GTM pada Anak: They Need Your Help Mom!

Bismillahirrahmanirrahim

"Belajar makan pada anak adalah salah satu transisi besar dalam hidup. Maka lakukan itu dengan gentle and gradual..."

The appearance after eating 

Aku tidak akan berhenti bersukur karena baru diberi anak setelah hampir lima tahun menikah. Saat aku sudah resign, sudah punya lebih banyak waktu untuk belajar, sudah hijrah ke hidup sehat, sudah tidak lagi ngawur soal makanan, dan yang terpenting sudah sei-ya dan se-kata dengan suami soal banyak hal.

Iya, pernikahan itu menyatukan dua kepala. Aku sangat bersyukur diberi waktu kurang lebih empat tahun untuk menyatukan isi kepala kami berdua tentang banyak hal. Salah satunya tentang pola makan.

Emang penting banget seiya dan sekata dengan suami?

Bagiku, SANGAT PENTING. 

Bun, pernikahan itu milik bersama. Punya anak itu juga agenda bersama. Jika masih beda prinsip, beda pola pikir, maka kita akan merasa berjuang sendiri. Pun suami juga bisa jadi tidak merasa dilibatkan dalam proses pengasuhan. Maka, bertukar pikiran dengan suami untuk menyelaraskan langkah adalah hal yang wajib terus dilakukan. 

Ketika aku galau luar biasa mau pakai MPASI metode Nutrient Dense Food (NDF) atau GAPS, aku bertanya pada suami bagaimana baiknya. Aku galau karena saat itu aku baru saja die off setelah mencoba menerapkan GAPS untuk diriku sendiri. Aku takut Hafshah mengalami die off juga. Aku takut tak sanggup melihatnya menderita.

AnywayDie off adalah reaksi tubuh yang mengalami pemburukan akibat racun atau gas yang dilepaskan oleh bakteri/jamur yang terbunuh. 

Jadi kalau di GAPS itu, makanan utamanya adalah meatstock dan probiotik. Meatstock kuwi opo to? Meatstock adalah kaldu. Kaldu apapun. Bisa kaldu ayam, ikan, daging. Adapun probiotik itu adalah bakteri baik yang jika jumlahnya di pencernaan lebih banyak dari bakteri patogen, maka Insyaa Allah pencernaan kita akan sehat.

Meatstock gunanya untuk melapisi pencernaan agar tidak mudah ditembus oleh hal-hal yang buruk untuk pencernaan. Meanwhile probiotik dimasukkan dalam tubuh agar komposisinya mendominasi pencernaan. Maksudnya biar bakteri baik lebih mendominasi daripada bakteri patogen gitu.

Once kita memasukkan keduanya dalam komposisi yang berlebih dan akhirnya bakteri buruk atau jamur terlalu banyak yang mati, gas atau racun yang terrilis akan terlalu banyak yang itu menimbulkan reaksi di badan kita. Contoh gatal, ruam, atau reaksi lain yang kalau di aku sendiri pernah aku ceritakan di sini.

You can find this at my instagram account


Namun, suamiku mendukung aku kekeuh pada GAPS. Karena dengan metode ini Insyaa Allah kami memperkenalkan makanan pelan-pelan dan satu-satu. Jadi lebih mudah mengevaluasi makanan apa yang belum bisa dicerna Hafshah. Jika Hafshah gatal², ruam², atau muncul gejala lain, kami Insyaa Allah tidak terlalu pusing mengevaluasi makanan karena di GAPS makanan diperkenalkan dengan begitu lembut dan bertahap.

Karena suamiku berkata demikian, maka aku pun jadi yakin untuk memilih GAPS. Aku tidak merasa sendiri. Ada suami yang juga tahu konsekuensi yang akan kami hadapi dengan memilih metode ini. Salah satunya konsekuensi die off jika komposisi meatstock dan probiotik melebihi batas yang bisa dicerna Hafshah.

Dan biidznillah ternyata saat ini kami sudah dua bulan bergelut dengan dunia MPASI GAPS ini. Aku sungguh baru paham mengapa di panduan GAPS makanan diperkenalkan mulai dari 1-2 sendok teh. Dulu aku berpikir, "Apa anaknya bisa kenyang dengan 1-2 sendok teh saja?". Namun ternyata dengan cara inilah kita berusaha men-treat anak sebaik mungkin. 

Bahwasanya memang belajar makan adalah salah satu transisi besar dalam hidup anak. Dari yang tadinya liquid (ASI) menjadi solid. Jika tidak dilakukan dengan lembut dan perlahan, tidak heran jika anak kaget lalu tidak mau makan.

