Cerita Penyapihan Hari Pertama dan Kedua: Hafshah yang Kecewa

Bismillahirrahmanirrahim

The day has come. Hak Hafshah disusui sudah selesai dan demikian pula tugas ibu. Jujur, sekitar sepekan sebelumnya aku pesimis bisa menyapih Hafshah tepat waktu karena nenennya masih banyak sekali, tetapi setelah membaca pesan ibu-ibu senior, aku jadi yakin bahwa Insyaa Allah bisa.

Hafshah mulai disapih hari Ahad, 14 Desember 2025. Hari Sabtunya aku sudah menyampaikan bahwa itu adalah hari terakhir Hafshah nenen. Dia terlihat biasa saja dan pergi tidur dengan bapaknya pun tetap riang seperti biasa sebagaimana pernah aku ceritakan di postingan sebelumnya.

Namun, jam 2 pagi Hafshah terbangun dan susah tidur kembali. Di hari Ahad ini kami pergi pagi-pagi keluar kota karena ada acara akad nikah saudara. Walhasil Hafshah yang biasanya bangun sekitar jam 7 jadi ikut bangun menjelang Subuh karena kami berangkat setelah Subuh.

Ketika itu dia terlihat ngambek dan ditawari apa-apa tidak mau. Aku pikir dia demikian karena tidurnya kurang sehingga mood nya kurang baik. Biasanya Hafshah akan minta nenen setelah bagun pagi, tetapi hari itu, dari bangun hingga di perjalanan, dia sama sekali tidak minta nenen.

The way Hafshah ngambek mirip dengan the way ibu ngambek


Selama perjalanan Hafshah terlihat ngambek. Tubuhnya pun panas. Walau demikian ia tetap mau makan. Ia makan pisang, telur, dan singkong.

Baik, instingku mengatakan dia paham bahwa hari itu dia disapih, tetapi tubuhnya masih adaptasi akan hal tersebut. Tiba-tiba aku teringat materi kelas holistik yang kurang lebih begini: "Jika lisanmu tak mampu mengungkapkan, tubuhmu lah yang akan berbicara."

Mungkin Hafshah memang mengerti bahwa haknya disusui sudah habis, tetapi ia ingin mengungkapkan bahwa ia sedih, ia kecewa, hanya saja ia tak mampu mengatakan hal tersebut karena dia sadar haknya sudah habis. Oleh karena itu, tubuhnya lah yang 'berbicara'. 

Entahlah. Aku rasa Hafshah memang model yang demikian. Persis seperti bapaknya. Hafshah sangat pengertian dan dewasa. Seringkali ketika aku sakit, ia bisa mengerti dan tidak minta nenen di saat-saat seperti itu. 

Dua orang dengan karakter dewasa. Semoga sabar ya sama ibu yang karakternya manja ini.


Sesampainya di lokasi, Hafshah minta gendong terus. Qadarullah kami lupa tidak membawa gendongan karena kami pikir tidak akan terpakai selama menggunakan mobil. Karena acara dimulai pukul 8 dan kami sudah sampai pukul 6, kami jalan-jalan dulu sambil menghibur Hafshah. Long story short, setelah hampir dua jam menggendong dan menemani Hafshah, ia akhirnya tertidur. Di situ kami pikir, "Oh ternyata dia ngambek tadi karena ingin tidur."

Tapi ternyata kami keliru. Hafshah tetap ngambek setelah bangun. Ketika kami mampir rumah saudara kami, di situlah dia baru mengatakan "Nenen" sambil menangis. Kami kemudian mengalihkannya dengan hal lain seperti bermain dan makan jeruk.

Selama perjalanan, Hafshah lebih banyak tidur. Tubuh Hafshah tetap panas hingga kami kembali ke Surabaya (rumah mertua) di waktu Ashar. Di sana lah kemudian dia bolak-balik pup. Aku bingung apa yang terjadi. Apakah kebetulan di hari H penyapihan ini Hafshah sakit dan harus disusui? Bagaimana jika menyapihnya ditunda dulu saja? 

Namun, qadarullah tanganku terasa sakit sekali karena terlalu lama menggendong Hafshah. Benar-benar sakit sampai aku menangis. Banyak orang menyarankan menyiapkan diri jika payudara sakit karena penuh, tetapi tidak ada yang memberitahuku bahwa bisa jadi tangan akan sakit karena anak akan minta gendong terus. Aku menangis sejadi-jadinya dan di sana lah aku merasa jadi ibu itu tidak mudah. Hamil sakit, melahirkan sakit, awal menyusui sakit, dan ternyata akhir menyusui pun juga sakit. 

Di waktu sore Hafshah masih terlihat sedih dan sempat mengatakan ingin nenen, tetapi setelah melihat aku kesakitan, dia tidak minta nenen lagi dan langsung tertidur sendiri. Look! Betapa pengertiannya anakku. Ketika ia bangun dan sudah tenang, kami mengapresiasinya dengan mengatakan kurang lebih, "Alhamdulillah, Hafshah hebat ya hari ini sudah mematuhi perintah Allah untuk ga nenen. Berat ya Nak? Tapi Hafshah dulu di rahim makan dari satu saluran kemudian pas lahir salurannya dipotong dan digantikan dengan rezeki lewat nenen. Saat ini nenenya sudah ya Nak, Insyaa Allah nanti ada rezeki lain dari Allah yang lebih Hafshah butuhkan."

