Ramadhan: Obat Turbulensi Emosi

Bismillahirrahmanirrahim

How do I start? Sebagai seorang ibu -yang mungkin mengalami beragam perubahan hormon dan peran- aku merasa mom rage itu benar-benar terjadi. Ibu yang mudah marah, mudah kesal dengan keadaan, mudah kecewa dengan orang lain, mudah tersinggung, dan segala macam turbulensi emosi lainnya yang jujur aku juga tidak tahu mengapa itu bisa terjadi.

Namun, aku merasa betapa memang Ramadhan ini adalah keberkahan, betapa Ramadhan menjadi wasilah obat bagi banyak penyakit, bukan hanya bagi penyakit fisik, tetapi juga dari sisi penyakit hati.

Hampers from Abu & Ummu Umar hafidzahumallah


Aku jadi teringat dengan tiga pilar kesehatan yang sering kami pelajari, yaitu:
1. Memasukkan yang baik
2. Berpantang dari yang buruk
3. Mengeluarkan hal-hal buruk yang sudah terlanjur ada di tubuh

Ketiga pilar ini haruslah urut. Artinya, tidak mungkin kita bisa berpantang dari yang buruk jika tidak memasukkan yang baik. Pun juga tidak mungkin partikel/hal buruk dari diri kita keluar (detox) jika kita tidak memasukkan hal-hal yang baik dan berpantang dari yang buruk. Iya, inilah pilar kesehatan secara fisik yang sering kami pelajari akhir-akhir ini.

Dan menurutku sisi perbaikan emosi melalui Ramadhan juga demikian. Turbulensi emosi yang terjadi -biidznillah- perlahan sembuh dengan memasukkan informasi/kegiatan yang baik dalam keseharian. Dengan Ramadhan, kita terkondisikan untuk memperbanyak tilawah. Yang mana Al-Qur'an itu sendiri adalah kitab terbaik yang walau mungkin ketika kita membacanya kita tidak paham keseluruhan maknanya, tetapi membacanya sendiri saja sudah memberi pengaruh baik kepada hati. 

Di Ramadhan pula kita terkondisikan untuk mendengar kajian yang mana tentu ini memberi pengaruh pada kondisi hati. Kita sering diingatkan mungkin tentang kematian, tentang pentingnya kebersihan hati, tentang semangat para Nabi, sahabat, orang shalih dalam beramal. Terus dan terus informasi-informasi baik itu masuk ke diri kita dan mempengaruhi kondisi jiwa kita.

Dan di Ramadhan kita terkondisikan untuk banyak berdoa karena kita tahu ada waktu-waktu mustajab di sana. Doa adalah bentuk husnudzan seorang hamba kepada Rabb-nya. Berarti ia memasukkan informasi positif kepada dirinya bahwa Insyaa Allah Rabb-nya tidak pernah meninggalkannya dan akan memenuhi apa yang ia minta.

Pembelian paling worth it bulan ini. Tafsir ringkas tiap surat.


Melalui Ramadhan kita terkondisikan berpantang dari yang buruk. Ya siapa sih yang mau buang-buang waktu di Ramadhan? Banyak di antara kita yang kemudian undur diri sejenak dari kehidupan media sosial karena khawatir akan memakan banyak waktu kita di Ramadhan. Yang mana tentu kita tahu walau media sosial membawa banyak manfaat, tetapi mudharatnya untuk hati juga banyak. Boleh aku katakan bawah salah satu sumber penyakit hati terbesar hari ini adalah media sosial. Yang tadinya kita hanya mencari informasi, bisa muncul rasa hasad, tamak pada dunia, kecewa pada kondisi kita yang tidak ideal, dan semisalnya dan semisalnya.

Di buku Qur'an Mapping di atas, disebutkan bahwa ayat 130-132 Surat Thaha itu ayat-ayat yang luar biasa yang harus kita ingat jika kita ingin kebahagiaan, di antaranya adalah jangan terlalu memikirkan kenikmatan orang lain dan bersyukur dengan rezeki yang Allah berikan. Dan media sosial kita hari ini membuat kita sulit berlaku demikian. Yang ada malah tanpa sadar kita sering terpapar pada kenikmatan orang lain hingga sulit mensyukuri rezeki kita sendiri.

Dengan hadirnya Ramadhan, hati kita menjadi lebih tenang karena menjauhi hal yang merusak hati, yaitu media sosial. Dan di sini kita akan sadar betapa nikmatnya hidup tanpa eksistensi. Hidup tanpa fokus ke urusan yang bukan urusan kita. Hidup yang cukup dengan orang-orang di dunia nyata dan membuat kita -dengan izin Allah- lebih hadir untuk keluarga kita. Ternyata fokus pada urusan keluarga itu sumber ketenangan. Dan sebaliknya, terlalu banyak urusan di luar keluarga, membuat hati mudah terserang dan tidak tenang. 