I got personal satisfaction by providing meal for my baby


The reason why I'll never ever upload this at instagram for public: People can't accept other's choice


Dari yang aku pelajari di kelas Wholistic Goodness, Gerakan Tutup Mulut atau GTM pada anak bukan sebuah fase. Tidak ada anak yang tidak butuh makan. Maka jika sampai ada anak yang menutup mulutnya, coba selami dengan baik, "Apa yang terjadi pada anak ini hingga ia tidak mau makan?"

Apakah makanan yang masuk menyakiti pencernaannya? Apakah lambungnya belum siap menerima makanan? Apakah orang tua memaksa anak menghabiskan sekian mili dan sekian mili sesuai ekspektasi orang tua? Atau apakah orang tua terlalu controlling harus begini dan harus begitu hingga anak tidak merasa nyaman ketika makan?

Let's wake up Bun!

Aku sendiri jujur memilih GAPS agar aku punya panduan makanan apa yang baiknya diberikan kepada anak di awal-awal ia belajar makan. Fun fact: pencernaan bayi itu masih berkembang. Ia belum bisa mencerna berbagai makanan sebagaimana orang dewasa. Di antara makanan yang sulit dicerna bayi adalah biji-bijian. Dan nasi termasuk biji-bijian hehehe. Iya, nasi yang merupakan makanan pokok orang Indo adalah biang kerok penyebab sembelit pada anak yang belajar makan. 

Dan aku sendiri memulai MPASI Hafshah di usia 5.5 bulan karena biidznillah giginya sudah tumbuh saat itu. Menurut Ibnul Qayyim rahimahullah, indikator anak siap makan adalah jika giginya sudah tumbuh. Maka tidak pas sebenarnya jika kita samakan semua anak mulai MPASI di udia 6 bulan teng. Kondisi anak berbeda-beda dan tentu kebutuhan mereka berbeda-beda juga. Jika anak sulit sekali diajak makan, coba cek rahang mulutnya. Sudahkah ada gigi di sana? Jika belum, mengapa kita harus memaksa anak makan? Yang bahkan sebenarnya tubuhnya pun belum butuh makanan itu karena lambungnya belum siap. Belum tumbuhnya gigi hingga usia 6 bulan adalah evaluasi besar bagi orang tuanya. Bagaiman pola hidup kedua orang tuanya selama ini hingga gigi belum muncul di usia tersebut? Karena gigi adalah cerminan dari apa yang terjadi di fase sebelumnya. Dan untuk gigi susu, ia terbentuk dari nutrisi dan mineral sebelum anak lahir ke dunia. Which is bahan bakunya berasal dari kedua orang tuanya.

Got special occasion here


Walau demikian, walau aku sudah memilih makanan ramah cerna dan mulai MPASI ketika lambungnya Hafshah sudah siap, ternyata memilih GAPS pun tidak membuat aku bebas dari menghadapi GTM. Iya, Hafshah pernah GTM. Dan sungguh, ternyata memang GTM itu sangat triggering. Aku pernah menangis ketika dia tidak mau makan. Pun juga aku pernah marah karena merasa lelah menebak-nebak apa penyebab ia tidak mau makan.

Satu hal yang aku pelajari dari rangkaian peristiwa GTM yang aku alami: Jika anak tidak mau makan, pasti terjadi sesuatu di sana. Yang anak alami itu berat. Namun mereka belum bisa bicara. Mereka hanya bisa tutup mulut ketika ditawari makan. Atau bahkan menangis sebagai bentuk perlindungan pada diri. Once they close their mouth, hentikan Bu. Jangan paksa anak makan karena malah akan menimbulkan trauma. Cari akar masalahnya. They need your help mom!

The prove that I love spreadsheet so badly


Hafshah pernah GTM karena tidak suka duduk di baby chair. Meanwhile saat itu aku masih kekeuh bahwa anak kalau makan harus di baby chair seperti perkataan salah seorang pakar parenting. Dan ternyata ketika aku berdiskusi dengan Mbak Vadilla dan Kinan, kedua anak mereka tidak harus duduk di baby chair. Yang penting makan tidak sambil jalan-jalan/gendong/lihat ayam :'D

Dari sanalah akhirnya aku bisa lapang dada untuk membiarkan Hafshah tidak menggunakan baby chair. Dan biidznillah setelahnya ia mau makan kembali. Ia merasa happy dengan proses makan yang ia lalui karena aku less controlling. Dan dari sanalah aku belajar bahwa ilmu parenting itu adalah soal kecocokan. Tidak semua kata pakar parenting harus diikuti.

Hafshah juga pernah GTM karena tekstur makanan yang terlalu solid baginya. Pun juga pernah GTM karena belum lapar tapi aku tawari makan. Karena memang sebagai orang tua yang punya bayi yang tentu belum bisa bicara, aku baru belajar menebak-nebak kapan dia lapar. Dan kala itu aku belum tahu tanda-tanda ia lapar yang mana akhirnya ketika dia tidak mau makan karena memang tidak lapar, itu membuat aku lelah fisik dan jiwa.

