Skill Penting Jadi Orang Tua
Bismillahirrahmanirrahim
Menurutku, salah satu skill penting menjadi orang tua adalah tidak terburu-buru.
Iya, tidak terburu-buru.
Terdengar simpel, tetapi praktiknya tidak mudah.
Dulu aku pernah begitu khawatir ketika Hafshah tidak kuat mengangkat kepala. Padahal kala itu dia sudah sering latihan tummy time. Kala itu tu kapan Ma? Waktu usia 1.5 bulan hehehe.
Aku agak panik karena dari teori yang aku pelajari harusnya anak mau angkat kepala jika sering dilatih tengkurap. Aku tanya kesana kemari hingga ada yang menyarankan untuk membawa Hafshah ke ahli jika tidak kunjung mengangkat kepala juga.
Terlebih, aku juga panik ketika anakku tidak tahan tummy time lama-lama. Maksimal dia hanya bertahan 3 menit. Padahal, di kelas yang aku pelajari, harusnya anak bayi hingga usia 1 tahun beraktivitas fisik minimal 30 menit. Harusnya tengkurap sepanjang melek.
Lha anakku total dalam sehari hanya 15 menitan saja. Masih jauh dari tagret. Ini terjadi di bulan Ramadahn lalu. Ketika Hafshah berusia menjelang 3 bulan.
Ternyata, akulah yang terlalu terburu-buru. Alhamdulillah, Hafshah kini sudah tegak kepalanya. Dia pun sudah tahan tengkurap dalam waktu yang lama. Dia juga sudah angkat bokong dan bersiap merangkak.
Kapan ini terjadi?
Saat ini, di usia menjelang 5 bulan.
Hehehehe.
See? Kamu yang terlalu terburu-buru kan Ma?
Menurutku juga, salah satu skill penting menjadi orang tua adalah tidak gampang panik.
Di awal Hafshah lahir, aku pernah begitu takut dia kena kuning. Aku cocokkan gejala kuning dengan tanda-tanda yang dia alami. Aku browsing kesana kemari mencari tahu bagaimana penanganan bayi kuning. Padahaaaal....
Hafshah tidak kuning.
Hehehehe.
Dulu aku juga pernah begitu panik dengan BB nya yang tidak naik adekuat sebagaimana aku ceritakan di sini. Puaniiiiik luar biasa boend! Sampai-sampai Hafshah kecil diambil darahnya untuk tes hormon menguji adakah kelainan hormon pada dirinya atau tidak.
Padahal, ya memang karena aku dan dia masih belajar menyusui saja makanya BB nya tidak naik sesuai target KMS. Alhamdulillah di bulan-bulan berikutnya BB Hafshah naik sesuai target bahkan beberapa kali melebihi.
Masih menuruku juga, salah satu skill penting menjadi orang tua adalah percaya diri.
Mau kamu memilih vaksin/ ga vaksin, tindik/tindik, mandiin pakai sabun/engga, pakai bedak/engga, dll, pastikan kamu percaya diri dengan apa yang kamu pilih karena kamu tahu ilmunya, bukan karena ikut-ikutan hehehe.
Keluargaku pernah mengomentari aku yang melatih Hafshah tengkurap sejak newborn. Beliau berkata bayi ditengkurepin di usia 3 bulan saja. Tentu aku tidak mengiyakan saran tersebut. Mengapa? Karena aku -dengan izin Allah- belajar terkait manfaat tummy time sejak lahir.
Lambat laun, keluargaku melihat Hafshah tegak kepalanya. Dan beliaupun akhirnya mengakui manfaat tummy time sejak lahir tersebut.
Ada juga orang yang tidak setuju dengan pilihan kami yang tidak memvaksin Hafshah. Tentu saja kami tak ambil pusing dengan hal tersebut.
Mengapa? Karena kami memilih berdasarkan riset. Bukan ikut-ikutan.
Pun demikian ketika kami memilih mengajak Hafshah grounding di rumput di usia 4 bulan saat ini. Mau orang komentar kotor kek, mau dibilang bayinya kasihan kek, aku tidak akan mengindahkan komentar mereka hehehe.
Karena aku yakin, grounding ini bermanfaat sekali untuk Hafshah nantinya.
Sekian ulasanku sebagai orang tua baru sejauh ini. Kalau kamu, pelajaran apa yang kamu dapat dari parenting journey?
---
Ditulis pukul 3:53 WIB setelah bekerja
24 Dzulqadah 1445H
Comments
Post a Comment