Sejalan dengan yang disampaikan di buku Qur'an Mapping bahwa fokus pada keluarga, mendidik mereka, shalat bersama mereka, melakukan ketaan bersama mereka, dan sabar dalam kehidupan itu sumber kebahagiaan. Pemahaman terbaliknya, berarti sibuk dengan urusan lain yang melalaikan dari keluarga itu sumber kesedihan.

Huhu jadi pen nangis. Padahal sumber kebahagiaan itu sedekat itu. Kita bertanya-tanya kenapa kok ga tenang? Apa yang salah? Tenyata karena lalai dari urusan keluarga. Ternyata mungkin terlalu banyak haha hihi sama teman di grup. Ternyata terlalu banyak projek ini projek anu atas nama biar bermanfaat bagi umat tetapi kemudian mengorbankan urusan keluarga.

Sebagian buku parenting bapak ibunya Hafshah


Pada akhirnya, dengan hadirnya Ramadhan yang mengantar kita mendapat materi-materi yang baik dan berpantang dari hal-hal yang buruk, keburukan dari diri kita -biidznillah- keluar dengan sendirinya. Coba rasakan, bagi yang ketika di awal Ramadhan sakit hati pada orang lain? Apakah dia masih sakit hati saat ini? Atau dia mulai membuka pintu maaf untuk orang-orang yang pernah menyakitinya? Menyadari bahwa kesalahan orang lain adalah bagian dari dinamika kehidupan yang Allah hadirkan sebagai ujian dan bisa jadi sebagai teguran.

Bagi yang memasuki Ramadhan dalam kondisi jiwa yang kacau, bagaimana kini kondisi hatinya? Tidakkah ia merasakan kenyamanan dan ketenangan hati? Tanpa sadar kekacauan emosi itu keluar perlahan dari dirinya melalui kegiatan-kegiatan yang ia lalui di Ramadhan ini.

Selama ini kita bingung bagaimana cara menyembuhkannya. Kita kesana kemari mencari informasi dan metode self healing. Padahal obatnya sedekat itu. 

Life-hack selama Ramadhan karena belum bisaikut tarawih di masjid


Bagiku, kita harus sangat bersyukur atas nikmat manisnya iman yang Allah beri. Tidak semua orang merasakan Ramadhan adalah keberkahan. Tidak semua orang antusias dengan malam-malam di 10 hari terkahir Ramadhan. Tidak banyak orang mengangkat doa dan bermunajat kepada-Nya di hari-hari ini. Tidak semua orang punya harapan besar akan terkabulnya doa dan keinginannya.

Banyak orang merasa Ramadhan adalah beban. Banyak orang tidak puasa dengan melihat orang-orang di sekitarnya yang tidak puasa juga. Banyak orang tenggelam dengan  hiburan dan hiburan instead of mendekatkan diri kepada Allah.

Iya, tidak semua orang Allah sentuh hatinya untuk merasakan nikmatnya Ramadhan. Dan jika kita adalah orang yang Allah beri kenikmatan itu, bukankah kita harus bersyukur? Bukankah kedamaian hati, kecintaan pada agama ini, ketenangan batin, kepotimisan hidup, adalah hal-hal besar yang harus kita syukuri? Walau mungkin di mata dunia yang sebar materalistik ini, hal-hal tersebut sering terpinggirkan dan tidak dianggap sebagai sebab kebahagiaan, tetapi coba renungkan, mana yang lebih membuat bahagia? Ketenangan batin dan rasa yakin bahwa Allah selalu bersama kita atau punya popularitas tetapi jauh dari Sang Pencipta?

Desain nasi kotak dari Majid Al Mufidah Surabaya. Sangat niat.


Sekali lagi, Ramadhan adalah obat bagi hati yang sakit. Dan ketika hari ini kita merasa jiwa kita membaik, jangan lupa memuji Allah atas kebaikan-Nya yang telah mengizinkan episode ini hadir. Jangan lupa menangis dengan rasa syukur kepada Allah yang tidak pernah lupa pada kita padahal hamba yang Dia urus sangat banyak.

Selesai ditulis dalam sayup sayup keteduhan 
Betapa Ramadhan ini begitu menyenangkan 
Ba'da Subuh
27 Ramadhan 1446H


Comments

Popular posts from this blog

Resign untuk Kedua Kalinya

Bukan Sekedar Pindah ke Kontrakan

Alasan BB Hafshah Stuck Berbulan-bulan

Mendidik Tidak Mendadak - Ustadz Abdul Kholiq Hafidzahullah

GTM pada Anak: They Need Your Help Mom!