Memang, yang membuat lelah fisik dan jiwa adalah proses menebak-nebak apa yang membuat anak tidak mau makan. Aku pernah merasa begitu lelah ketika Hafshah tidak mau makan satu menu kemudian aku buatkan menu lain dan dia tetap tidak mau makan. Pun ketika sudah aku ganti sendoknya, sudah aku biarkan tidak duduk di baby chair, dia tetap tidak mau makan. Namun, setelah konsultasi ke Mbak Bella Marcia yang sudah punya tiga anak, aku akhirnya bisa lapang dada. Tidak perlu mencobakan menu ini atau menu itu jika anak tidak mau makan karena sungguh tidak worth it. Malah akan capek di ibu dan jadinya triggering. Biarkan anak belajar tentang rasa lapar, belajar adaptasi dengan makanan, dan belajar mengenal kondisi-kondisi baru dalam hidupnya.

Let's learn about tauhid more and more

Dan hal yang menurutku membuat orang tua stres adalah ketika kita mematok anak harus habis sekian mili dan sekian mili sesuai panduan Kemenkes/WHO. Padahal, anak masih belajar makan Bun. Teringat perkataan dr. Widi @brighterthansunrise bahwasanya seorang ibu Insyaa Allah masih punya waktu hingga dua tahun untuk MPASI. Mengapa harus memburu-buru anak makan pada takaran sesuai keinginan ibu? Bukan sesuai kebutuhan anak. 

Bukankah MPASI artinya adalah Makanan Pendamping ASI? Pendamping Bun. Artinya makanan utama bayi kita tetaplah ASI.

Hal yang menurutku membuat orang tua sering memaksa anaknya makan adalah karena adanya target kenaikan berat badan sesuai KMS. Yang mana untuk mengejar BB anak, kita melakukan segala cara agar mereka mau makan. Bahkan sering kali orang tua memaksa yang akhirnya menimbulkan trauma. 

Kita hanya berpikir "makan banyak = target BB terpenuhi". Namun kita tidak memikirkan perasaan anak yang sedang beradaptasi dengan benda asing dalam hidupnya itu. Padahal makan banyak belum tentu akan membuat BB naik. Karena jika kondisi pencernaan tidak baik, alih-alih makanan diserap sebagai nutrisi, ia akan dimaknai sebagai toksin dalam tubuh. 

Maka sungguh benarlah apa yang disampaikan di kelas Full GAPS bahwasanya makanan itu baru bisa menutrisi kita jika:
  1. Makanannya memang bernutrisi. Real food. Bukan makanan pabrikan/lab/industri
  2. Kondisi pencernaan kita baik hingga bisa menyerap nutrisi tersebut
Bun, seringkali kita fokus di nomor satu dan lupa yang nomor dua. Betul kita sudah memasukkan makanan baik ke anak kita, tetapi sudahkan kondisi pencernaan anak kita juga baik? 

Yang mana ketika kita miss dengan hal ini dan BB anak ga naik, kita pun akhirnya kecewa. Merasa stres karena sudah berusaha melakukan ini itu tetapi menurut kita tidak ada hasilnya. Sudahlah kita memaksa anak makan yang tentu itu menimbulkan trauma, kita juga sakit hati karena BB tidak naik sesuai keinginan kita.

Maka sekali lagi sungguh sungguh sungguh aku sangat bersyukur Allah beri aku petunjuk memilih metode GAPS untuk MPASI anakku. Yang mana sebagaimana aku jelaskan di atas, GAPS ini makanan utamanya adalah meatstock dan probiotik. Keduanya dibutuhkan tubuh untuk menyiapkan kondisi pencernaan yang mampu menyerap makanan dengan baik. 

Jadi ga ujug-ujug langsung kasih makan banyak-banyak biar anak gembul. Namun juga menyiapkan pencernaannya agar makanan yang masuk bisa terserap dan menutrisi tubuh anak.

The healthy baby is not about the weight


Dan sungguh aku baru mengerti perkataan seseorang bahwasanya jika ibunya sibuk, anaknya lah yang akan jadi korban. Iya, jika ibunya sibuk, ujung-ujungnya akan cari jalan pintas dengan makanan-makanan pabrikan yang secara dhahir membuat anak lahap makan tetapi sejatinya tidak menutrisi tubuh dan malah merusak tubuh.

Mengapa anak bisa lahap makan makanan yang tidak thayyib? Karena bakteri patogen mendominasi pencernaan dan mulutnya. Bakteri patogen ini akan mendorong inangnya (yaitu si anak) untuk makan more and more makanan yang disukai bakteri patogen which is makanan pabrikan alias UPF.

