ketika menjadi ibu adalah tentang lapang dada. Berlapang dada bahwa waktu-waktu kita bukan lagi untuk diri kita sendiri. Ada seorang anak yang Allah titipkan untuk dijaga sebaik-baiknya. Dan tentu ini akan menguras pikiran, waktu, dan tenaga.

Aku sudah mulai memasuki fase telat datang kajian karena membereskan pup anak terlebih dahulu. Tidak bisa mencatat full karena anak minta ditimang. Tidak bisa sefokus dulu ketika menyimak karena perlu memperhatikan anak juga. Yang mana aku sampai pada sebuah kesimpulan bahwa bisa datang kajian aja udah syukur.

Kajian di Al Hikmah Gayungsari


Pelajaran lain yang aku dapat ketika memiliki anak adalah bahwasanya anak memang telah memiliki rezekinya sendiri. Ada saja orang baik yang masih memberi kado kepada kami, entah bentuknya uang ataupun barang. 

Pernah suatu hari aku ingin membeli gendongan sultan karena merasa butuh menggendong ketika beberes rumah. Namun, aku masih maju mundur melihat harganya. Masih mempertimbangkan uang yang akan kami spending untuk gendongan tersebut. 

Tak lama kemudian, gendongannya datang sendiri ke rumah karena ada yang mengado ((Terimakasii Mbak Yeni)). Bahkan gendongannya lebih bagus dari gendongan yang mau aku beli. Masyaa Allah. Gendongan inilah yang menemani kami saat ini. Semoga bisa awet hingga adik-adiknya Hafshah nanti.

Pernah juga aku ingin beli insert clodi. Namun, aku maju mundur karena jika beli banyak maka uang yang dikeluarkan tentu tidak sedikit. Tiba-tiba insertnya datang sendiri. Bukan satu, bukan dua, tapi dua puluhan. Bahkan lengkap dengan covernya yang beragam modelnya. Alhamdulillah. ((Thx to Mbak Yeni again)).

Aku juga pernah ingin beli sikat bayi yang dipasang di jari. Masih maju mundur karena masih punya kasa yang fungsinya kurang lebih sama. Tak disangka, Annisa ngado peralatan MPASI yang ada sikat bayinya. Hwaaaaa!!! Alhamdulillah, Hafshah sudah mulai sikatan untuk mempersiapkan tumbuh giginya agar ketika tumgi bakteri tidak masuk di sela-sela gusinya nanti. Emang kenapa kalau ada bakteri? Bisa jadi proses tumginya akan menyakitkan baginya. Dan bisa jadi dia tidak nyaman lalu akan menggigit putingku. Aku tidak mau kejadian lecet itu terulang kembali.

GAPS Shake untuk ibu dan es teh bunga telang untuk bapak

Menjadi ibu itu artinya aku harus siap belajar seumur hidup. Mungkin kini concern ku lebih ke kebutuhan fisik seperti menjaga ASI, rutin tummy time, senam bayi, membersihkan lidah dan gusi, latihan sensori, dan berusaha menerapkan metode MPASI terbaik karena fisik memang kebutuhan Hafshah sebagai pondasi awal kehidupannya. Pencernaan yang baik akan menghasilkan tubuh yang baik secara keseluruhan bukan?

Namun nanti, akan ada fase aku harus mulai belajar terkait kurikulum dan pendidikan anak. Akan ada fase aku harus belajar terkait kebutuhan anak puber. Akan ada fase aku harus belajar terkait kebutuhan dewasa muda. Dan akan ada fase-fase lainnya yang perlu aku pelajari jika Allah izinikan usiaku sampai.

Seru bukan? Hidupku tak berhenti dari kata belajar.

Dan satu hal yang perlu aku lakukan dari semua proses ini adalah knowledge capture. Merekam untuk dibaca ulang dikemudian hari jika aku membutuhkannya lagi. Dan agar bisa dibaca orang lain ((atau mungkin juga Hafshah)) untuk dipelajari ketika mereka membutuhkannya.

Dating bertiga. Hafshah cuma liat aja hehe


Ada hal yang selalu aku minta setiap harinya. Yaitu agar Allah memberiku petunjuk menjadi hamba yang baik, istri yang baik, ibu yang baik, dan anak yang baik. Karena sejatinya tugas utamaku di dunia hanya itu saja. Terlalu banyak peran akan membuat aku lalai dari memenuhi kewajiban utamaku ini.

Semoga Allah beri aku petunjuk untuk menjalani sisa kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Memberi aku hidayah untuk hanya makan yang halal dan thayyib. Memberi aku kemudahan dalam menjalani dinamika kehidupan. Dan memberi aku kesabaran dalam setiap proses yang sedang aku jalani.


Selesai ditulis pukul 03.20 WIB
Saatnya melanjutkan ke-ambis-an berikutnya



Comments

Popular posts from this blog

Ikhtiar Persalinan Normal pada Anak Pertama

Doa Kami dalam Namamu

Assalamu'alaikum Baby H!