Mencoba menghibur Hafshah dengan ngasih makan ikan


Kami pulang ke rumah kami sendiri setelah Isya. Sampai rumah sekitar pukul 9 malam dan badan sudah lelah sekali. Hafshah masih panas dan dia langsung tidur bersama bapaknya. Aku yang sendirian mulai mencari-cari di Gemini apakah panasnya Hafshah dalam penyapihan ini adalah hal yang wajar atau tidak.

Betapa kagetnya aku ketika Gemini mengatakan bahwa itu bukan hal yang wajar. terlebih Hafshah juga bolak-balik pup. Aku diminta mengurkur suhu tubuh lalu segera membawanya ke dokter. Sudah menjelang jam 10 dan sudah sangat ngantuk sejujurnya, tetapi kemudian aku ke kamar Hafshah membangunkan suamiku dan menyampaikan kekhawatiranku.

Kami mengukur suhunya dan ternyata memang demam. Kami beri Hafshah larutan air dan garam alami kemudian ia kembali tidur. Di situ lah perasaanku sebagai ibu diuji. Aku merasa bersalah. Aku menangis. Takut Hafshah kenapa-napa dan bahkan takut jika kami salah langkah yang menyebabkan Hafshah bisa jadi meninggal.

Aku sudah mengatakan ke suami bagaimana jika aku susui saja? Tetapi suamiku mengatakan tidak perlu, Hafshah tidak minta. Dia butuh istirahat saja.

Ketika tidak diperbolehkan menyusui, aku cium Hafshah yang tertidur sambil menangis dan kurang lebih mengatakan, "Maafkan ibu ya Nak. Hafshah sehat kembali ya. Maafkan ibu membuat Hafshah kecewa. Ibu sayang Hafshah. Hafshah tolong jangan tinggalkan ibu."

Malam itu aku tidur dengan menitipkan segalanya kepada Allah. Aku berdoa kurang lebih, "Ya Allah, Engkau yang memiliki Hafshah, tolong buatlah Hafshah memahami kondisi ini, buatlah Hafshah sehat kembali." 

Audiens sekarang disetting kurang dari 100 orang

Pagi harinya (Senin, 15 Desember 2025), Hafshah bangun dengan ceria. Dia kemudian makan dan tidak minta nenen. Dia diajak jalan-jalan keluar rumah kemudian kembali tidur setelah jalan-jalan. Bangun dari tidur dia terlihat murung kembali. Ditawari apa-apa tidak mau. Namun, sesekali dia terlihat ceria dan bercanda seperti biasa. Alhamdulillah dia tetap mau makan walau dengan banyak penolakan dulu pada awalnya.

Karena ingin menghibur Hafshah, aku pun membawanya ke arena burung Merpati di halaman sebuah masjid menjelang Ashar. Namun, sesampainya di sana kami shalat Ashar dulu dan qadarullah setelah Ashar hujan turun. Rencana ngasih makan burung pun tidak terlaksana.

Hafshah masih terlihat murung sehingga aku pun inisiatif membawanya ke playground dekat rumah. Lumayan murah, hanya 25k. Hafshah terlihat senang dan ceria kembali. Aku memgang HP memfotonya dan sepertinya dia terganggu akan hal tersebut. Dia kemudian tidak antusias lagi untuk bermain. Dia ingin ke rumah ibuku sambil mengatakan, "Eyang...eyang.."

Proud to be called as Ummu Hafshah


Setelah aku masukkan HP dan berusaha lebih hadir kembali, Hafshah mau main perosotan dan mandi bola lagi. Maafkan ibu ya Nak. Di saat-saat seperti ini, Hafshah tentu ingin ibu selalu hadir ya. Ibu mengakui kesalahan ibu yang kemarin-kemarin hadir secara fisik tetapi mungkin kurang hadir secara jiwa. Dan Hafshah kemarin-kemarin masih bisa nenen untuk memenuhi kebutuhan kehadiran ibu tersebut.

Namun kini saat nenen itu sudah selesai, bagaimana caranya Hafshah memenuhi kebutuhan itu jika ibu tidak hadir utuh jiwa raga? Ternyata, hadir utuh itu tidak mudah. Sangat tidak mudah bagi mereka yang terbiasa besar dengan pola "Ayo habis ini apa lagi? Apa lagi?"

Simpan baik-baik pompanya karena akan terpakai di masa-masa seperti ini

Sad truth



Kisah ini aku tulis untuk aku baca kembali di kemudian hari. Jika kelak Allah menitipkan anak kedua dan mungkin seterusnya, ada pelajaran yang bisa aku ambil dari pengalaman yang terjadi.

Dear Hafshah, semoga Allah memberi rahmat dan taufik kepada kita untuk melewati fase ini. Ibu rindu Hafshah yang ceria. Maafkan kami yang saat ini membuat Hafshah kecewa ya Nak.

---

Ditulis menjelang tidur
24 Jumadil Tsani 1447H



Comments

Popular posts from this blog

Resign untuk Kedua Kalinya

Alasan BB Hafshah Stuck Berbulan-bulan

Bukan Sekedar Pindah ke Kontrakan

Parents Live Talk: Regulasi Emosi Ibu bersama dr. Pinansia Fiska Poetri

Sistem Sekolah: Dulu Tidak Ada Yang Memberitahu Aku Tentang Ini