Terlihat lahap di luar tetapi keropos di dalam. Jangan salahkan siapa-siapa jika anak sering sakit, banyak keluhan, atau bahkan nantinya haid di usia dini. 

Salah satu alasan terbesarku begitu keras menjaga makanan Hafshah adalah agar Hafshah haid di usia yang semestinya. Kami ingin Hafshah aqil dan baligh di usia yang kalaulah tidak bisa bersamaan, setidaknya berdekatan.

Begitu kasihan melihat anak usia 6 tahun sudah haid karena hormonnya terdistrubsi oleh berbagai macam pengaruh buruk seperti makanan pabrikan, sabun, parfum, dll. Tubuhnya matang sebelum waktunya tetapi akalnya belum siap dengan kematangan tersebut. Anak di bawah 7 tahun itu fasenya adalah bermain. Memuaskan segala bentuk egosentris mereka. Lantas, jika mereka sudah haid dan dibebani oleh kewajiban syaiat, tidakkah itu akan menimbulkan trauma bagi mereka? Hanya karena orang tuanya tidak aware dengan apa yang dikonsumsi anaknya selama ini.

Penyesalan selalu di belakang Bun. Dan itu yang ibuku rasakan ketika belasan tahun aku kesana kemari berobat karena sering berdarah dan tidak kunjung menemukan solusinya.


My last webinar until September. Just want to not to busy


Maka, Ibu, hadirlah secara utuh untuk anakmu. Masa ini tidak lama. Mereka benar-benar butuh kita di 7 tahun awal kehidupannya. Bangun pondasi yang kuat untuk fisiknya. Beri makanan terbaik untuk mereka yang bisa kita lakukan. Bersamai mereka ketika mereka GTM. Cari tahu apa akar masalahnya. Bukan memaksa mereka makan sesuai ekspektasi kita.

Sebuah pengingat untukku sebelum untukmu.

Dan ya. Tidak ada orang tua yang sempurna. Yang ada adalah kita melakukan usaha terbaik yang kita bisa. Di antara cara yang aku lakukan ketika Hafshah GTM adalah:
  1. Berdoa kepada Allah untuk memudahkan urusan makan Hafshah
  2. Menurunkan ekspektasi dan membiarkan Hafshah makan sesuai takaran yang ia inginkan
  3. Grounding di rumput
  4. Berjemur tiap hari
  5. Bener-bener stop mendulang ketika dia sudah tutup mulut
Sampai hari ini aku tidak membeli wadah MPASI yang ada takarannya. Selain karena aku sudah punya wadah kaca, aku tidak ingin berkespektasi melihat Hafshah harus habis sekian mili dan sekian mili sesuai anjuran Kemenkes/WHO.

Lagi lagi, aku ingin proses MPASI ini gentle and gradual. Kalau lah Hafshah baru bisa makan sesuap dua suap maka aku akan membiarkannya. Aku tidak ingin stres melihat takaran yang belum bisa dicapai Hafshah.

Grounding with mini me


Dear Hafshah, I may lost the old me. But I find the better one deep inside my self.
Ibu mungkin kehilangan diri Ibu yang dulu. Ibu yang ambis ini dan ambis itu untuk mengupgrade diri sendiri. Namun kini ibu menemukan sosok lain yang ambis ini dan ambis itu untuk kebutuhan manusia baru yang hadir di hidup Ibu. Yaitu kamu Nak, anak Ibu yang sudah lama ibu nantikan kehadirannya.

Hafshah, Ibu belajar bahwasanya ketika menjadi orang tua, memang hampir tak mungkin tak menorehkan luka pengasuhan pada anak. Sebaik apapun usaha orang tua membesarkan anak, sudahlah pasti ada luka yang digoreskan baik sengaja ataupun tidak. Sesederhana karena orang tua adalah manusia biasa yang penuh dengan keterbatasan.

Maka tolong maafkan Ibu yang Nak. I just try my best. Maafkan Ibu dan Bapak atas segala kekurangan kami sebagai orang tua. Semoga Allah selalu menjaga Hafshah dimanapun Hafshah berada. Semoga Hafshah selalu ingat bahwasanya jika nanti ada kejadian hidup yang membuat Hafshah merasa diri Hafshah tidak berharga, ada kedua orang tua yang begitu memperjuangkan Hafshah selama ini. Hafshah sangat berharga bagi kami Nak. Semoga kita bisa berkumpul bersama di Surga. Allahumma Aamiin.

---

Ditulis untuk dibaca kembali di kemudian hari
12 Safar 1446H


Both of you are now my world










Comments

Popular posts from this blog

Ikhtiar Persalinan Normal pada Anak Pertama

Doa Kami dalam Namamu

Assalamu'alaikum Baby H!